02. Jakarta

617 78 0
                                    


.
.
.
.
.
Saga terus mengawasi Harsa yang hanya diam saja begitu mereka sampai di jakarta, bahkan setelah mereka sampai di rumah mewah Yudhis. Harsa tidak mau di beri kamar sendiri dan memilih sekamar dengan Saga, sebenarnya itu membuat Saga lega.

"Sa, kenapa?" Harsa menggeleng dan kembali bergelung dengan selimut nya.

"Yakin? Kita udah di jakarta loh, gak mau jalan-jalan?" Harsa kembali menggeleng.

"Di luar hujan mas, nanti dingin." Saga menghela nafas, memang jakarta sedang di guyur hujan hari ini.

"Ya udah, sini cerita sama aku. Apa yang kanu rasain? Ada yang sakit atau lagi gak enak hati?"

Grep

Harsa bukannya bercerita, malah memeluk lengan Saga erat.

"Aku pusing mas, diem dulu sebentar." Saga menghela nafas panjang.

"Itu karena kamu belum makan, dari di kereta kemarin kamu kan cuma makan roti aja, makan dulu ya?" Harsa terpaksa mengangguk.

"Ya udah tunggu sebentar biar aku ambilin, atau mu ikut ke bawah?" Harsa menatap Saga lekat.

"Gak ada om Satria kan?" Saga terdiam sebentar sebelum menggeleng.

"Gak ada, om Satria ke kantor, ayo kalau mau ikut turun." Harsa mengangguk dan ikut turun ke bawah.

Saga akhirnya menyadari jika tingkah aneh Harsa sejak sampai semalam adalah karena ini adalah rumah keluarga Yudhis, pemuda itu masih trauma atas tuduhan om Satria mereka itu.

"Harsa, udah enakan?" Harsa menatap bingung pada Saga juga Hala yang baru saja bertanya.

"Yudhis bilang kamu lagi gak enak badan, pasti capek ya perjalanan ke jakarta?" Harsa hanya mengangguk saat Hala mengelus kepalanya.

"Ya udah, sini makan. Tante tadi bikin ayam kecap buat kamu." Harsa tersenyum tipis saat Hala memperlakukannya seperti itu, hal itu membuat Harsa merindukan sang bunda.

"Makasih tante." Hala tersenyum manis dan mengelus kepala Harsa setelah mengambilkan nasi dan lauk untuk Harsa.

"Yang lain kemana tante?" Hala beralih menatap Saga, saat pemuda itu ikut duduk di meja makan sambil membawa segelas teh hangat dan langsung memberikannya pada Harsa.

"Ada di kamar Yudhis tuh, paling lagi main pees."
.
.
.
.
.
Harsa hanya diam di dalam kamar nya, tentu saja dengan Saga yang setia ada di sebelahnya. Bukan karena apa, tapi karena lengan Saga sudah di dekap erat oleh Harsa.

"Harsa, kamu masih takut sama om Satria ya?" Tubuh Harsa menegang mendengar pertanyaan Saga.

"Sa?"

"Aku takut ada yang hilang dari rumah om Satria, nanti aku di tuduh lagi." Saga menghela nafas panjang.

"Gak akan ada yang berani nuduh kamu disini, kan kamu selalu sama aku, jadi gak usah khawatir." Harsa mengangguk dan mulai memejamkan matanya.

"Tapi aku tetep takut mas, rasanya masih terngiang-ngiang waktu om Satria nuduh aku."

"Aku di tatap kayak maling padahal aku sama sekali gak ambil apa pun." Saga mengangguk dan memilih menepuk pelan lengan Harsa.

"Iya aku tau, udah tidur aja, katanya tadi pusing." Harsa mengangguk.

Saga mengelus pelan kepala Harsa, memastikan adik sepupunya itu terlelap. Cuaca dingin karena hujan begini cukup mengkhawatirkan untuk Harsa, karena bisa saja Harsa sesak nafas karena hal itu.

"Dia benar-benar masih takut sama om kalian ya?" Saga tersenyum melihat Hala masuk ke kamar nya.

"Tante sudah dengar sendiri tadi." Hala tersenyum sendu, rasanya sangat sakit saat mengetahui keponakan nya, anak dari kakak keduanya justru takut pada suaminya.

"Harsa terlalu sering di perlakukan tidak adil tante, jadi sekecil apapun perlakuan menyudutkan kalian pasti akan terus dia rekam di kepalanya."

"Secara tidak sadar hal itu akan membuat Harsa memberikan jarak dengan siapa pun yang telah memperlakukannya secara tidak adil." Hala kembali tersenyum sendu.

"Tante tau, oh iya Saga, Harsa suka makan apa?" Saga menatap Hala bingung.

"Kalau tante mau Harsa gak nolak buat makan, kasih saja mie instan atau bakso."
.
.
.
.
.
Hala tidak mungkin mengijinkan putra dan keponakannya makan mie instan, itulah kenapa Hala memasang olahan seafood untuk mereka, namun sepertinya Hala lupa jika Harsa alergi seafood.

"Mama masak seafood?" Yudhis yang pertama kali duduk di meja makan langsung bertanya.

"Kamu kan suka seafood Yud, ada yang salah? Sepupu kamu juga suka seafood." Yudhis menatap ke arah Saga yang baru saja datang sendirian, tanpa Harsa.

"Harsa mana Ga?" Saga menatap ke arah Hala yang baru saja keluar dari dapur.

"Harsa masih tidur tante, gak usah di bangunin dulu, dia demam." Hala menghela nafas dan mengangguk.

"Ya udah, sini kalian makan dulu." Saga akhirnya tau alasan kenapa Yudhis menatanya begitu dia melihat ke meja makan.

"Nanti pisahin buat Harsa ya?" Saga menahan tangan Hala yang akan memisahkan lauk untuk Harsa.

"Gak usah tante, nanti biar Saga beliin bakso aja buat Harsa. Harsa butuh makan yang berkuah dan anget, lagi pula Harsa alergi seafood tante." Ucapan Saga membuat Hala merasa bersalah.

"Maafin tante ya, tante gak tau kalau Harsa alergi seafood." Saga menggeleng.

"Gak papa tante, lagi pula Harsa sebenarnya gak akan masalah kalau tante masak seafood." Hala mengelus pundak Saga pelan.

"Ya sudah kalian makan dulu, biar tante yang pesenin bakso buat Harsa. Tante pesenin di tempat langganan tante."

Susana makan malam mereka kali ini sepi, karena tidak ada yang berbicara saat makan. Mereka ingin cepat selesai dan melihat keadaan Harsa, terutama Wildhan dan Candra.

"Makan pelan-pelan, Harsa gak akan kemana-mana. Lagian setelah kalian lihat Harsa nanti, kalian bisa ke kamar masing-masing dan biarin Harsa istirahat.
.
.
.
.
.
Harsa tetap bergelung di dalam selimut setelah Saga memaksanya makan bakso yang di pesankan Hala tadi, pemuda mungil itu sebenarnya ingin menolak makan, tapi dia ingat jika dia tidak boleh merepotkan yang lain.

Saga tidak beranjak sedikit pun dari sisi Harsa, karena Saga tau jika Harsa sudah sakit maka dia tidak akan mau di tinggal.

"Mas, ini obat yang mas minta." Yudhis masuk ke dalam kamar dan memberikan kantung plastik berisi obat yang di minta Saga sebelumnya.

"Makasih ya Yud." Yudhis mengangguk dan berjalan mendekati ranjang Saga dan Harsa.

"Mas Harsa beneran gak papa mas? Gak perlu di bawa ke rumah sakit?" Saga menggeleng.

"Harsa cuma kecapekan Yud, dia beberapa hari gak bisa tidur nyenyak karena mimpi buruk, jadinya ya gini demam." Yudhis menghela nafas panjang.

"Ya udah, kalau besok mas Harsa masih demam, main ke cafe nya di undur aja ya?" Saga mengangguk setuju, meskipun tidak tau apa Harsa akan setuju atau tidak.

"Iya, lihat besok aja. Sana kamu juga istirahat Yud, besok masih nganter Yoga ke rumah nya kan?" Yudhis mengangguk kecil.

"Iya mas, tau tuh tumben manja, biasanya juga pulang sendiri." Saga tertawa kecil mendengar gerutuan Yudhis.

"Ya sekali-sekali kamu jadi kakak yang baik buat Yoga." Yudhis justru merengut mendengar ucapan Saga.

"Aku selalu baik sama dia loh mas, dia nya aja yang kadang galak ke aku."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat sore...
Ada yang nungguin GRHYA gak?
Ayo nih, di tungguin jawaban nya sama mas Harsa...

Selamat membaca dan semoga suka

See ya

–Moon–

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang