25. Cocok?

444 72 5
                                    


.
.
.
.
.
Harsa tidak mengerti apa yang diinginkan sepupu-sepupunya, mereka memaksa Harsa untuk mengenal Freya lebih dekat, dan yang lebih mengejutkan Harsa bahwa Saga, Yudhis dan Wildhan yang mengatakan itu.

Ketiganya adalah orang yang paling susah di dapat restunya oleh Aruni dulu, tapi sekarang mereka justru orang pertama yang mengijinkan Freya mendekatinya.

"Harsa." Harsa menoleh saat mendengar suara lembut Mala.

"Masih badmood?" Harsa tidak menjawab dan hanya kembali menatap lurus pada para pekerja kebun yang tengah bekerja.

"Yudhis bilang kamu nolak buat adopsi anak kucing lagi? Kenapa?" Jika saja Mala tidak mengenal Harsa sangat lama, pasti gadis itu akan memilih menjauhi Harsa.

"Nanti mati lagi." Mala tersenyum tipis.

"Mereka gak akan mati, nanti sama yang lain di bikinin kandang di belakang rumah." Harsa tetap menggeleng.

"Gak usah, aku gak mau pelihara kucing lagi." Mala tau jika Harsa trauma melihat kucing-kucing itu mati di hadapannya.

"Anak-anak alumni osis angkatan kita pingin kumpul-kumpul Sa, kamu mau ikut?" Harsa menoleh pada Mala yang duduk di sebelahnya.

"Kapan?" Jawaban Harsa membuat Mala tersenyum senang.

"Minggu depan, tapi di pare. Kalau kamu ikut nanti kita berangkat bareng aja, mereka juga pasti seneng kalau ketua osis yang mereka hormati ini akhirnya muncul." Harsa berdecak pelan saat mendengar ucapan Mala.

"Mereka sering nanyain kamu tau Sa, katanya mereka kangen kamu marahi kalau gak serius pas rapat. Nomor kamu aku masukin ke grup gimana?" Harsa menggeleng.

"Gak usah, nanti hape ku berisik. Lagian percuma juga, aku jarang mainin hape." Mala tersenyum dan mengangguk.

"Harsa, temennya Wildhan itu cantik kan?" Harsa hanya berdehem saat mendengar pertanyaan Mala.

"Mereka pingin kamu deket sama dia, supaya kamu bisa lupain Aruni Sa." Harsa menghela nafas pelan.

"Aku bahkan gak bisa nemuin arti berharga dia buat aku sekarang Mal, aku juga udah lupain dia." Mala menatap ke arah Harsa.

"Aku tau kalau soal itu, dengan kamu yang gak mau nyebut namanya aja, udah jelas kalau kamu udah gak peduli lagi sama dia. Tapi bukan soal itu yang bikin mereka mau kamu deket sama Freya, sepupu-sepupu kamu itu mau kamu sembuhin hati kamu dan buka lembaran baru sama Freya." Harsa terdiam dan menggeleng.

"Aku gak bisa Mal, aku mungkin bisa nerima dia, tapi aku takut aku gak akan pernah bisa sepeduli itu sama dia. Dia bisa dapat cowok yang lebih baik dari aku Mal, apa lagi dia sopan dan berpendidikan tinggi."
.
.
.
.
.
"Hai." Harsa yang baru saja membantu Yoga hanya melirik pada Freya yang menyapanya.

"Aku gak perlu kenalin nama ku lagi kan? Wildhan udah ngenalin aku ke kalian kemarin." Harsa hanya diam tanpa berniat menjawab.

"Hm." Harsa hanya membalas dengan deheman, namun Freya tidak tersinggung sama sekali, mungkin karena Saga sudah menjelaskan tentang Harsa.

Freya tidak lagi berbicara, gadis itu hanya berjalan di sebelah Harsa yang akan kembali ke rumah kebun. Freya sepertinya tau jika Harsa adalah tipe orang yang akan ilfeel saat berhadapan dengan orang yang cerewet.

"Oh iya Sa, aku denger dari Wildhan kamu masih kuliah." Harsa menghela nafas dan berhenti berjalan. Pemuda mungil itu berbalik dan menatap lekat pada Freya.

"Kamu gak perlu deketin saya hanya karena Saga minta kamu melakukan itu." Freya terdiam saat Harsa mengatakan itu dan beranjak pergi. Bukan ucapan panjang Harsa itu yang membuat Freya terdiam, namun tatapan matanya lah yang mampu membuat Freya terdiam.

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang