46. Menjaga jarak

489 82 3
                                    


.
.
.
.
.
Mungkin untuk orang lain yang tidak mengenal Harsa, tidak akan tau jika Harsa berubah. Sifat pemuda itu menjadi lebih diam bahkan lebih dari saat pemuda mungil itu baru saja datang ke rumah eyang Juna.

Sebulan ini semua sepupunya menyadari hal itu, dan mereka tidak bisa mengabaikan nya. Perhatian mereka pada Harsa menjadi yang pertama, mereka membuktikan jika meskipun mereka sidah menikah namun mereka akan tetap menjadi saudara yang baik.

Hari ini adalah pernikahan Yoga dan Mala, keluarga Bratadikara juga sudah berada di pare. Namun berbeda dengan sebelumnya, di pernikahan Yoga dan Mala ini Harsa hanya hadir sebentar setelah nya pemuda mungil itu berdiam di rumah nya.

Harsa memutuskan untuk beristirahat di rumah milik sang ayah yang nantinya akan menjadi miliki Kania begitu gadis itu keluar dari penjara.

Harsa menatap kamar nya, kamar yang selama belasan tahun dia tempati. Kecil, karena memang seharusnya itu adalah gudang, namun di dalam nya tertata rapi, kasur lipat tipis, lemari kayu kecil berisi baju dan lemari kayu satunya berisi piala milik Harsa yang sengaja dia sembunyikan disana.

Harsa bukan tidak mau berkumpul bersama saudara nya yang lain atau bertemu dengan teman-teman sma nya, hanya saja Harsa tidak mau lelah menghadapi tingkah random dan aneh teman-teman nya.

"Mas Harsa." Harsa menatap ke arah pintu yang baru saja di ketuk oleh seseorang, dari suaranya sih bisa Harsa tebak itu pasti Wildhan.

Cklek

"Mas, mau makan gak? Sama ibuk nya mbak Mala di suruh ambilin mas Harsa makan." Harsa hanya menggeleng dan memilih meringkuk di kasurnya.

"Beneran mas?" Harsa mengangguk kecil, namun masih terlihat oleh Wildhan.

"Kalau gitu aku kedepan ya mas, yang lain juga udah di depan kok."
.
.
.
.
.
Entah apa yang membuat Harsa menjadi serba hati-hati saat bersama mereka, namun baik Saga, Jevan maupun Candra dan Yoga menyadari jika sepupu mungil mereka itu menjaga jarak dengan mereka, ya kecuali pada Yoga.

Harsa tetap bersikap biasa pada Yoga, bahkan sebelum Yoga resmi menikah Harsa hanya mau di temani oleh Yoga. Hal itu jelas membuat yang lain merasa iri, terutama Riana.

Perempuan itu merasa jika dia semakin jauh dengan Harsa, ditambah Yudhis sedang membangun cafe di malang dan membawa band nya ke malang.

Yudhis jadi suka pulang terlambat, itu pun pasti setelah Harsa mengirimi nya pesan dan meminta nya cepat pulang.

Tidak ada yang pernah protes saat para suami memperhatikan Harsa dengan ketat, justru Elin, Riana, Anara, Ajeng, Mala dan Alodie ikut bersikap protect pada kakak sepupu ipar mereka itu.

"Mas Harsa mau kemana? Biar di anterin mas Candra ya?" Harsa menggeleng saat Ajeng tiba-tiba menghadang nya yang akan pergi kuliah.

"Gak usah, saya bisa pergi sendiri." Ya, sejak Yoga resmi menikah dengan Mala, Harsa selalu menolak jika sepupu nya akan mengantar atau menjemputnya.

"Mas Harsa, sarapan dulu ya?" Harsa kembali menggeleng.

"Gak usah, saya akan terlambat jika harus sarapan."

Harsa langsung melangkah keluar rumah setelah berpamitan pada eyang Juna, mengabaikan para saudara ipar nya yang merengut sebal.

"Harsa nanti selesai kuliah langsung pulang, ada yang perlu aku sama eyang bicarain sama kamu." Harsa mengangguk lagi saat ucapan Saga terdengar.

"Iya mas, kalau gitu aku pamit dulu."
.
.
.
.
.
Harsa sebenarnya ingin berhenti kuliah namun dia punya tanggung jawab, dan lagi dia tidak ingin mengecewakan eyang Juna dan Tara yang sudah membantunya hingga sekarang.

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang