10. Salah Paham

518 67 17
                                    


.
.
.
.
.
Satu minggu setelah Yudhis memberikan ijin nya pada Aruni, selama itu pula Aruni semakin mengekang Harsa. Apa pun yang dilakukan Harsa harus atas ijin nya, bahkan untuk sekedar pergi ke kantin fakultas, hingga akhirnya membuat Harsa lebih senang berdiam di perpustakaan sendirian.

Aruni bahkan meminta Harsa menjauhi Lino, Kara dan Anggara, padahal Aruni tau jika hanya mereka bertiga yang dianggap teman oleh Harsa. Harsa pernah memberitahu soal itu pada Aruni, tapi Aruni tidak peduli, seperti bukan Aruni saja.

Seperti hari ini Aruni kembali melarang Harsa keluar rumah untuk mengerjakan tugas di cafe, bahkan melarang Harsa mengundang teman nya ke rumah.

Seperti hari ini Aruni kembali melarang Harsa keluar rumah untuk mengerjakan tugas di cafe, bahkan melarang Harsa mengundang teman nya ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harsa menghela nafas kasar, semakin lama Aruni semakin membuatnya tidak nyaman, tapi Harsa tidak bisa meninggalkan Aruni begitu saja.

"Mas Harsa jadi berangkat?" Harsa menoleh, menatap Wildhan yang baru saja menghampirinya.

"Iya jadi, aku masih harus wawancara beberapa bagian lagi." Wildhan mengangguk, dia tidak khawatir jika Harsa pergi toh dia juga ikut.

"Ya udah mas, ayo berangkat udah mau jam lima." Harsa mengangguk.

Cafe cala memang tidak jauh dari rumah mereka, jadi Wildhan sengaja mengajak Harsa berangkat sedikit mepet dengan waktu janjian.

Telat sedikit tidak akan membuat mereka di marahi Lino dan Kara, karena jika Wildhan lihat keduanya bahkan Anggara terlihat sangat peduli pada Harsa.

Keduanya perhatian, perhatian mereka sama seperti nya dan Saga pada Harsa. Wildhan jelas tau rumor yang beredar di kampus Harsa, karena dia mendengar banyak mahasiswa membicarakan hal itu saat dia menjemput Harsa tempo hari.

"Mas lagi balesin chat siapa sih? Serius banget kayaknya." Harsa tertawa pelan.

"Balesin chat Aruni tadi." Wildhan berdecak pelan.

"Halah si bocil, ngapain mas? Ngalus lagi?" Harsa menggelengkan kepalanya.

"Gak, udah ayo."
.
.
.
.
.
Aruni menatap kesal saat melihat Harsa duduk di cafe cala bersama dengan Anggara dan Lino, Harsa mengabaikan larangannya dan itu membuat Aruni marah.

Aruni tidak suka melihat kedekatan Harsa dan Lino juga Anggara, terlebih Harsa seperti mengiyakan tumor tentang dirinya.

"Kamu kenapa toh Run?" Aruni mendengus kesal saat teman kuliah nya bertanya.

"Gak papa, ayo deh. Aku udah pingin mandi terus rebahan di rumah eyang, mumpung besok gak ada kelas." Elia, sahabat sekaligus teman kost dan kuliah Aruni mengangguk setuju.

"Besok kamu bantuin eyang mu kan?" Aruni mengangguk.

"Iyo lah." Elia tersenyum aneh saat mendengar jawaban Aruni.

"Kalau gitu aku ikut ya? Aku kan udah lama gak ikut bantuin eyang, aku juga kepo sama pacar mu tau." Aruni tersenyum kikuk, bisa bahaya jika Elia tau Harsa itu pacar nya, padahal dia sendiri yang janji buat gak bilang kalau dia pacaran sama Harsa.

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang