Menciptakan Neraka

3.2K 208 3
                                    

Lahir di keluarga kaya tidak membuat Geina bisa dengan mudah mendapat pekerjaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lahir di keluarga kaya tidak membuat Geina bisa dengan mudah mendapat pekerjaan. Ia tidak lolos seleksi wawancara di perusahaan papanya. Seperti tekadnya, Geina ingin memulai karirnya dari nol. Ia tidak mau menggunakan privilege dari orang tuanya. Sebenarnya ia pikir mencari pekerjaan adalah hal yang mudah, terlebih melihat IPKnya yang cukup bagus. Tapi nyatanya ia gugur. IPKnya tidak bisa menolong. Sedikit sedih karena harus ditolak di perusahaan papanya sendiri.

Dengan tekad kuat, Geina memilih untuk melamar kerja di perusahaan lain. Ia memilih melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Meskipun posisinya bukan seperti yang dia inginkan dan bisa dibilang juga bukan passionnya, tapi Geina tetap ingin mencobanya. Siapa tau keberuntungannya ada di sana. Terlebih lagi, lowongan pekerjaan itu juga atas rekomendasi dari Kyla.

Personal Assistant. Posisi yang ingin Geina tempati adalah pekerjaan yang sama sekali tidak pernah ia pikirkan. Ya ... meskipun jurusan kuliahnya memang sejalan dengan pekerjaan ini.

Geina mulai melangkah, memasuki lobi kantor yang terlihat mewah. Aroma pengharum ruangan dengan suhu dari AC yang cukup dingin membuatnya sedikit deg-degan. Untung saja dirinya sudah sarapan tadi.

"Permisi, wawancara kerja dengan ibu Helen di mana, ya?" Geina bertanya kepada resepsionis di sana. Dia menunjukkan undangan wawancara dari email miliknya.

"Oh silakan langsung naik ke lantai 7, ya. Bu Helen sudah menunggu di sana. Lift untuk tamu ada di sebelah sana," ujar resepsionis itu menunjukkan lift yang berada di sisi kanan lobi.

Setelah mengucapkan terima kasih, Geina buru-buru berjalan menuju lift dan naik ke lantai 7. Keluar dari lift, ia langsung disambut dengan pintu utama ruangan direktur yang cukup besar. Sepertinya satu lantai itu yang ada 1 pintu utama. Mencoba melangkahkan kakinya untuk mengetuk pintu, Geina terkejut saat melihat Bram baru saja keluar dari sebuah pintu di pojok ruangan yang sepertinya adalah pantry.

"Ngapain kamu di sini? Ah ... saya tau. Kamu pasti OB, ya. Sudah saya duga, sih."

Bram awalnya juga nampak terkejut. Namun ia segera menetralkan raut wajahnya. Dengan santai, ia melangkahkan kaki masuk ke ruangan direktur dengan membawa 1 cangkir kopi, menghiraukan Geina yang jutrus merasa kesal karena diabaikan.

"Huh ... pasti dia malu karena ketahuan kalau ternyata OB," ujarnya mencoba menghibur dirinya sendiri. "Tapi kok OB punya mobil mewah ya?" lanjutnya mulai takut. Namun, Geina memilih mengesampingkan ketakutannya. Ia ingin fokus ke wawancaranya saja.

Geina mengetuk pintu. Tak berapa lama, seorang perempuan dengan perut buncit menghampirinya dengan senyum manisnya. Geina menduga itu adalah bu Helen, yang sebelumnya ia pikir adalah sosok wanita yang otoriter dan menakutkan. Tapi ternyata bu Helen terlihat seperti seseorang yang lemah lembut.

"Geina, ya? Ayo masuk," sapanya dengan ramah.

"Ah terima kasih, bu Helen."

"Ayo duduk."

Sen Kanan Belok ke Hatimu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang