24. Freya

542 77 4
                                    


.
.
.
.
.
Wildhan terlihat bahagia saat mendengar kabar jika sahabatnya yang juga merupakan tetangga nya di surabaya akan main ke malang, dan yang lebih membuat Wildhan bahagia adalah sahabat nya itu akan menginap di rumah eyang Juna.

Semua itu karena Esha yang meminta, selain untuk membuat anak dari tetangga nya menikmati liburan nya, Esha juga memiliki maksud tertentu.

"Mas Saga, mas Saga!" Saga yang sedang berkutat membuat sup ayam di dapur langsung menoleh saat mendengar suara nyaring Wildhan.

"Ngapain teriak-teriak sih Wil?" Wildhan hanya tersenyum lebar.

"Eya mau ke sini dong mas, aku baru aja di kabari mami." Saga mengangguk.

"Aku udah tau, tante Esha ngabarin aku dua hari lalu dan bilang kalau Eya bakal nginep di sini." Wildhan seketika merenggut kesal, kenapa Saga harus tau lebih dulu sih.

"Kok mas Saga tau lebih dulu sih!" Saga mengedikan bahunya acuh.

"Ih ngeselin! Eh, mas Saga bikin sup buat sarapan, tumben?" Saga menghela nafas panjang.

"Buat Harsa, Yudhis bilang semalem Harsa sempat demam." Ekspresi wajah Wildhan langsung berubah khawatir.

"Terus mas Harsa sekarang dimana mas? Di kamar?" Saga mengangguk.

"Iya, kalau kamu mau ke kamar Harsa jangan berisik, dia baru aja tidur." Wildhan mengangguk paham.

"Iya mas."
.
.
.
.
.
Wildhan memeluk seorang gadis yang baru saja sampai di rumah eyang Juna dengan erat, gadis yang memiliki mata tajam itu hanya bisa pasrah saat tubuhnya di goyang-goyang kan oleh Wildhan.

"Wil, udah dong lepasin ah!" Wildhan akhirnya melepaskan pelukannya saat mendengar gerutuan gadis itu.

"Ya elah, aku sek kangen loh." Gadis itu memasang wajah malas saat mendengar ucapan Wildhan.

"Saga tolong ini adek nya bisa di karungin dulu gak seh?" Saga tertawa dan mendekati keduanya.

Semua bujang Bratadikara sedang menatap ke arah mereka dengan penasaran, karena Wildhan selalu bilang dia gak punya teman perempuan, makanya mereka kira yang akan menginap adalah laki-laki. Tapi ternyata yang datang adalah seorang gadis cantik, dengan mata tajam dan terlihat sangat tegas.

"Ya udah ayo masuk dulu Ya, kenalan sama yang lain." Saga mengajak gadis itu masuk ke ruang keluarga, dimana semua sepupunya sedang berada disana.

"Wil, katanya lo gak punya temen cewek, lah dia cewek njir, cantik lagi." Wildhan berdecak saat mendengar ucapan Maven.

"Ya emang cewek, tapi kan gak menye-menye kayak temen kuliah nya mas Harsa." Harsa yang namanya di sebut hanya melirik tanpa minat pada Wildhan.

"Oh iya kenalin, dia Freya sahabat ku, bestai karo aku pokoknya. Temen ku dari bayi, soal e tetangga di surabaya, temen sekolah dari tk sampai SMA, kuliah nya beda fakultas soalnya." Freya tersenyum saat Wildhan mengenalkannya pada sepupu-sepupunya.

"Nah Ya, mereka sepupu ku, yang tadi ngomong ini Maven, terus sebelahnya itu Candra, sama Yoga nah mbak cantik di sebelahnya itu pacar nya Yoga. Terus yang tinggi disana itu Yudhis, kami seusia, jadi gak usah sopan-sopan sama mereka. Nah itu si bontot Jevan di sebelah nya itu pacarnya Anara, yang duduk di sebelah mas Saga itu, mas Harsa, seusia sama mas Saga." Freya mengangguk paham, dia gak kaget waktu Wildhan langsung memperkenalkan semua sepupu nya seperti itu.

"Oh Freya itu seusia sama aku, jadi jangan kayak Wildhan yang manggil langsung nama ya." Ucapan Saga jelas membuat Wildhan merengut.

"Mbak Freya bukan pacarnya Wildhan kan?" Candra yang sejak tadi diam sambil tangannya memainkan rambut Harsa akhirnya bertanya.

"Bukan ya!" Wildhan langsung membantah pertanyaan Candra.

"Aku yo ndak mau pacaran ama kutu loncat kayak Wildhan, bisa capek hati aku." Semua tertawa mendengar ucapan Freya. Namun berbeda dengan Harsa yang tiba-tiba bangkit dari duduknya.

"Mau kemana? Habis ini kita makan dulu." Saga menahan tangan Harsa yang akan beranjak.

"Aku mau ke kamar, kalian makan aja dulu, aku belakangan, belum laper." Saga akhirnya melepaskan tangan Harsa.

"Nanti aku anterin makan malem ke kamar mu, gak ada namanya belum lapar." Harsa tidak menjawab dan berlalu begitu saja.

"Mas Harsa mood nya masih jelek ya? Serem." Wildhan mengucapkan itu tapi dengan bergelayut manja pada Freya.

"Lepasin lah Wil, kon iku berat ya, gak sadar diri emang."
.
.
.
.
.
"Saga, sepupu mu yang tadi ganteng." Saga mengerjap saat mendengar Freya mengatakan hal itu.

"Hah? Sepupu ku yang mana?" Saga menatap bingung pada Freya, karena menurut Saga adik-adiknya tidak ada yang jelek.

"Itu siapa tadi namanya, oh Harsa." Saga akhirnya mengangguk paham.

"Ya dia emang ganteng, kenapa? Suka kamu?" Freya mengedikan bahunya.

"Gak tau, cuma kayaknya dia orang nya susah di deketin." Saga tertawa pelan.

"Iya emang, dia baru aja putus sama pacar nya. Kalau kamu mau deketin silakan, tapi ya itu selain kamu harus bisa dapetin ijin dari sepupu-sepupu yang lain, kamu juga harus tahan sama sikap diem dan cuek nya." Freya merengut sebal.

"Lah, jadi aku harus berjuang biar dia nengok ke aku dan sadar kalau aku ada sama dia gitu?" Saga mengangguk.

"Harsa itu cuek banget kalau sama cewek, tapi dia kalau gak protes atau bilang apapun waktu kamu deketin, berarti dia nyaman dan gak masalah sama kehadiran kamu." Freya kembali mengangguk.

"Kalau kamu beneran mau deketin Harsa, kamu harus siap mental kalau Harsa gak inget nama mu. Soalnya Harsa cuma bakal ingat nama orang yang dia anggap penting."

"Ya, aku pikir-pikir dulu lah ya. Tapi kenapa kamu pingin aku deketin dia sih?" Saga mengedikan bahunya.

"Ya karena kamu jomblo lah, lagian gak rugi juga kamu deket sama Harsa, kalian pasti cocok, yang satu galak yang satu gak suka ribut, jadi pasti adem ayem."

Plak

"Oh semprul, ada gitu ya sepupu yang malah comblangin adek nya sama temen adek nya yang lain." Saga hanya tertawa pelan.

"Eya!" Freya menoleh saat mendengar suara nyaring Wildhan, tapi pemuda itu tidak sendiri, ada Yudhis yang berjalan fi belakang nya.

"Ya, besok kamu ada rencana jalan kemana gitu?" Freya menggeleng.

"Asline itu ya, aku cuma pingin liburan di rumah, rebahan sambil baca novel. Tapi bunda ribut nyuruh aku main, dan tante Esha datang dengan ide main ke malang dan nginep disini. Mana bunda langsung iya iya aja, tuh semua barang yang nyiapin bunda, berasa diusir dari rumah sendiri." Wildhan dan Saga tertawa mendengar gerutuan Freya, bahkan Yudhis juga ikut tertawa.

"Ya kalau itu sih kebangetan kamu nya Ya, tiap libur kerjaan nya rebahan di kamar, sekalinya keluar ya ke toko buku buat beli novel." Freya merengut sebal saat mendengar ucapan Wildhan yang merupakan sebuah fakta.

"Ya udah besok pagi bantuin aku bikin sarapan aja, kan biar kemampuan mu masak gak sia-sia." Freya sebenarnya ingin memukul Saga, tapi dia sungkan.

"Ya ya ya, aku tamu tapi berasa bukan tamu, masa tamu masak sendiri."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat sore
Mas Harsa triple up
Seneng gak?
Lanjut gak nih?
Siapa tau nanti kesel pas Aruni nongol lagi...
Oh iya, buat yang baca Akrala, gimana kalau book Akrala naik cetak?
Kira-kira kalian berminat gak nih?

Selamat membaca dan semoga suka

See ya

–Moon–

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang