35. Sibuk

404 72 3
                                    


.
.
.
.
.
Penghuni rumah eyang Juna bertambah satu, saat ini Anara sudah resmi menjadi bagian keluarga Bratadikara dan tinggal disana. Menjadi teman Arin sebagai sesama perempuan, menantu dari cucu pertama dan cucu terakhir.

Namun tentu saja kesibukan keluarga eyang Juna tidak berhenti disana, karena saat ini Wildhan sudah pergi ke surabaya untuk mengurus surat-surat miliknya. Candra juga sudah terbang ke jogja bersama kedua orang tua nya semalam, karena sebenarnya Candra hanya punya waktu dua minggu sebelum pernikahannya.

Saat ini hanya ada Yudhis, Yoga, Maven, Harsa, Jevan dan Anara, karena Saga dan Arin sudah pergi bekerja.

"Jev, mulai hari ini bantuin aku di kebun, itu perintah eyang." Jevan mengangguk saat mendengar ucapan Yoga. Eyang Juna sudah mengatakan hal itu sebelum ikut Wildhan ke surabaya.

"Mas Harsa, hari ini gue anterin ya?" Harsa hanya mengangguk sambil meminum teh hangat nya.

"Yudhis, kamu nungguin dua jam disana gak apa? Soalnya aku cuma ada satu kelas, kalau gak nanti aku pulang sendiri aja." Yudhis menggeleng.

"Gak apa mas, gue tungguin aja. Gue pingin liat apa dua curut itu berani deketin mas Harsa atau gak kalau ada gue." Harsa terpaksa mengangguk.

"Ya udah terserah kamu, tapi jangan ribut." Yudhis mengangguk.

"Mas Harsa, mas suka ayam kecap kan? Nanti aku masakin buat makan siang ya?" Harsa menoleh dan menatap ke arah Anara yang tampak berbinar.

"Kamu gak mau masakin makanan kesukaan Jevan aja?" Anara melirik ke arah suami nya.

"Masak mas, jadi nanti mas Harsa makan di rumah ya?" Harsa akhirnya mengangguk dan segera beranjak.

"Kalau gitu ayo berangkat Yud."
.
.
.
.
.
Waktu dua minggu itu akan terasa sebentar saat di lalui dengan kesibukan, hal itu juga yang di rasakan oleh Candra. Rasanya baru kemarin dia pulang ke jogja bersama kedua orang tua nya setelah resepsi pernikahan Saga juga Jevan, tapi sekarang dia sudah melihat semua sepupu nya dari pihak ibu berkumpul di jogja.

Hanya dalam waktu hitungan jam Candra sudah akan melepas masa lajang nya, menikahi gadis pilihan nya yang sudah menemani Candra selama empat tahun terakhir.

Tap

"Mau nikah kok ngelamun." Candra menoleh dan menemukan Saga tengah tersenyum ke arah nya.

"Mas, setelah nikah kita masih bisa sedekat sebelumnya gak sih?" Saga tersenyum dan mengangguk.

"Bisa, kenapa gak bisa? Kita masih tinggal serumah dan masih akan ketemu setiap hari nya." Candra menghela nafas panjang.

"Iya aku tau mas, aku cuma takut kalau nantinya justru ada batas diantara kita." Saga lagi-lagi tersenyum.

"Can, setelah menikah prioritas kita mungkin akan berubah dan memang harus berubah. Jika dulu prioritas kita adalah orang tua dan keluarga, setelah menikah prioritas kita itu akan bergeser menjadi istri. Namun itu semua sudah menjadi kewajiban kita, kita menikahi gadis pilihan kita, meminta nya dan membawa nya pergi dari keluarga yang selama ini menjamin kebahagiaannya."

"Kita masih akan tetap memikirkan keluarga, tapi tetap di atas itu masih ada istri. Itu lah kenapa kita mencari istri yang mau menerima keluarga kita apa ada nya, karena pernikahan bukan hanya tentang dua orang, tapi tentang dua keluarga. Jangan khawatir tentang hal yang akan berubah nanti nya, karena semua pasti akan berubah pada akhirnya, hanya bagaimana kita menanggapi tentang perubahan itu." Candra tersenyum dan mengangguk saat mendengar ucapan panjang Saga.

"Makasih mas." Saga mengangguk.

"Oh iya, kamu lihat Harsa?" Candra menatap Saga lekat sebelum mengangguk.

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang