Sen Kanan Belok Kiri

7.9K 349 3
                                    

Katanya perempuan good looking itu banyak yang suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya perempuan good looking itu banyak yang suka. Tapi kok Geina belum laku sampai sekarang, ya? Padahal selain cantik, ia merasa dirinya juga baik, sopan, pintar, kalem meskipun sedikit cerewet. Tapi dari zaman dia mengenal lawan jenis sampai sekarang sudah lulus kuliah, ia tidak pernah berpacaran dengan laki-laki mana pun.

Bicara soal status, sebenarnya Geina tak benar-benar jomblo. Ada seseorang yang sedang ia dambakan. Bahkan Geina sudah pernah menyatakan perasaannya pada laki-laki itu. Namun, laki-laki bernama Kenan itu tidak memberikan kejelasan padanya, alias Geina digantung. Disebut pacaran tapi mereka belum pacaran. Disebut tidak pacaran tapi mereka sering jalan berdua layaknya orang pacaran. Antara gemas dan kesal, Geina berada di ambang ingin menyerah atau memilih bertahan.

Geina pernah hampir menyerah, tapi di saat ia menjauh, justru Kenan malah berusaha mendekatinya dan mengatakan jika Kenan juga memiliki perasaan kepadanya. Hal itu sempat membuat Geina senang tak karu-karuan. Tapi selang beberapa hari, Kenan malah menghilang dan membuat Geina merasa dipermainkan. Alhasil sampai sekarang, Geina memblokir segala akses Kenan kepadanya. Ia ingin move on.

"Gege pergi dulu, ya, Ma," Pamit Geina kepada Mamanya yang sedang menyemprotkan cairan yang entah apa ke bunga-bunga anggrek di teras rumahnya.

"Hati-hati. Jangan lupa bawa mantu buat mama," jawab Rosa–mamanya–yang sudah tak sabar menimang cucu.

Geina memutar bola matanya jengah. Kalimat yang belakangan ini menjadi ucapan wajib mamanya ketika ia akan keluar rumah, membuatnya cukup kesal. Pacar aja enggak punya, apalagi calon suami.

Jalanan mulai lenggang ketika Geina mulai mengendarai mobil milik papanya. Mobilnya sendiri sedang berada di bengkel sejak beberapa hari yang lalu dan belum sempat ia ambil. Dan kebetulan hari ini papanya tidak membawa mobil ke kantor, jadi bisa ia pakai–tentunya dengan izin dari papanya.

Rencananya Geina akan pergi ke kantor papanya untuk mencari kerja. Meskipun papanya pemilik perusahaan dan pemegang jabatan tertinggi di perusahaan, tapi Geina tidak ingin memanfaatkan kekuasaan ayahnya itu. Ia ingin belajar dari bawah meskipun mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dirinya mendapatkan jabatan yang penting di sana.

Mobil milik papanya itu melaju cukup kencang. Jalanan yang lenggang membuat Geina cukup mudah mengendarai mobilnya. Ia sedikit menginjak remnya ketika mobil mewah di depan tampak semakin mengurangi kecepatan. Dari lampu sen yang menyala, Geina pikir mobil itu akan berbelok ke kanan. Jadi ia memilih untuk mendahului mobil itu dari space jalan sebelah kiri karena dirasa masih cukup lebar. Namun siapa sangka, sepersekian detik mobil mewah di depannya tiba-tiba berbelok ke kiri hingga membuat Geina tak sengaja menabraknya.

Dengan rasa kesal bercampur marah, Geina segera turun dari mobil papanya yang sepertinya sudah penyok. Ia melihat kondisi bagian depan mobil papanya, dan benar saja. Mobil papanya penyok meskipun enggak terlalu parah.

"Kamu enggak bisa nyetir mobil?" desisnya marah kepada pengemudi mobil di depannya tadi.

"Kamu ngomongin diri sendiri? Sudah jelas-jelas kamu yang nabrak saya. Lihat mobil saya jadi penyok gara-gara kamu."

Sejenak Geina melongo melihat pria di depannya. Ia sedikit terkesima karena jujur saja pria itu terlihat cukup tampan dan berkharisma. Namun, ia segera sadar bahwa pria tampan itu tetaplah orang yang membuat mobil papanya penyok.

"Kenapa? Baru pertama kali lihat orang ganteng?" Pria itu tertawa meremehkan, membuat Geina tambah kesal. Ternyata selain enggak bisa nyetir, pria itu juga narsis.

"Kamu jangan kepedean. Saya lihatin kamu karena ada belek di mata kamu. Makanya cuci muka dulu sebelum nyetir, biar enggak nyelakain orang."

Geina tersenyum menang ketika pria itu tampak gelagapan dan mengucek matanya. Ia sempat berpikir, apa iya dia belum cuci muka?

"Gini aja. Lebih baik kamu ganti rugi sekarang daripada saya bawa ke jalur hukum," tawar Geina.

"Enak aja. Kamu yang nabrak kenapa saya yang harus ganti rugi?"

"Saya korban, ya. Kamu yang sen kanan, beloknya malah ke kiri. Mau nyaingin emak-emak?"

Pria itu menoleh, menatap lampu sennya. Ia tampak terkejut ketika melihat lampu sen yang menyala benar di sebelah kanan. Geina kembali tersenyum penuh kemenangan.

"Ya mungkin itu tadi enggak sengaja kepencet pas saya turun. Saya pengendara profesional, enggak mungkin salah."

Geina memutar bola matanya jengah. Ia kemudian mengulurkan tangannya ke depan, menunjukkan telapak tangannya. "Ganti rugi cepetan. Keburu macet."

Pria itu menghembuskan nafasnya kasar. "Oke gini aja. Kamu enggak perlu ganti rugi. Karena mobil kita sama-sama penyok, jadi saya maafin kamu. Anggap aja kali ini mood saya lagi baik."

Geina menatap cengo pria di depannya. Tak sadar jika pria itu baru saja melajukan mobil dan pergi meninggalkannya. Hingga suara celetukan orang menyadarkannya. "Woy, Mbak. Minggir. Kita mau lewat."

***

Geina merintih bingung saat papanya menelponnya. Mungkin karena dia tak jadi pergi ke kantor hingga siang hari. Ia masih takut untuk bertemu papanya karena mobilnya penyok. Untung saja tak terlalu parah, jadi masih bisa dibetulkan meskipun harus merogoh kocek yang lumayan banyak.

Melihat toko bunga di sekitar bengkel mobil, Geina memilih untuk mampir sebentar. Hitung-hitung ia sedang mencari sogokan untuk papanya. Ya meskipun papanya tidak terlalu suka dengan bunga, begitu pun dengan dirinya.

"Selamat datang di Kyla Florist."

Geina terkejut saat melihat sahabat lamanya berdiri dengan senyum manis menyapa kedatangannya sebagai pelanggan. "Loh, Kyla?"

Perempuan bernama Kyla itu juga cukup terkejut. Geina langsung saja memeluk sahabat lamanya itu. Pasalnya mereka sudah tidak bertemu beberapa tahun, bahkan lost contact karena ada suatu hal.

Mereka berdua lama bercakap, hingga seorang pria yang sangat familiar di mata Geina muncul menyapa mereka. Pria itu awalnya terkejut, lalu kemudian tersenyum setelah menyadari bahwa yang dilihat memang benar Geina.

"Long time no see, Ge. Dicariin noh sama Kenan," Sapa pria bernama Keegan itu.

Geina mendengus kesal. "Awas aja kalau kamu bilang ke kembaranmu aku di sini," ancamnya.

Keegan tertawa mengejek. Ia kemudian menurunkan bocah laki-laki yang ia gendong. Bocah itu kemudian langsung memeluk Kyla. "Bunda, Bian lapar," ujarnya.

Geina langsung terbatuk. "Ini anak kalian?" tanyanya dengan mata bergantian menatap Kyla dan Keegan.

"Anaknya temanku. Tapi udah kuanggap kayak anakku sendiri."

Geina menghembuskan nafasnya lega. "Kalian enggak nikah, kan?" tanyanya lagi untuk memastikan.

"Belum, soon. Nunggu kamu dapat cowok dulu biar bisa diajak kondangan," jawab Keegan yang dibalas umpatan oleh Geina.

"Btw, Ge. Kamu beneran masih jomblo, kan?" Keegan bertanya.

Geina menyipitkan matanya pertanda curiga dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Keegan. Laki-laki yang ia sebut sebagai dewa jahil itu memang patut untuk dicurigai.

"Kenapa?"

Bukannya menjawab, Keegan malah menoleh ke arah bocah laki-laki yang sedari tadi menatap Geina dengan tatapan mendamba. "Bian mau punya mama?" tanyanya ke bocah itu.

Bocah itu mengangguk antusias. "Coba tanya tante ini," ujar Keegan mengarahkan.

Bocah itu terlihat berbinar. Ia menghadap ke arah Geina dengan senyum manisnya. "Tante mau enggak jadi mama Bian?"

*** 

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa

Sen Kanan Belok ke Hatimu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang