Sahabat Sehidup Semati

2.5K 94 0
                                    

"Jinnie......" bisikan lembut terdengar di telinga.

Hening.

"Jinnnn.."

Hanya terdengar suara dengkuran halus.

"Seokjinnie..." ulangnya dengan tidak sabar.

"Kim Seokjinnnnnn!!!!" Kali ini nadanya naik 2 setengah oktaf.

"Hmmm.." hanya itu respon yang terdengar.

"Kim Pemalas Seokjin cepat bangun!!! Kau sungguh berniat terlambat di hari pertama sekolah barumu??" Kesabarannya yang setipis tissue toilet sudah berada di ambang batas, buktinya bukan hanya meninggikan suaranya, kali ini tangannya juga ikut bekerja mengguncang bahu lebar milik namja tampan yang tubuhnya terkubur selimut tebal bergambar pokemon.

Dan usahanya pun membuahkan hasil   karena pada akhirnya si namja tampan itu menggeliat dan berguling ke sisi tempat tidur. Dengan susah payah membuka kedua matanya,dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan netranya dengan cahaya matahari yang memaksa masuk dari jendela kecil di ruangan itu, menyebabkan bulu mata lentiknya berkibar seperti kipas. Dia menguap lebar sambil merentangkan kedua tangannya.

"Hoaaaahhhh..." dia menguap lagi. "Astaga Kennie, kenapa kau berisik sekali di pagi buta seperti ini. Suaramu benar-benar melebihi suara ahjumma - ahjumma di pasar ikan Jeju. Gendang telingaku sakit sekali rasanya mau pecah." Protesnya sembari mengusap daun telinganya dengan gerakan dramatis, tidak lupa juga sambil mencebikkan bibir tebalnya.

Ken gemas sekali ingin rasanya dia menguncir bibir montok merah muda itu dengan karet gelang milik Eommanya.

Sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, dia menggelengkan kepalanya. "Aisshhh, pagi buta apanya, sekarang sudah pukul 6 pagi Jinnie."

Jin menggosok matanya untuk melihat jam berbentuk bulat sempurna di dinding. Tapi dia mulai bingung. Kenapa bentuk jamnya berubah, kemana perginya jam alpacanya yang imut, dan lagi kenapa warna temboknya berubah menjadi sage green. Seingatnya dia belum berniat mengubah warna krem dindingnya. Lalu dia pun mulai tersadar, dia tidak sedang berada di kamarnya.

 Lalu dia pun mulai tersadar, dia tidak sedang berada di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kennie, kenapa aku bisa terbangun di tempat tidurmu. Seingatku semalam aku tidak menginap di rumahmu?" Tanyanya polos sambil menggaruk bagian belakang lehernya yang tidak gatal.

"Setelah semua yang kau lakukan padaku, kau benar-benar tidak mengingat kejadian semalam?" Ken mengerang frustasi.

"Yah, kenapa kau malah balik bertanya padaku? Jawab saja, kepalaku pusing sekali rasanya." Tangannya bergerak memijat pelipisnya.

Ken memutar bola matanya," bagaimana kau tidak pusing Jin, semalam kau mabuk berat karena menghabiskan berbotol-botol soju."

"Benarkah?" Tanyanya dengan muka tanpa dosa.

"Semalam kau benar-benar menyiksaku Jinnie. Aku bahkan belum sempat makan malam ketika ahjumma pemilik kedai soju menelponku untuk menjemputmu. Kau benar-benar teler, aku harus menggendongmu sepanjang jalan. Bahu dan punggungku rasanya mau copot. Untung saja sahabatmu ini sangatlah baik hati dan penuh kasih, kalau tidak sudah kutinggalkan kau di pinggir jalan."

Jeon SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang