Saya Tidak Suka Ngomong Hal yang Sama Dua Kali

2.5K 177 5
                                    

"Enak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enak?"

Bian mengangguk antusias. Geina tersenyum bahagia. Tak sia-sia perjuangannya untuk bangun pagi dan masak sarapan untuk Bian. Bocah itu kini sibuk menyantap nasi goreng ayam buatannya.

"Besok buatin Bian nasi kuning kayak buatan bunda, ya, Ma, ya," pinta Bian disela-sela kunyahannya. Geina mengangguk siap. Ia jadi bersemangat jika masakannya diapresiasi seperti ini. Ia juga baru tau jika makanan favorit Bian adalah nasi kuning lengkap dengan ayam suwir.

Geina bisa memasak, meskipun hanya sebatas masakan rumahan. Meskipun anak tunggal, dari kecil mamanya sudah mengajarkannya untuk mandiri. Ia sudah terbiasa masak sendiri ketika mamanya dulu membantu papanya untuk mengurus perusahaan. Namun, sejak kuliah memang dirinya sudah jarang sekali memasak. Dan hari ini pertama kalinya ia masak setelah sekian lama. Untung saja masakannya masih enak.

"Bapak mau sarapan sekalian?" tawar Geina ketika Bram datang dengan setelan kemeja warna soft bluenya. Geina sontak berdehem ketika melihat Bram yang berjalan sambil menggulung lengan kemejanya. Astaga, bahkan hari ini warna pakaian mereka senada.

"Kamu masak?" tanya Bram. Pria itu duduk di samping Bian dan mengusap puncak kepalanya. "Enak?" tanyanya. Bian mengangguk dan melanjutkan makannya.

"Saya bawa tiga kotak. Satu untuk Bian, satu untuk saya, dan satu buat Bapak, kalau mau." Geina menyodorkan sekotak tupperware berisi nasi goreng buatannya ke depan Bram, yang langsung pria itu terima setelah mengucapkan terima kasih.

Semalam, Kyla menghubungi Geina dan meminta tolong kepadanya agar membelikan sarapan Bram dan Bian karena Kyla sedang ada urusan mendadak dengan Vano di luar kota. Lantas Geina memutuskan untuk membuatkan sarapan saja dari pada membeli. Hitung-hitung dia unjuk bakat kepada Bram, supaya pria itu tidak menganggapnya remeh.

Geina juga membuatkan bekal makan siang untuk Bian. Dari informasi Kyla, Bian tidak bisa makan sembarangan, apalagi jajanan-jajanan dari luar. Untuk itu, Geina inisiatif membawakan bekal makan siang untuk Bian bawa ke sekolah.

"Bian berangkat dulu, Papa," ujar Bian ketika bus jemputan sekolahnya sudah datang. Bian menyalimi tangan Bram dan mencium pipi pria itu. Hal yang sama pun dilakukan oleh Bram kepada Bian. "Belajar yang baik, ya."

"Bian berangkat dulu, Mama." Geina tersenyum. Kupu-kupu di perutnya seakan bertebaran menggelitik perutnya, hingga membuatnya tersenyum lebar. Rasanya ia benar-benar jatuh cinta dengan Bian. Dan mungkin ia juga tak rela jika ada perempuan yang dipanggil Bian dengan sebutan 'mama' selain dirinya.

Tapi Geina tidak ingin menjadi istri Bram.

Geina akhirnya berangkat bersama Bram. Mobilnya ia letakkan di rumah Bram, sementara mereka berangkat menggunakan mobil Bram.

"Nanti malam bisa ikut saya?" tanya Bram memecah keheningan dalam mobil.

"Kemana, Pak?" Geina menatap Bram dengan tatapan sedikit curiga. Jangan-jangan Bram ingin mengajaknya kencan? Geina buru-buru menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan pikiran absurdnya. Dekat dengan Bram membuat otaknya sedikit error.

Sen Kanan Belok ke Hatimu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang