85. Mulai acuh

288 48 7
                                    


.
.
.
.
.
Sesuai rencana Wildhan dan Odie pergi ke kediri besok paginya, Wildhan menitipkan Dithi pada Harsa dan berjanji akan pulang ke malang seminggu sekali.

Awalnya Harsa tidak setuju Wildhan melakukan hal itu, karena dia tau Dithi pasti butuh kedua orang tuanya, namun begitu Wildhan menceritakan keadaan Odie, Harsa akhirnya mengalah, terutama saat Freya juga menyarankan hal yang sama.

Odie perlu waktu untuk berdamai dengan dirinya sendiri dan rasa kehilangannya, jika tidak kemungkinan dia akan melukai Dithi.

Dithi tidak tau jika pertemuan nya dengan kedua orang tuanya hari itu justru akan membuat mya semakin jauh dengan keduanya.

Dithi hanya menganggap Odie dan Wildhan akan pergi bekerja seperti biasa dan akan pulang nanti malam.

"Dithi ayo masuk, ngapain didepan pintu?" Freya mendekati Dithi yang duduk di teras rumah Harsa.

"Dithi tunggu momma sama poppa pulang bude, Dithi laper." Freya tersenyum sendu, karena melihat anak sekecil ini sudah harus berpisah dengan orang tuanya.

"Mam di dalam yuk sama mbak Adel sama mas Hansa? Ada dedek kembar sama om Jevan juga loh, tante Anara tadi masak ayam goreng, Dithi suka ayam goreng kan?" Anak kecil itu mengangguk antusias.

"Boleh Dithi dapat dia ayam bude?" Freya mengangguk dan segera menggelendong Dithi.

"Boleh, kalau Dithi mau tiga juga boleh, asal Dithi mam yang banyak ya." Dithi mengangguk antusias.

"Dithiiii ayo mam sama akuu!!" Adel yang melihat Dithi ada di gendongan sang bunda langsung memanggil Dithi kencang.

"Nah Dithi duduk sini ya, ini nasi nya, ayam nya Dithi boleh ambil sendiri." Dithi tersenyum senang saat Freya meletakan sepiring nasi dihadapannya.

"Terima kasih bude."  Freya tersenyum dan mengangguk.

"Sama-sama sayang, ayo mam yang banyak."
.
.
.
.
.
Bagi Harsa dan Freya menjaga Dithi itu tidak menyusahkan, namun akhir-akhir ini Dithi lebih sering rewel karena merindukan momma dan poppa nya.

Wildhan mengingkari janjinya untuk pulang satu minggu sekali, nyatanya hingga satu bulan terlewat lelaki itu sama sekali belum pernah kembali ke malang untuk menjenguk Dithi.

Harsa marah pada Wildhan, karena terkesan menelantarkan putranya sendiri. Meskipun memang Wildhan selalu mengirimkan uang untuk kebutuhan Dithi atau mengirimkan mainan untuk Dithi, namun bukan itu yang Harsa ingin Wildhan lakukan.

Harsa ingin Wildhan pulang dan menunjukan dirinya pada Dithi, agar rindu sang putra itu sedikit terobati.

Namun Wildhan selalu menolak, dengan alasan Odie tidak pernah mau jauh darinya. Seperti saat ini, lagi-lagi Wildhan menolak pulang, bahkan menolak saat Harsa memintanya melakukan video call dengan Dithi.

"Mas gimana?" Harsa hanya menggeleng.

"Wildhan ini gimana sih? Mas Harsa udah bilang ke dia kalau Dithi sakit?" Freya menggerutu pada Wildhan, karena tidak mau menjenguk putra nya.

"Udah tapi Wildhan justru ngirimin uang buat Dithi, anak itu kayaknya otak nya sedikit geser sekarang!" Freya terdiam mendengar nada ketus dari suaminya, dia sadar jika Harsa tengah menahan kesal saat ini.

"Sekarang Dithi mana?"

"Di kamar mas, baru aja tidur, demamnya belum juga turun." Harsa menghela nafas panjang dan berakhir mengirim pesan pada Saga, dan meminta sepupunya itu untuk memeriksa Dithi.

Malam ini kamu bisa tidur di kamar anak-anak dek, biar aku yang jaga Dithi." Freya menggeleng.

"Kita jaga bareng ya mas, toh anak-anak tidurnya anteng."
.
.
.
.
.
"Pakde... Pakde... Kenapa momma sama poppa ndak pulang-pulang?" Harsa tersenyum tipis sembari mengelus kepala Dithi yang masih terasa hangat.

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang