Mantan Mertua

1.3K 87 0
                                    

Geina menatap takut ke arah Bram yang sedang berbincang dengan dokter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Geina menatap takut ke arah Bram yang sedang berbincang dengan dokter. Tangannya mengelus punggung tangan Bian yang tengah tertidur di ranjang rumah sakit. Matanya meneliti beberapa bagian tubuh Bian yang muncul ruam. Ia menyesal karena telah memberikan sembarang makanan kepada Bian.

"Terima kasih, Dok."

Bram berjalan mendekat setelah dokter yang menangani putranya pergi. Ia mendesah pelan saat menatap Geina yang juga menatapnya takut.

"Maaf, Pak," ujar Geina merasa bersalah.

"Enggak apa-apa. Untung kamu buru-buru bawa ke rumah sakit. Salah saya juga enggak kasih tau kamu kalau Bian alergi keju."

Pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan dua orang paruh baya yang tak asing di mata Geina. Paham bahwa kedua orang paruh baya itu adalah orang yang dikenal Bram, Geina beranjak minggir, membiarkan kedua orang tersebut mendekat ke arah Bian.

"Gimana bisa Bian kayak gini. Kamu bisa enggak jaga cucu saya? Kalau enggak bisa, biar Bian sama saya."

Geina menelan ludanya. Ia mulai mengingat siapa kedua orang itu. Mengetahui bahwa kedua orang itu adalah mantan mertua dari Bram, membuatnya mulai takut.

"Maaf, Ma,-"

"Jangan panggil saya mama lagi, saya bukan mama kamu."

"Maaf, Tante. Saya ceroboh kali ini. Tapi saya bisa menjaga Bian, tante tidak perlu khawatir."

Perempuan paruh baya itu terlihat tidak suka dengan jawaban Bram. "Gimana saya enggak khawatir. Bian jadi masuk rumah sakit karena kamu lalai. Kalau kamu peduli sama Bian, harusnya kamu bisa segera menikahi Amira."

Geina sedikit terkejut dengan jawaban perempuan di depannya. Ia melirik ke arah Bram yang tampak menggertakkan giginya menahan amarah.

"Sudah saya bilang, saya tidak akan menikah dengan Amira," ucap Bram tegas.

"Kenapa? Kamu sudah ada perempuan lain? Perempuan ini?" perempuan paruh baya itu melirik ke arah Geina.

Geina langsung menunduk. Perasaannya campur aduk. Antara kesal dan takut. Geina memilih diam dan menunggu respon Bram.

"Iya. Dia calon istri saya."

Geina tersenyum dalam hati mendengar jawaban Bram. Hal itu juga membuat kepercayaan Geina terhadap Bram juga turut meningkat. Tetapi, ucapan mantan mertua Bram membuat Geina kembali murung.

"Gara-gara dia Bian celaka, dan kamu masih memilih dia untuk jadi ibu sambung Bian? Saya tidak setuju. Bian hanya akan aman jika Amira yang jadi ibunya."

Bram kembali menggertakkan giginya. Bahkan urat lehernya mulai terlihat dengan jakun yang naik turun. Tangannya mengepal sesaat, sebelum dia mendesah panjang. "Saya tau apa yang terbaik untuk saya dan putra saya. Jadi saya mohon Tante tidak perlu ikut campur dengan kehidupan saya."

Sen Kanan Belok ke Hatimu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang