58. Jakarta

452 82 5
                                    


.
.
.
.
.
Saga sebenarnya ingin melarang Harsa untuk pergi ke jakarta sendirian, namun Saga sadar jika Harsa punya kewajiban yang harus dia urus mulai saat ini.

Harsa akan belajar bisnis langsung pada Tara, ayah kandung Yoga itu meminta Harsa untuk tinggal di jakarta sementara waktu. Kebetulan kuliah Harsa juga sedang libur, jadilah Harsa bisa berada di jakarta lebih lama.

"Sa, kalau ada apa-apa langsung hubungi kita." Harsa yang sedang mengemas pakaiannya hanya mengangguk.

"Jangan cerewet dong Ga, kamu udah bilang itu lebih dari dua puluh kali sejak tadi." Saga menghela nafas panjang.

"Tapi aku serius loh Sa, apa aku harus ambil cuti buat nemenin kamu?" Harsa menggeleng tidak percaya.

"Sagara, aku di jakarta itu sampai lima bulan, sampai aku masuk kuliah lagi. Kamu gak mungkin ambil cuti selama itu, lagian mending kamu buatin aku keponakan." Saga berdecak kesal mendengar ucapan Harsa.

"Ck, nanti dulu kalau itu, tahun depan mungkin kalau Arin udah jadi spesialis." Harsa mengedikan bahunya.

"Mas Harsa." Harsa dan Saga menoleh, mereka menemukan Yoga sedang berdiri diambang pintu kamar Harsa.

"Ada apa Yog? Masuk aja." Yoga yang mendengar hal itu segera masuk ke kamar Harsa.

"Mas, yakin mau berangkat sendiri? Aku temenin ya?" Harsa menggeleng pelan.

"Gak usah, kamu disini aja sama Mala. Mala gak akan bisa perjalanan jauh sementara ini." Alis Yoga mengernyit saat mendengar ucapan Harsa.

"Maksud mas Harsa apa?" Harsa tidak menjawab dan hanya mengedikan bahu nya.

"Udah gak usah khawatir, aku bisa jaga diriku sendiri, kalian fokus sama istri kalian aja."
.
.
.
.
.
Harsa berangkat ke jakarta setelah menitipkan Adel di rumah orang tua Aruni, tentu saja hal itu adalah permintaan Nia, kakak Aruni yang ingin mengasuh Adel sementara.

"Titip Adel ya mbak." Nia mengangguk saat menerima Adel dalam gendongannya.

Bayi perempuan berusia lima bulan itu anteng karena memang sudah biasa di titipkan pada Nia, jika pada orang lain tentu bayi itu akan menangis.

"Kamu tenang aja Sa, Adel pasti aku jaga baik-baik." Harsa mengulas senyum tipis setelah Nia menjawab.

"Adel, di sini sama bude Nia ya, jangan rewel, ayah kerja dulu." Harsa berbicara pada bayi mungil yang hanya bisa berkedip menatapnya itu.

"Kalau gitu saya pamit ya mbak, ma, pa." Kedua orang tua Aruni dan Nia mengangguk, karena bagaimana pun Harsa sudah ditunggu oleh Saga dan Yoga.

"Hati-hati disana ya Sa, jaga kesehatan." Harsa hanya mengangguk saat menyalimi sang ibu mertua.

"Harsa pergi dulu mas, assalamuallaikum."

"Waalaikumsalam."

Perjalanan Harsa ke surabaya saat itu cukup lancar, kecuali omelan Saga dan Yoga yang sudah dia dengar sejak sebelum berangkat dari rumah eyang Juna. Hal itu membuat Harsa sedikit kesal, ingat, hanya sedikit.

Harsa tau, kedua sepupunya seperti itu karena dia khawatir padanya, tapi rasanya hal itu tidak layak dilakukan pada orang berstatus duda anak satu sepertinya.

"Yoga, kamu bilang itu puluhan kali, aku udah tau." Yoga merengut saat Harsa mengatakan hal itu.

"Habis nya kenapa mas Harsa gak mau di temenin sih? Kan lebih bagus gitu." Harsa hanya menggeleng, namun tangan pemuda itu merogoh ke arah tas nya untuk mencari sesuatu.

"Udah ya Yog, tugas kamu disini jagain Mala, eyang, sama bantuin Jevan ngurus kebun. Sebentar lagi kebun bagian dalem panen, Jevan gak akan bisa ngurusin semuanya sendirian." Yoga terdiam, ucapan Harsa memang ada benarnya.

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang