68. Ngidam

529 69 3
                                    


.
.
.
.
.
Kepolosan Harsa tentang malam pertama ternyata mampu membuat sepupunya tidak bisa berkata-kata, terutama Yoga dan Jevan yang mendengar sendiri saat Harsa bertanya pada Saga.

Mereka tidak menyangka jika sepupu tertua kedua mereka bahkan harus menanyakan hal itu pada Saga, tapi mengingat jika dipernikahan sebelumnya Harsa bahkan tidak pernah sekamar dengan Aruni, hal itu tidak lagi aneh.

Saga bahkan di buat geleng-geleng saat Harsa meminta saran padanya, kenapa disaat seperti itu adik sepupu nya itu sangat menggemaskan.

Tidak ada yang tau Harsa sudah melakukannya dengan Freya atau belum, karena tidak ada lagi kelanjutan pertanyaan Harsa dikemudian hari.

Harsa hanya akan pergi kuliah seperti biasa, tapi kali ini tentu saja setelah mengantar Freya ke puskesmas. Sedangkan Adel tengah dibawa oleh Kalya yang memang tengah tinggal di rumah Jevan, kangen cucu katanya.

Namun yang membuat rumah utama ramai itu justru rengekan Arin, karena perempuan itu selalu ingin ada di dekat Harsa, sama seperti saat Anara hamil dulu.

Seperti saat ini, Arin meminta Harsa tetap di rumah karena dia ingin ditemani, sedangkan Harsa ada jadwal kuliah pagi hari ini. Saga sudah membujuk Arin agar bersama yang lain saja dulu, sementara Harsa kuliah, namun Arin menolak, dia ingin bersama Harsa.

Harsa sendiri sudah memasang wajah tidak enak, selain dia akan ada ujian, Harsa sendiri belum senyaman itu berada di dekat Arin. Meskipun Harsa sudah mengingat nama sepupu iparnya itu, begitu juga restu yang sudah dia berikan.

"Saga, aku berangkat dulu." Harsa akhirnya langsung pamit saat melihat Freya sudah siap.

"Iya hati-hati." Saga mengangguk, dia tau jika Harsa tengah kesal saat ini. Ingatkan Arin jika Harsa tidak suka di pepet oleh pasangan saudaranya, ya kecuali Anara dan Riana, karena bagi Harsa mereka berdua adalah adik kecil di matanya.

"Harsa, gak usah kuliah, disini aja." Harsa tetap berjalan tanpa menoleh saat mendengar rengekan Arin.

"Mas, itu Arin gak mau ditenangin dulu?" Freya akhirnya bertanya saat mereka sudah masuk kedalam mobil.

"Gak dek, lagian sudah ada Saga." Freya jelas menyadari ada gurat kesal di wajah Harsa.

"Mas kesel ya sama Arin? Karena di suruh nemenin?" Harsa hanya diam sambil menjalankan mobilnya.

"Saya gak kesal masalah itu, saya hanya gak suka kalau mbak Arin sudah mulai menempel, apa lagi di depan Saga." Freya mengangguk, dia akhirnya paham kenapa Harsa bersikap tegas dengan tidak mau mengiyakan permintaan Arin.

"Oh gitu, mas Harsa hari ini pulang jam berapa?" Harsa melirik sebentar ke arah Freya yang menatapnya antusias.

"Nanti saya pulang jam satu, tunggu saya di puskesmas ya, nanti saya jemput." Freya mengangguk.

"Iya mas, nanti tetap kabari aku loh ya." Harsa tersenyum tipis.

"Iya nanti saya kabari."
.
.
.
.
.
Arin mendiamkan Saga karena tidak membantunya menahan Harsa tetap di rumah, sedangkan Saga hanya bisa menghela nafas panjang melihat tingkah istrinya.

"Ay, mau sampai kapan kamu diem gini?" Arin membuang muka saat Saga mendekatinya.

"Sampai kamu bawa Harsa pulang!" Saga kembali menghela nafas panjang.

"Ay, kamu gak bisa maksa Harsa kayak gitu, nanti bisa-bisa Harsa malah ngejauh dari kamu." Arin menatap marah pada Saga saat mendengar hal itu.

"Harsa gak akan bisa marah, lagian aku lihat selama ini Harsa gak pernah marah." Saga tidak tau harus bagaimana lagi memberitahu istrinya yang tengah hamil muda.

"Harsa bukan gak bisa marah ay, tapi dia nahan semua amarah nya. Kamu gak lihat tadi dia udah pasang wajah kesal?" Arin terdiam mendengar ucapan Saga.

"Ay, Harsa baru ingat nama kamu beberapa bulan ini loh, kamu gak mau Harsa mulai gak mau nyebut nama kamu kan?" Arin menggeleng.

"Tapi aku mau sama Harsa, kenapa kamu gak ngerti sih mas!"

"Harsa itu gak suka dipepet sama orang yang udah punya pasangan by, dulu Elin juga pernah ngelakuin itu dan hasilnya sampai saat ini Harsa selalu bangun tembok sama Elin, Harsa cuma luluh sama Rayi." Arin menatap Saga tidak percaya.

"Tapi Harsa gak masalah di pepet sama Riana atau Anara, kenapa sama aku harus gak suka?!" Saga menghela nafas lelah, istrinya yang sedang hamil tujuh bulan itu tampak sangat keras kepala.

"Karena kamu sama dia seusia ay, Harsa gak bisa bersikap santai kalau kamu nempel ke dia, tolong ya ay, nanti kita cari ice cream aja ya?" Arin terpaksa mengangguk, dia tergoda dengan ice cream.

Saga bisa bernafas lega, ternyata menghadapi mood istri yang sedang hamil itu sangat melelahkan, tapi Saga menyukainya. Pantas saja Yudhis dan Candra tidak pernah protes saat istri mereka rewel karena ngidam beberapa bulan lalu, mungkin didukung jika kehamilan mereka adalah yang kedua, jadi tidak serewel Arin.

"Aku penasaran Harsa sama Freya gimana ya mas? Mereka kan sama-sama gak paham soal anu, padahal udah nikah lebih dari empat bulan."
.
.
.
.
.
Harsa pulang ke rumah lebih dulu saat Freya memberinya kabar jika dia akan pulang sedikit sore, karena masih ada janji dengan pasien yang harus dia tangani.

Harsa menghela nafas saat melihat semua adik-adiknya tengah duduk ruang keluarga dengan anak-anak mereka, apa lagi ada dua bayi yang baru saja lahir. Keduanya laki-laki, putra kedua Yudhis dan Candra.

"Mas Harsa pulang sendiri?" Harsa mengangguk saat Ajeng bertanya.

"Ayah...ayah..." Harsa tersenyum dan dengan cepat membawa Adel kedalam gendongannya.

"Apa mbak?" Adel menggeleng kecil dan menyandarkan kepalanya pada pundak Harsa.

"Adel gak mau makan mas, tadi aku suapi bareng Cala juga gak mau." Harsa mengangguk dan beralih menatap Adel yang anteng dalam gendongannya.

"Adel kenapa gak mau maem mbak?" Adel beralih menatap Harsa dan mengerucut.

"Maem ma ayah." Harsa tertawa kecil.

"Oalah bocil, mau nya maem sama ayah toh." Ucapan Riana membuat Adel kembali mengeratkan gendongannya pada leher sang ayah.

"Aduh jangan kenceng-kenceng mbak, sakit leher ayah. Ayo sekarang maen sama ayah, mau maem sama apa?" Semua sepupunya tersenyum melihat interaksi Harsa dengan Adel, mereka sudah membayangkan bagaimana nantinya jika Harsa memiliki anak dengan Freya, pasti sangat lucu.

"Teul...Ael au teul ayah." Harsa mengangguk.

Adel yang sudah berumur dua tahun ini memang sudah lancar berbicara sama seperti Nawa, Yaksa dan Rayi, meskipun belum bisa mengatakan huruf R dengan jelas.

"Okey, ayah gorengin telur ceplok ya?" Adel mengangguk semangat.

"Mas Harsa juga harus makan, tadi Anara masak ayam kecap mas." Harsa mengangguk

"Kalau gitu aku ke dapur dulu."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat pagi...
Mas Harsa up ya...
Hari ini kayaknya mas Harsa bakal end deh...
Mau double up kan ya...

Selamat membaca dan semoga suka

See ya

–Moon–

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang