Taken

2.2K 169 1
                                    

"Gege berangkat dulu, ya, Ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gege berangkat dulu, ya, Ma." Geina mencium pipi mamanya dan langsung ngacir keluar rumah. Ia sempat mendengar teriakan mamanya yang sedang membuat kue di dapur. Mamanya menyuruh Geina untuk sekalian membeli beberapa stok kebutuhan dapur yang sudah dikirimkan listnya melalui WhatsApp. Ia membalas dengan teriakan oke dari luar rumah, entah mamanya mendengar atau tidak.

Geina berhenti di sebuah mall. Rencana untuk maraton drakor hari ini gagal karena mamanya akan mengadakan arisan di rumahnya. Geina bukannya tak mau membantu, hanya saja ia tak mau bertemu dengan teman-teman mamanya yang pasti akan bertanya macam-macam, tak terkecuali tentang pasangan. Bisa saja Geina berdiam diri di kamar. Tapi pasti mamanya akan menyuruhnya untuk sekadar menyalami teman-temannya.

Geina berjalan masuk. Ia sebenarnya tidak ada tujuan ke mall. Ia sudah kenyang karena baru saja makan rendang daging buatan mamanya. Ia juga malas nonton karena film yang tayang hari ini tidak sesuai dengan seleranya. Ia juga tak suka boros. Alhasil, Geina memutuskan untuk melihat-lihat saja.

Cukup lama mengelilingi mall, Geina mampir di salah satu tempat makan yang menyajikan masakan jepang. Setelah memesan, Geina mencari tempat di sisi paling pojok ruangan. Untung saja sedang sepi, jadi ia bisa memilih tempat duduk dengan mudah.

"Ge," sapa seorang pria dari arah belakang Geina. Geina berbalik dan langsung terkejut ketika menyadari siapa yang telah menepuk pundaknya. "Ternyata beneran kamu. Long time no see, aku cari-cari kamu tapi enggak pernah ketemu."

Geina menyipitkan matanya. "Siapa ya?"

Pria bernama Keenan itu tertawa pelan, membuat Geina hampir saja ikut tersenyum. Namun gadis itu segera menggigit bibir dalamnya agar bibirnya tidak tertarik ke atas.

"Aku kangen kamu."

"Aku enggak," balas Geina sewot. Ia lalu pergi ke mejanya dan duduk di sana. Diikuti Keenan yang langsung duduk di depannya dengan masih menampilkan senyum manisnya. Geina mendesis. Bisa gagal move on kalau Keenan senyum-senyum terus, batinnya kesal.

"Kamu makin gemesin." Tiga kata yang berhasil membuat Geina kehilangan rasa kesalnya terhadap Keenan. Gila saja, berbulan-bulan Geina mencoba move on, tapi laki-laki di depannya ini dengan mudah mendobrak pintu hatinya.

"Nah gitu, dong. Kamu makin cantik kalau senyum."

Geina langsung menutup mukanya yang terasa panas. Sepertinya wajahnya sudah memerah. Perutnya terasa menggelitik hingga ia tak bisa menahan senyumnya yang makin berkembang. "Apa, sih?" ujarnya sewot, mencoba mengusir perasaan senangnya.

Keenan kembali tertawa dan mengusap pipi Geina. "Kamu kemana aja? Kenapa nomorku diblokir? Aku mau ke rumahmu sebenarnya, tapi takut kamu malah marah," jelas Keenan. Geina memang tidak pernah memberitahukan alamat rumahnya pada Keenan ataupun Keegan. Ia juga melarang laki-laki itu ke rumahnya kecuali Geina sendiri yang mengajak. Geina sedikit takjub jika Keenan bisa tau rumahnya dan memilih untuk tidak ke rumahnya karena mengingat larangannya itu.

"Kenapa aku harus bilang? Bukannya kita enggak ada hubungan apa-apa?" Geina mulai membuka mulut.

"Kita, kan, pacaran. Aku udah bilang sama kamu kalau aku juga cinta sama kamu," jelas Keenan. Geina mengangguk membenarkan. Memang, sih, Keenan pernah bilang jika dia mencintai Geina juga.

"Terus ... abis bilang cinta kamu seenaknya ngilang?" tuntut Geina kesal.

Keenan mendesah pelan. Dia kemudian memegang kedua tangan Geina setelah mengucapkan terima kasih kepada pelayan yang mengantarkan makanan Geina. "Kamu, kan, tau kerjaan aku, Ge. Kamu juga pernah bilang mau terima konsekuensi kalau jadi pacar aku," katanya.

Geina diam membenarkan. Keenan adalah seorang fotografer yang sangat mencintai dunianya itu. Ia sudah sering terbang ke luar negeri untuk urusan potret memotret. Selain itu, Keenan juga bekerja di salah satu perusahaan luar negeri yang bergerak di bidang design grafis. Dulu, Keenan sudah mengatakan jika dirinya mungkin akan sibuk dengan pekerjaannya dan mungkin tak bisa setiap waktu menemani Geina. Saking cintanya Geina dengan Keenan, ia dengan mudah berkata iya. Namun, pada akhirnya Geina sadar jika dirinya tidak suka ditinggalkan. Ia tidak suka sendirian. Anak tunggal sepertinya menginginkan pasangan yang selalu ada untuk menemaninya.

"Tapi kamu enggak pernah kasih kabar," ujar Geina masih mencoba membela dirinya. Satu hal yang tidak disukainya selama menjalin hubungan dengan Keenan adalah laki-laki itu tidak pernah berkabar. Keenan suka menghilang tiba-tiba tanpa kabar.

"Maaf. Aku enggak terbiasa ngabarin orang tentang kesibukanku. Tapi aku janji, habis ini aku bakal berubah. Please, maafin aku. Aku cinta sama kamu, Ge," ujarnya tulus. Geina sebenarnya juga paham jika Keenan memang sosok laki-laki yang tidak terbiasa memberitahukan urusannya pada orang lain. Hal itu mungkin juga efek dari hubungannya dengan orangtuanya yang lumayan merenggang karena karirnya itu.

Geina tersenyum lebar. Ada perasaan senang dalam hatinya. Melihat senyum tulus dari Keenan, membuatnya benar-benar langsung melupakan kekesalannya selama ini. Dengan pipi yang merona, Geina mengangguk pelan. Ia menerima kembali Keenan untuk menjadi kekasihnya. Meskipun dari dalam hatinya, ada satu sisi yang terasa hampa. Tapi Geina memilih mengabaikannya. Karena tepat hari ini, Geina sudah tidak jomblo lagi.

***

"Mama cantik sekali," ucap Bian yang menatap Geina dengan mata bulatnya. Bocah itu sedari tadi duduk di pangkuan Geina yang duduk di sofa. "Makasih, Sayang," ujarnya sambil mencium Bian dengan gemas.

Acara lamaran berjalan lancar. Geina tersenyum senang ketika mengingat senyum bahagia dan tepukan riuh semua tamu undangan ketika cincin berlian itu sudah terpasang indah di jari manis Kyla. Hari ini, akhirnya Keegan dan Kyla meresmikan hubungannya ke jenjang yang lebih serius.

"Kalau begitu kami pamit dulu." Om Juna–papa Keegan–berpamitan pulang. Geina menyalami om Juna setelah Kyla dan Bram. Kemudian lanjut menyalami Silka–mama Keegan. "Kapan-kapan mampir ke rumah tante, ya," ujar Silka kepada Geina. Tadi Geina sempat berbincang-bincang dengan Silka. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Silka dalam pandangan Geina adalah sosok yang lemah lembut dan ramah. Bahkan saking ramahnya, Silka menawarkan Geina untuk menjadi menantu keduanya yang direspon Geina hanya dengan senyumnya. Tidak tau saja jika Geina dan Keenan memang menjalin hubungan. Tapi mendengar tawaran Silka tadi, Geina tiba-tiba merasa ragu dengan hubungannya dengan Keenan. Apakah Keenan benar-benar serius dengannya? Apakah hubungan mereka nanti akan berlanjut ke pernikahan?

"Kamu nginep di sini aja, ya," bujuk Kyla tiba-tiba. Geina ingin menolak, tapi Kyla memaksa. Gadis yang baru saja bertunangan itu bahkan sudah bersiap untuk menelepon orang tua Geina untuk meminta izin.

"Pak Bram?" tanya Geina akhirnya. "Aku udah bilang ke mas Bram, kok. Dia izinin," jawab Kyla. Geina akhirnya mengangguk. Sepertinya bukan hal yang buruk. Mumpung besok weekend, jadi dia bisa bercerita semalaman dengan Kyla, atau bermain dengan Bian.

"Mama mau tidur di sini? Bian mau tidur sama mama," ujar Bian dengan raut wajah berbinar. Bocah yang sudah berganti pakaian itu bersorak kegirangan. Genia mengangguk semangat. Ia akan begadang dengan Bian malam ini.

Namun, sepertinya rencananya gagal. Pukul 10 malam, nyatanya Kyla dan Bian sudah tertidur pulas, menyisakan dirinya yang kini malah tidak bisa tidur.

***

Sen Kanan Belok ke Hatimu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang