Could This Count as A First Kiss?

974 79 22
                                    

"Morning baby." Sapa Shin Min Ah dengan muka ngantuk sambil mendaratkan kecupan di pipi Jin yang sedang asyik mengunyah sandwich miliknya. Wanita itu bergeser ke arah Namjoon untuk melakukan tindakan yang sama namun segera ditolak mentah-mentah oleh putra sulungnya.

"Please mom, I'm not a child anymore."

"You're forever mommy's big baby." Ibunya tersenyum memamerkan lesung pipitnya.

Jin terkekeh mendengarnya. Belum sempat melontantarkan godaan ke kakaknya, ponsel di sakunya bergetar. Dia segera membukanya. Itu adalah sebuah message dari Ken.

"Oh Eomma, aku harus berangkat sekarang. Kennie sudah menungguku di depan." Ujarnya sambil bangkit dari kursi dan meminum segelas susu dengan terburu-buru.

"Jinnie, kenapa kau selalu merepotkan pemuda itu? Pakai mobilmu sendiri. Aku membelikanmu mobil itu bukan untuk dipajang di garasi." Keluh kakeknya yang muncul secara tiba-tiba dari arah living room.

Jin melirik ke arah Namjoon yang memberinya tatapan maut dan memberinya isyarat agar dia tutup mulut.

Jadi dia segera tertawa canggung, menggaruk bagian kepalanya yang sama sekali tidak gatal lalu berkata,"Kakek sayang jangan marah ya, aku kan setahun belakangan tinggal di luar, jadi agak sedikit lupa jalanan Seoul. Jadi lebih baik aku ikut Ken saja. Lagipula jalan ke sekolah kami juga searah." Dia berharap alasan lemahnya bisa dipercaya oleh sang kakek. Dia tidak bisa mengadu kalau Namjoon memakai mobilnya selama beberapa minggu, hal ini pasti akan membuat murka kedua orang tuanya karena Namjoon tidak punya SIM dan dilihat dari keterampilan menyetirnya sangat berpotensi besar pria berotak jenius itu untuk menghancurkan apapun yang ditemuinya di jalan. Lagi pula jika dia membuka kartu Namjoon, maka dengan senang hati sang kakak juga akan mengadu ke keluarganya kalau dia sudah mabuk dan membuat mobilnya diderek DisHub setempat. Ini adalah skenario terakhir yang diharapkan Jin untuk terjadi.

"Ya Tuhan nak, lalu apa gunanya teknologi yang bernama GPS?"

Jin segera memakai jurus andalannya. Jadi dia mendekati kakeknya dan memeluk lengannya sambil memasang wajah puppy eyes yang tidak bisa ditolak siapapun.

"Ayolah kakek, hanya untuk beberapa minggu saja hmmm.. setelah itu aku akan menyetir sendiri atau minta supir untuk mengantar ke sekolah."

Kakeknya menghela nafas.

"Baiklah, tapi jangan lupa pakai helm dan beritahu Ken jangan sampai ngebut."

"Siap laksanakan komandan." Dia memberi tanda salute.

Kakeknya tertawa,"dasar anak nakal. Cepat berangkat, ini sudah pukul 7 lewat." Tangan keriputnya mengelus puncak kepala cucunya.

"Okey bos. Jinnie berangkat ya." Dia mengecup pipi kakeknya dengan sayang. Dia mendekati ibunya yang sedang memakan semangkok oatmeal dan mencium dahinya lalu melemparkan fly kiss ke arah kakaknya yang bereaksi dengan memberi gesture muntah. Jin tertawa terbahak-bahak.

"Okey, bye semuanya."

"Jangan lupa tiketnya." Seru ibunya mengingatkan.

"Ada di dalam tas, jangan kuatir. Hobi pasti akan pingsan karena terlalu bahagia." Semalam dia sudah menceritakan perihal Hoseok ke ibunya.

Dia bergegas melewati pintu depan dan mulai berlari melintasi halaman rumah untuk menemui Ken yang sudah setia menanti di depan gerbang rumahnya.


******


"Okey Jin, aku akan menjemputmu lagi nanti sore." Kata Ken sambil membantu melepaskan helm Jin.

Jeon SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang