Karya : Muh. Bagas Ramadhana
Andra duduk bermeditasi di tepi danau sambil memandangi gemerlap air yang terpantul cahaya bulan. Hatinya penuh kekecewaan, ia merenungkan kegagalan cinta yang berulang kali. Andra adalah pria cerdas, tampan, dan mempunyai banyak teman, namun cinta sepertinya selalu jauh darinya.
Di kafe terdekat, Andra bertemu sahabatnya Maya yang berusaha menghiburnya. Maya duduk di hadapan Andra, "Halo, apa kabar? Lama tidak bertemu!" Andra tersenyum lemah, "Hei, Maya, Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah." "Ada apa? Katakan padaku," ucap Maya menuangkan kopi untuk Andra. Andra menghela nafas, "Inilah arti cinta. Sepertinya aku selalu gagal, Maya. Setiap kali saya mendekati seseorang, itu berakhir dengan kekecewaan." Maya memahami perasaan Andra: "Mungkin kamu terlalu keras pada dirimu sendiri. Percayalah pada dirimu sendiri, Andra. Ada seseorang di luar sana yang akan membuatmu merasa berharga." Andra tersenyum tipis: "Saya harap begitu."
Beberapa hari kemudian, Andra bertemu dengan Sofie, seorang wanita ceria dan menarik. Mereka mulai berkencan dan Andra merasakan sesuatu yang berbeda kali ini. Namun tak lama kemudian, hubungan mereka mulai memudar. Suatu malam, Andra bertemu Sofie di taman. "Sofie, apa yang terjadi? Aku merasa ada yang tidak beres di antara kita," ucap Andra lirih. Sofie memandangnya dengan sedih, "Andra, kamu luar biasa". Tapi aku merasa kita tidak punya banyak kesamaan. Maaf, tapi menurutku kita adalah teman yang lebih baik." Andra kembali kecewa, namun ia tidak menyalahkan Sofie. Dia mulai memikirkan perkataan Maya. Dia memutuskan untuk fokus pada dirinya sendiri dan menemukan kebahagiaan tanpa bergantung pada hubungan romantis.
Beberapa bulan berlalu dan Andra mulai menulis buku tentang pengalaman hidupnya. Dia menemukan cara untuk mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Kebahagiaan baru mulai mengalir dalam hidupnya ketika buku itu terbit dan banyak orang terinspirasi. Suatu hari, Andra mendapat undangan ke pesta buku. Di sana ia bertemu Anna, seorang jurnalis yang terpesona dengan tulisannya. Mereka membicarakan buku Andra dan memiliki minat yang sama. "Kamu menulis dengan sangat jujur. Aku terkejut," Anna berkata sambil tersenyum. Andra tersenyum, "Terima kasih. Ini pengalaman hidupku sendiri." Mereka berbicara lama sekali dan tertarik satu sama lain. Anna bercerita tentang pekerjaannya sebagai jurnalis, dan Andra tertarik dengan biografinya. Mereka tertarik satu sama lain dan memutuskan untuk bertemu lagi. Andra pulang berbeda kali ini. Dia merasa telah menemukan seseorang yang benar-benar memahami dan menerimanya. Akhirnya, kegagalan cinta masa lalu membawanya ke arah yang tidak dia duga. Hidupnya yang penuh kekecewaan membawanya pada seseorang yang menerima dirinya apa adanya. Kehidupan Andra terus berlanjut, kali ini dengan harapan dan keyakinan baru bahwa cinta sejati akan datang di waktu yang tepat, dengan orang yang tepat, tanpa perlu memaksakan diri. Hubungan Andra dan Anna semakin erat selama beberapa minggu. Mereka menikmati waktu yang dihabiskan bersama, saling mendukung untuk mewujudkan impian mereka dan menemukan banyak kesamaan. Andra merasa Anna adalah seseorang yang bisa ia percayai sepenuhnya, seseorang yang merasa nyaman menjadi dirinya sendiri.
Suatu hari, saat mereka sedang duduk di taman, Andra menatap Anna dengan tulus. "Anna, aku sangat beruntung memilikimu dalam hidupku. Kamu membuatku bahagia." Anna tersenyum pelan: "Andra, kamu juga membuat hidupku lebih bermakna. Kita saling melengkapi." Mereka merasakan kebahagiaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Hubungan mereka terasa sangat berbeda dengan apa yang pernah Andra alami. Meski Andra mengalami kegagalan dalam percintaan, namun semuanya kini terasa seperti bagian dari perjalanan yang membawanya menuju kebahagiaan sejati. Andra pun belajar bahwa cinta sejati tidak selalu harus terlihat sempurna seperti yang ia bayangkan. Kelemahan, kegagalan, dan rasa sakit dari hubungan sebelumnya telah membantu dia tumbuh sebagai individu yang lebih kuat dan bijaksana. Mereka saling mendukung untuk menjadi lebih baik dalam hubungan mereka, dengan saling menghormati dan memahami perbedaan satu sama lain.
Beberapa bulan kemudian, Andra duduk di tepi danau lagi, tetapi kali ini, dia tidak sendirian. Anna duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan penuh kasih. Mereka menikmati keindahan alam sambil bercanda dan berbagi cerita. "Andra, terima kasih sudah mengizinkan aku menjadi bagian dari hidupmu. Aku bersyukur setiap hari memilikimu," ucap Anna sambil tersenyum lembut. Andra balas tersenyum, "Terima kasih sudah mengajariku bahwa cinta tidak harus sempurna. Kamulah hal terbaik yang terjadi padaku." Mereka saling berpelukan dan merasakan kedamaian dan kebahagiaan dalam pelukan itu. Perjalanan panjang Andra mencari cinta berakhir disini, dimana ia menemukan seseorang yang menerima dirinya apa adanya. Dalam pelukan Anna, Andra menemukan kedamaian yang ia cari selama ini. Mereka tahu tidak ada yang sempurna, tapi dengan dukungan satu sama lain, mereka siap menghadapi apa pun yang terjadi selanjutnya.
Kisah cinta yang pernah gagal membuatnya menjadi lebih kuat, lebih bijaksana, dan menuntunnya pada cinta sejati. Andra menemukan bahwa terkadang kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju kebahagiaan sejati, karena dari setiap kegagalan ia belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan menemukan cinta sejati.