26. Kencan?

546 77 8
                                    


.
.
.
.
.
Yoga menatap bingung pada Yudhis yang terus saja senyum-senyum tidak jelas saat datang ke kebun, entah apa yang sedang di pikirkan oleh sepupu tinggi nya itu saat ini.

Sejak kemarin Yudhis memang terlihat sangat aneh, kadang marah sendiri, kadang senyum-senyum sendiri. Jujur saja Yoga ngeri melihat kelakuan Yudhis saat ini, jika saja tidak ingat ada Mala, maka Yoga pasti sudah memukul kepala Yudhis sejak kemarin.

"Lo kesambet apaan sih Yud? Senyum-senyum gak jelas kayak gitu." Yudhis berdecak saat Yoga menegurnya, namun tak lama senyum kembali terukir di bibir Yudhis.

"Yog, lo mau date sama mbak Mala kan nanti?" Yoga mengangguk.

"Ajak mas Harsa sama mbak Freya sekalian deh, ajakin ke cafe awan, kan ada live music disana nanti." Yoga menatap lekat pada sepupunya itu.

"Lo lagi ngerencanain apa?" Yoga menghela nafas begitu melihat senyum miring Yudhis.

"Gue denger dari salah satu temen kost nya si cewek ayam kecap itu kalau cewek ayam kecap itu mau nugas di cafe awan sama beberapa temen nya. Gue gak harus jelasin semuanya ke lo kan?" Yoga mengangguk paham dan ikut memasang senyum miring.

"Okey kalau gitu nanti gue ajak mas Harsa sama mbak Freya, tapi gue harus bilang ke mas Saga dulu." Yudhis mengangguk.

"Gue yakin sih nanti mas Saga juga bakal nyusul sama pacar nya, jangan lupain Jevan sana Anara. Mereka berdua gak bakal ngelewatin kesempatan buat bikin si cewek ayam kecap itu kepanasan."
.
.
.
.
.
"Mas Harsa ayo ikut, aku udah ijin mas Saga kok. Cuma ke cafe awan loh mas." Harsa menghela nafas panjang, dia baru saja kembali ke rumah tapi langsung di todong Yoga dengan ajakan.

"Ajak yang lain aja deh Yog." Yoga menggeleng.

"Ayo lah mas, aku jarang loh ngerengek minta mas Harsa ikut, ya?" Harsa yang tidak tega akhirnya mengangguk.

"Ya udah aku ikut, tapi cuma ngumpul di cafe awan loh ya." Yoga tersenyum dan mengangguk.

"Iya mas, nanti habis isya' kita berangkat." Harsa mengangguk dan memutuskan masuk ke kamar nya.

"Gimana?" Yoga menoleh pada Yudhis yang baru saja bertanya.

"Beres, lo beneran gak mau ikut?" Yudhis menggeleng.

"Gak, gue, Wildhan, Candra sama Maven bakal di rumah. Lagian harus ada orang di rumah pas eyang Juna, bude Agni, pakde Pandu, tante Esha sama om Rudi dateng." Yoga mengangguk, benar juga, eyang Juna yang tadi pagi ke surabaya akan pulang ke malang bersama keluarga Saga dan keluarga Wildhan.

"Ya udah, gue mau tidur dulu sebentar sambil nyusun rencana buat manasin tuh cewek." Yudhis tertawa pelan. Yoga adalah orang memberi restu pertama untuk Aruni, namun sekarang berbalik menjadi musuh yang memusuhi gadis itu.

"Ye, udah sore nyet. Gak boleh tidur sore-sore gini, pamali." Yoga berdecak mendengar ceramah Yudhis padanya.

"Kayak bukan kebiasaan lo aja tidur sore, dah lah gue mau ke kamar dulu."
.
.
.
.
.
Harsa hanya diam waktu Yoga dan Mala ternyata mengajak Freya juga, tidak ada kata protes dari pemuda mungil itu. Itu pun karena dia tau kalau Saga dan Jevan akan menyusul kesana bersama kekasih mereka masing-masing.

Harsa tau semua sepupunya menerima Freya diantara mereka, bahkan Mala dan Anara terlihat dekat dengan sahabat Wildhan itu.

"Oh jadi Mala ini sahabat nya Harsa?" Mala mengangguk dan tersenyum manis menanggapi Freya.

"Iya, saya temen nya Harsa dari sd sampai SMA, tetangga juga. Sama kayak kamu sama Wildhan." Freya melirik sekilas ke arah Harsa yang tetap diam.

"Terus kaget gak waktu tau kalau ternyata pacar kamu sepupunya sahabat kamu?" Mala tertawa kecil.

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang