Mission Impossible

895 113 92
                                    

"Geser dikit!!!!" Ucap Hoseok dengan ketus.

"Yahhhh, kenapa kau terus-terusan menggeserku? Aku sudah berada di ujung bangku ini, Jika kau tidak berhenti, sebentar lagi aku akan mendarat di lantai." Min Yoongi ngomel-ngomel.

"Jangan banyak protes!!!"

"Yaaaaaaahhhh, aku tidak bisa menikmati makan siangku dengan damai. Ada apa dengan kalian bertiga? Aku merasa seperti sedang berada di tengah-tengah perang dingin antara Korsel dan Korut. Dan kau Hobi, ada apa dengan tingkahmu hari ini? Biasanya kau menempel terus dengan Jinnie. Kenapa sekarang malah menghindarinya seperti orang menghindari kecoak."

"Mulai sekarang aku tidak mau dekat-dekat dengan dia." Hobi berkata sambil menunjuk pada Jimin. "Dan khususnya dia." Kali ini telunjuknya tepat mengarah ke wajah Jin. Sepertinya dia sedang menahan diri untuk tidak mencolok mata Jin.

Yoongi menoleh ke arah Jimin dan Jin.

Jimin terlihat menahan tangis, sedangkan Jin membuat tanda 'peace' menggunakan jari bengkoknya sambil berusaha membuat senyum, namun malah terlihat awkward.

Yoongi meletakkan sumpitnya di atas piring yang berisi gimbab. Nafsu makannya sudah hilang. Dia menarik nafas panjang, sambil bersandar di kursinya dia bersedekap dan berkata,"Kali ini hal konyol apa lagi yang sudah kalian bertiga lakukan?"

"Kau, ceritakan padaku sekarang!" Yoongi menunjuk pada Jin.

"Kenapa harus aku?" Jin protes.

"Tentu saja, kau kepala sukunya, aku yakin pasti semua ide gila dan konyol yang kalian lakukan berasal dari otak absurdmu itu."

"Yaahhh..berani-beraninya kau mengatai otak cemerlangku ini absurd." Jin tak terima.

"Itu kenyataannya." Kali ini Hoseok yang menyahut.

Jin cemberut, lalu dia melotot pada Hoseok, namun Hoseok melotot lebih lebar darinya membuat Jin menelan ludah. Berdehem sebentar lalu mulai berkata,"Ehmm..Hobi berhentilah untuk tantrum. Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa kadang reality tak seindah ekspektasi. Oleh karena itu kita sebagai manusia tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi, manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhanlah yang menentukan hasilnya. Jadi kita..... aduhhhhhhh...Yaaaahhhh, berani-beraninya kau melempar daun selada ke wajah tampanku." Jin mengamuk sambil berdiri, siap untuk menjambak Hoseok.

Hoseok juga sudah berdiri, siap pasang kuda-kuda. "Seharusnya kau katakan itu kemarin." Dia berkata dengan galak. "Siapa yang kemarin bertingkah seperti motivator dan ahli strategi cinta kelas kakap? Seharusnya dari awal aku tidak mempercayaimu. Aku sudah bilang itu mission impossible namun kamu ngotot mengatakan itu mission possible."

"Aduhhhhh... ."

"Ouchhhhhh... ."

"Yoongichiiii.... ." Jin berteriak.

"Yahhhhh, berani-beraninya kau melempar selada ke muka kami berdua." Hoseok memarahi Yoongi.

Yoongi menaruh tangan di jidat dengan gesture pusing. Dia lelah menghadapi 2 Seok itu.

"Apa yang bisa kuharapkan dari kalian berdua. Sekarang duduk sebelum aku menyumpal kedua mulut kalian dengan selada-selada ini." Ancamnya.

Jin dan Hoseok merengut namun mematuhi ucapan kucing pemarah itu. Mereka kembali duduk di tempatnya, namun saling memalingkan muka.

Yoongi geleng-geleng kepala. Sekarang harapan satu-satunya hanya terletak pada Jimin. Jadi dia menoleh pada Jimin dan mulai mengajukan pertanyaan kepadanya, "Jim, kau lihat sendiri aku tidak bisa menanyai dua makhluk purba berkepala batu ini, jadi aku mengandalkanmu untuk mendapatkan informasi apa yang sebenarnya terjadi di hari Minggu kemarin?"

Jeon SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang