61. Perintah eyang Juna

423 75 5
                                    


.
.
.
.
.
"Pulang ke malang!"

Satu kalimat yang diucapkan eyang Juna saat menghubungi Harsa satu minggu lalu berhasil membuat Harsa merubah keputusannya untuk tetap berada di jakarta selama enam bulan.

Satu-satunya hal yang bisa membuat eyang Juna memberi perintah untuk kembali ke malang adalah perihal sakitnya Harsa sebulan lalu.

"Harsa, eyang minta kamu pulang ke malang?" Harsa yang memang sedang menimang Adel hanya tersenyum dan mengangguk.

"Jadi, kamu akan pulang ke malang?" Harsa kembali mengangguk.

"Iya tante, terpaksa Harsa minggu depan pulang." Sari tersenyum mendengar jawaban Harsa.

"Nanti tante sama om ikut ke malang, om sama tante gak akan biarin kamu pulang sendirian." Harsa menghela nafas panjang dan mengangguk.

"Padahal Harsa bisa pulang sendiri tante, nanti barang nya Harsa kirim duluan." Sari justru menggeleng.

"Gak boleh protes Sa, nanti kamu fokus sama Adel aja, biar barang-barang kamu om yang bawa." Harsa memilih diam dan mengalah, karena akan percuma jika dia mendebat Sari, dia yang akan kalah.

"Adel bener-bener gak mau lepas dari kamu ya Sa?" Harsa menunduk dan menatap Adel yang tengah mengerjap sambil memainkan tangan mungilnya sendiri.

"Mungkin karena dari lahir Harsa yang ngurus tante." Sari tersenyum.

"Kamu punya hati yang baik Sa, padahal Adel jelas adalah bukti pengkhianatan Aruni." Harsa tetap tersenyum mendengar ucapan Sari.

"Yang berkhianat dan bersalah itu Aruni tante, sedangkan Adel sama sekali tidak bersalah. Adel tidak pantas menerima kesalahan Aruni tante, yang dosan dan haram adalah perbuatan orang tuanya."
.
.
.
.
.
Kepulangan Harsa ke malang tentu membuat semua penghuni rumah eyang Juna senang, karena sudah hampir lima bulan mereka tidak bertemu Harsa.

Hanya Saga, Yoga dan eyang Juna yang tau alasan sang eyang meminta Harsa pulang ke malang dalam waktu dekat, selebihnya tidak tau. Mereka hanya mendengar jika Harsa akan pulang, dan sedang dalam perjalanan.

"Mas mu belum kasih kabar le?" Yoga menoleh dan menatap eyang Juna yang sudah berdiri di sebelahnya.

"Belum eyang, mama sama papa juga belum kasih kabar. Kalau mas Harsa sih gak akan ngabarin kalau mau sampai eyang, tiba-tiba udah di rumah aja." Eyang Juna tersenyum mendengar jawaban Yoga.

"Kamu bener, nanti setelah ini eyang gak akan biarin Harsa pergi-pergi ke jakarta sendirian." Yoga tersenyum mendengar keputusan sang eyang.

"Eyang gak perlu khawatir, setelah ini Yoga atau Jevan yang akan menemani mas Harsa setiap ke jakarta atau pas keluar kota ngurus perusahaan." Yoga bisa melihat wajah bingung eyang Juna setelah dia mengatakan hal itu.

"Apa maksud kamu?"

"Papa minta Yoga buat jadi asisten mas Harsa eyang, sekalian bantuin mas Harsa ngurusin perusahaan nya."

"Tapi karena Yoga sudah bantu eyang disini, nantinya Yoga akan gantian sama Jevan buat menemani mas Harsa eyang." Eyang Juna akhirnya tersenyum mendengar hal itu.

"Bagus, kalau seperti itu eyang gak kebetatan."
.
.
.
.
.
"Mas Harsa!!" Harsa hanya tersenyum saat Anara memekik senang begitu melihat nya.

"Jangan gitu, Nawa kaget itu." Anara langsung menunduk, menatap bayinya yang terlihat bingung.

"Aduh maaf ya dek, mama seneng nih pakde Harsa udah pulang." Harsa hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Anara.

GRHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang