Ada Apa dengan Bram? (2)

1.9K 150 2
                                    

"Ge, ke ruangan saya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ge, ke ruangan saya sekarang. Cepat." Bram langsung mematikan sambungan teleponnya membuat Geina panik. Ditambah beberapa saat lalu Amira keluar ruangan Bram dengan raut wajah yang nampak kurang baik, menjadikan Geina semakin panik. Dengan khawatir, Geina segera bergegas menuju ruangan Bram yang hanya berjarak beberapa langkah dari meja kerjanya.

"Astaga." Geina buru-buru berlari ketika melihat Bram meletakkan kepalanya di meja kerjanya dengan mata tertutup. "Bapak kenapa?" tanyanya khawatir.

Bram membuka matanya perlahan. Ia kemudian mengangkat kepalanya dan menyandarkan punggungnya ke kursi yang ia duduki. "Tolong pijit kepala saya, Ge. Saya pusing banget."

Geina agak sangsi untuk melakukan permintaan Bram. Namun melihat Bram yang terlihat sangat tersiksa dengan kondisinya, membuat Geina tak bisa menolak.

"Badan Bapak panas. Bapak mau pulang aja atau mau saya antar ke rumah sakit?" tanyanya setelah tak sengaja tangannya merasakan suhu tubuh Bram yang cukup hangat. Tangannya bergerak untuk mulai memijat kepala Bram.

"Enggak usah. Kerjaan saya masih banyak," jawab Bram dengan mata terpejam.

"Ya tapi, kan, Bapak lagi sakit sekarang. Kerja pun pasti enggak fokus. Kalau sakitnya makin parah gimana?"

Bram menatap Geina. "Sudahlah. Pijitin saja aja. Jangan banyak omong," ujarnya. Geina menggerutu pelan. Awas saja kalau besok Bram sakit dan merepotkannya.

"Emh ... ahh ... lebih kuat, Ge. Ahh ...."

Mendengar desahan Bram, Geina spontan langsung menggeplak kepala pria itu. Ia meringis ketika Bram mengaduh kesakitan. "Maaf, Pak," ujarnya tak enak. "Lagian Bapak kenapa pake desah-desah segala. Mana suaranya keras lagi. Kalau ada yang dengar dan ngira kita lagi melakukan sesuatu gimana?" tanya Geina untuk membela dirinya.

"Ya kan emang kita lagi melakukan sesuatu. Kamu lagi mijitin saya, kan?" Bram sedikit mendengus kesal.

"Maksudnya sesuatu yang lain."

"Sesuatu apa?" tanya Bram pura-pura tidak tau.

"Ya itu. Bapak jangan pura-pura polos, deh."

Bram sontak tertawa. "Kamu kayaknya nafsu banget sama saya," ujarnya. Dia kembali tertawa ketika melihat Geina yang langsung mundur beberapa langkah dan menyilangkan tangannya di depan dada. "Bapak kali yang nafsu sama saya," jawabnya ketus.

Bram merenggangkan tubuhnya. Ia kemudian menutup laptop dan beberapa berkas yang sempat ia buka. Lalu menyusunnya rapi di mejanya. "Ayo kita pulang aja."

Geina menaikkan alisnya. "Pulang? Tadi katanya banyak kerjaan?" gumam Geina yang masih dapat didengar oleh Bram.

"Nanti saya sakit malah tambah repot. Jadi mending pulang aja," ujar Bram lagi. Geina mencebikkan bibirnya. Bram memang suka plin plan.

"Kamu ikut saya. Bian ingin ketemu." Mendengar nama Bian disebut,  Geina jadi bersemangat. Sudah hampir dua pekan ia tidak bertemu dengan Bian secara langsung. Geina mengangguk antusias dan berjalan mengikuti Bram untuk pulang.

Sen Kanan Belok ke Hatimu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang