Karya : Nayla Fitri Salsabila
Malam itu, sehabis hujan yang mengguyur Manhattan, salah satu pulau yang terletak di Amerika Serikat. Terlihat seorang gadis yang dengan sangat santai duduk di ruang tengah rumahnya sambil menyesap secangkir coklat panas. Dia adalah Reyna, gadis berumur 23 tahun yang sedang menempuh pendidikan di kota New York tersebut.
Reyna Alenadra adalah gadis berdarah campuran Indonesia-Belanda yang lahir dan dibesarkan di Indonesia, itulah sebabnya Reyna berkewarganegaraan Indonesia. Reyna adalah gadis yang dikenal sangat baik dan ramah terhadap lingkungan sekitarnya. Hanya saja, itu berketerbalikan dengan parasnya yang cantik namun terkesan jutek dimata orang-orang yang baru pertama kali melihatnya. Tetapi, walaupun memiliki raut wajah yang terkesan jutek itu, tidak dapat dipungkiri bahwa gadis tersebut memiliki hati yang sangat baik.
Tak lama setelah hujan reda, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu rumah Reyna. Reyna pun segera menghampiri pintu dan menyambut tamu tersebut. “Apa benar ini rumah Nyonya Reyna?” tanya seseorang tersebut. “Iya, dengan saya sendiri.” Jawab Reyna. Seseorang tersebut bergestur seolah mengambil sesuatu dari dalam tas ransel yang ia gunakan dan mengeluarkan sebuah amplop berwarna merah yang beberapa hari ini sering mendatangi rumahnya lewat perantara tukang pos. “Silahkan, ada surat untuk Anda.” Ucap tukang pos tersebut. Reyna menghela nafas dan mengambil amplop surat tersebut sembari menguntaikan senyum yang dipaksakan yang ditujukan kepada tukang pos tersebut. “Baiklah, terimakasih.” Ucap Reyna sambil terus tersenyum.
Setelah tukang pos tersebut pergi Reyna pun menutup kembali pintu rumahnya dan menguncinya. Reyna kembali duduk di sofa ruang tengahnya dengan menatap tanpa ucap amplop merah yang ada ditangannya tersebut. Reyna mengetahui siapa pengirim dari amplop merah tersebut. Pasalnya seseorang tersebut merupakan seseorang yang beberapa hari kebelakang selalu menghantui pikirannya. Kenneth. Seorang pria yang pernah menjalin hubungan dengannya tetapi kandas dikarenakan oleh beberapa hal. Tetapi beberapa hari kebelakang hubungan mereka terlihat mulai bersemi kembali. Setelah beberapa hari yang lalu mereka tak sengaja bertemu di Cafe tempat Reyna bekerja.
*Beberapa hari yang lalu.
Kenneth turun dari mobilnya dan berjalan kearah sebuah Cafe yang kemarin sempat direkomendasikan oleh teman kantornya. Kenneth pun memasuki Cafe tersebut dan menuju ke kasir untuk memesan minumannya. “Americano Ice nya satu.” Ucap Kenneth tanpa melihat ke arah sang barista yang sedang menginput pesanannya. Tak ada suara beberapa detik hingga Kenneth mengubah arah pandangannya dari melihat menu menjadi melihat ke arah sang barista. “Ken..” Ucap sang barista. “Reyna..” Balas Kenneth dengan menyebut balik nama wanita tersebut. Dua orang yang telah lama tidak bertemu dikarenakan suatu hal, kembali bertemu dalam keadaan yang keduanya tidak pernah sangka.
“Udah lama tinggal di New York?” tanya Kenneth setelah sebelumnya mereka memutuskan untuk berbincang sebentar di salah satu sudut Cafe tersebut. “Baru sekitar 6 bulan.” Ucap Reyna. “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Kenneth kembali. “Aku ambil pendidikan S2 disini.” Jawab Reyna seadanya. Mereka berdua sama-sama terdiam tak tahu apa yang harus diucapkan lagi. Setelah diam beberapa saat, akhirnya Kenneth berpamitan kepada Reyna untuk kembali kekantor. “Aku pamit dulu, jam makan siang sebentar lagi akan selesai.” “Ah ini, kartu namaku, in case kamu berkenan untuk kita bertemu lagi kedepannya, silahkan hubungi nomorku.” Ucap Ken seraya memberikan kartu namanya kepada Reyna. Tanpa basa-basi lagi, Ken pun pergi meninggalkan Reyna yang masih terdiam menatap kearah kartu nama yang baru saja Ken berikan padanya.
Malam harinya pun terasa melelahkan setelah seharian bekerja di cafe dengan keadaan cafe yang hari ini sangat padat oleh para pelanggan. Ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur sembari menatap diam kearah langit-langit. Sambil tiduran, ia meraba kearah nakas disamping kasurnya untuk mengambil sesuatu. Kartu nama Ken. Ya, ia menyimpan kartu nama yang diberikan Ken. Ia menatap kartu nama tersebut dengan perasaan bingung, haruskah ia menghubungi Ken atau hanya membiarkannya saja?.
‘Ken, ini nomor handphoneku, Reyna.’ Tulis Reyna di ruang obrolannya dengan Ken.
Ia langsung menutup hpnya dan tidak siap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Reyna ragu dan takut untuk menghubungi Ken lebih dulu. Tetapi disisi lain, ia sangat ingin kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya itu. Hubungan apapun itu, pertemanan, persahabatan, atau lebih dari itu, ia hanya ingin selalu tahu bagaimana kabar lelaki tersebut. Ting. Satu pesan masuk di handphone Reyna. Ia kaget dan terdiam, tidak siap untuk melihat pengirim dari pesan yang baru saja masuk itu.
Dengan perlahan ia mengangkat handphonenya dan terlihat bahwa yang mengiriminya pesan adalah Ken.
‘Okay Rey, thank u udah nge-message aku, this is a greenlight i think...’ Reyna bingung dan kaget setelah membaca pesan dari Ken, pasalnya, secepat itu Ken mengerti arti dari pesan yang Reyna kirimkan kepadanya. Reyna tak bisa menahan senyumannya. Pipinya merah sampai menjalar keseluruh wajahnya. Reyna salah tingkah dibuat Ken. Ia pikir, ini adalah awal dari hubungan mereka (lagi). Hubungan apapun itu, asalkan ia bisa terus bertukar kabar dengan lelaki tersebut. Kenneth Maysond.