Karya : Fitrah Mubarak
Malam itu, hujan deras mengguyur rumah tua di pinggir kota. Angin bertiup dengan keras, memutar daun-daun kering di udara. Di dalam rumah, seorang anak bernama Emily duduk bersama keluarganya. Mereka bersiap-siap untuk pergi ke rumah warisan keluarga yang terpencil di pinggiran kota itu. Rumah itu telah lama ditinggalkan oleh keluarga mereka. Terdapat banyak cerita yang beredar di antara anggota keluarga tentang warisan kakek Emily yang melimpah akibat kematian sang kakek yang aneh dan misterius. Namun, keingintahuan Emily dan orang tuanya memuncak, dan mereka memutuskan untuk mengunjungi rumah itu. Ketika mereka memasuki hutan, suasana berubah. Pepohonan tua membentuk terowongan gelap di atas jalan setapak. Suara hujan yang membasahi dedaunan menciptakan atmosfer yang mencekam. Emily merasa hatinya berdebar-debar, tetapi dia mencoba untuk tetap ceria, mengabaikan rasa ketidaknyamanannya.
Sesampainya di depan pintu rumah tua yang rapuh, keluarga itu melihat cahaya yang terang di dalam. Mereka saling pandang, bingung. Rumor-rumor tentang rumah ini menyatakan bahwa tidak ada yang pernah tinggal di sana setelah kepergian kakek mereka. Namun, ketertarikan mereka memaksa mereka untuk membuka pintu dan memasuki rumah itu. Di dalam, suasana hangat menyambut mereka. Lilin-lilin berwarna oranye menyala, menciptakan siluet cahaya di dinding tua. Mereka seolah-olah diundang untuk menjelajahi lorong-lorong dan ruangan-ruangan yang penuh kenangan. Emily merasa aneh, seolah-olah ada mata yang memperhatikan setiap gerakannya. Saat malam semakin larut, keluarga itu berkumpul di ruang keluarga. Mereka tertawa dan bercerita, membagikan kenangan-kenangan masa lalu. Emily mencoba untuk ikut dalam suasana kebersamaan, tetapi ada rasa cemas yang tak terduga yang merayapi hatinya.
Tiba-tiba, suasana berubah. Cahaya lilin-lilin berkedip-kedip, dan angin malam yang menusuk tulang masuk ke dalam rumah. Emily merasakan ada kehadiran yang tak terlihat di sekitarnya. Dia mencoba untuk menahan getaran aneh yang merambat di udara, tetapi ketegangan semakin terasa. Saat keluarga itu beranjak untuk pulang, kejadian mengerikan terjadi. Sang kakek tak suka akan kehadiran mereka yang hanya mencari warisannya dan setelah menggunakannya, rumah itu dibiarkan tanpa ada sikap sopan yang seharusnya diperbuat. Di tengah perjalanan keluar hutan, mobil keluarga mengalami kecelakaan yang mengerikan. Emily terlempar ke kursi belakang dan saat sebelum ia kehilangan kesadaran, Emily melihat ada bayang-bayang laki-laki tua diatas tubuh kedua orang tuanya, lalu ia kehilangan kesadarannya. Ketika dia membuka mata, dia mendapati dirinya berada di rumah sakit. Dokter menjelaskan bahwa kedua orang tuanya tidak selamat dari kecelakaan itu. Emily yang selamat dari kecelakaan itu kini menjadi yatim piatu. Kehidupannya berubah drastis, dari suasana keluarga yang hangat menjadi kesendirian yang tak terucapkan.
Bertahun-tahun berlalu, Emily tumbuh menjadi wanita dewasa yang terpencil. Gangguan mental yang tak terpecahkan menghantuinya setiap hari. Mimpi buruk yang kembali menghantuinya, pada malam yang tak terlupakan di rumah tua di pinggiran kota. Suatu malam yang gelap, di ruang gelapnya, Emily terdorong oleh dorongan yang tak dapat dihindari. Dia menemukan buku-buku tua tentang ilmu hitam yang tersembunyi di antara barang-barang peninggalan keluarganya. Ternyata kakeknya Emily merupakan salah satu orang yang menganut ilmu hitam agar dapat memperkaya dirinya, namun sayangnya sang kakek mati karena nafsunya sendiri yang selalu ingin lebih dan berakhir dengan dirinya yang telah menjadi budak sang ghaib sampai ia mati. Di sana, dia menemukan ritual yang konon dapat membangkitkan orang mati. Dengan mata yang terpenuhi keputusasaan dan keinginan yang tak terkendali, Emily memutuskan untuk mencoba ritual itu. Dia membuat lingkaran dengan simbol pentagram ditengahnya dengan lilin-lilin di pojok-pojok ruangan gelapnya, memanggil entitas yang gelap dan menakutkan. “Iblis, bantulah aku menghidupkan kembali orang tuaku. Aku merindukan kebahagiaan keluarga, aku tidak bisa melanjutkan hidup seperti ini,” desis Emily sambil mengekepalkan tangannya dengan getar keputusasaan di suaranya. Iblis itu muncul di depannya dengan mata yang menyala-nyala terbelalak bahagia dengan senyuman tajam karena sudah lama tak mendapatkan pelayan setelah kematian kakek Emily. “Harganya adalah jiwa dan kehidupanmu, Emily. Apakah kau bersedia membayar harga itu?” Emily ragu sejenak, tetapi dorongan yang membara dalam dirinya terlalu kuat untuk diabaikan. “Aku bersedia tuan,” ucapnya dengan tegas.
Perjanjian itu terikat, seketika saat sang iblis menghilang bersamaan dengan tangan Emily tersayat dibagian nadi yang menandakan bahwa perjanjiannya dengan sang iblis. Dalam sekejap, rumahnya bergetar, semua lilin seketika mati bersamaan, dan lingkaran yang tadi ia buat menjadi darah segar. Emily merasa sesuatu yang tak terlihat merayap di sekitarnya, dan kehadiran orang tuanya mulai terasa di udara. Namun, kegembiraan Emily segera berubah menjadi ketakutan. Orang tuanya muncul di hadapannya, tetapi tidak seperti yang dia bayangkan. Mereka terlihat pucat, dengan mata yang mencuatkan, dan suara-suara serak keluar dari bibir mereka. Mereka bukanlah bayangan bahagia yang diinginkan Emily, melainkan roh yang terjebak di antara kehidupan dan kematian. Rumah Emily menjadi tercemar oleh kehadiran yang gelap. Suara-suara aneh menggema di malam hari, dan bayangan-bayangan orang tuanya menghantui setiap sudut ruangan. Emily merasa terjebak dalam keputusasaan yang lebih besar daripada sebelumnya.
Emily menggertakkan gigi, mata penuh ketakutan saat melihat kedua orangtuanya yang baru hidup kembali. Mereka bukanlah gambaran bahagia yang dia bayangkan; sebaliknya, mereka terlihat seperti bayangan yang bergerak lamban dan mendesis seperti makhluk yang terluka. Tidak mampu menerima kenyataan yang pahit, Emily menolak untuk menerima keadaan tersebut. Dengan hati yang hancur, dia melarikan diri dari rumah yang penuh kegelapan, keluar ke malam yang dingin dan hujan lebat. Tapi, di luar sana, dunia pun tak memberinya tempat untuk melarikan diri dari kenyataan yang mengerikan.
Emily mengembara tanpa tujuan, mencari jawaban yang bisa mengembalikan kedua orangtuanya ke wujud yang seharusnya. Dia berjumpa dengan seorang paranormal bernama Samuel, seorang ahli dalam dunia spiritual yang terkesan oleh cerita Emily. Bersama-sama, mereka kembali ke rumah Emily, tempat kejadian terkutuk itu berlangsung. Namun, iblis yang sebelumnya telah membantu Emily merasa dikhianati. Dengan wajah marah dan mata yang menyala-nyala, iblis itu mengutuk Emily dan Samuel, menciptakan suasana menegangkan di sekitar rumah tersebut. Terjadilah serangkaian perkelahian.
Setiap langkah yang diambil oleh Emily dan Samuel dipenuhi dengan hambatan dan ancaman dari iblis yang merasa tersinggung. Serpihan kaca berserakan di sekeliling mereka, dan udara di sekitar rumah terasa terkoyak oleh kekuatan gelap yang mengamuk. Paranormal tersebut berada di tempat ritual dan membacakan alkitab serta dilemparkannya salib-salib disekitar lingkaran darah tersebut. Sayangnya, takdir berkata lain untuk Samuel. Dalam perkelahian yang sengit, dia ditemukan tergantung di atap rumah, terikat dengan kabel TV dan lampu LED Natal. Wajahnya yang pucat dan matanya yang kosong menyiratkan bahwa iblis telah berhasil membalas dendam.
Ketakutan merayap di dalam diri Emily, tapi dia tak bisa mundur sekarang. Dengan setengah hati, dia melanjutkan perjalanannya, dikejar oleh iblis yang masih haus akan kemurkaan. Saat mereka mendekati pintu keluar, hujan badai semakin memburuk, menciptakan atmosfer yang semakin mencekam. Sementara Emily hampir mencapai pintu keluar, kedua orangtuanya muncul di jalannya. Wajah mereka penuh senyum, tetapi matanya tak berkedip dan ekspresinya menyeramkan. “Sini, anakku Emily… sini sama mama,” bisik sang ibu, suara mereka melingkupi Emily. Tiba-tiba, pintu utama tertutup rapat, mengunci Emily di dalam rumah yang sepertinya semakin teror dan terbengkalai. Dalam keputusasaan, Emily berlari menuju jendela terdekat, mencoba untuk melarikan diri dari kenyataan yang semakin terjerat.
Namun, iblis yang terus mengejarnya berhasil mencapainya. Emily berusaha untuk melawan, meski sebelah matanya terluka oleh serpihan kaca yang berserakan. Dalam pertarungan terakhir, keberanian Emily teruji, tapi dia masih berhasil menghindar dari cengkeraman iblis. Tapi, di balik pintu yang tertutup rapat, iblis itu tertawa dengan kejam. Rumor yang mengerikan tentang rumah ini terus berputar, menciptakan legenda yang lebih menyeramkan daripada sebelumnya. Rumah itu, kini terbengkalai dan penuh kegelapan, menjadi tempat yang terkutuk yang akan memakan korban berikutnya. Emily, dengan mata yang terluka dan hati yang hancur, terperangkap di dalamnya, menghadapi nasibnya dalam malam yang penuh badai dan teror. Pagi hari setelah kejadian mengerikan itu, terlihat siluet laki-laki parubaya yang membuka jendela rumah . Kakek itu tersenyum kecut setelah menyaksikan kejadian semalam, sekarang ia memiliki keluarga baru dalam rumah itu dan mereka reuni keluarga kembali.