Love Poems

946 91 93
                                    

"Yahhhh, kenapa kamu menyeretku ke sini? Orang-orang akan menyangka kita adalah penguntit mesum disini."

"Ssshhhh...diam. Ini satu-satunya tempat yang kupikir Jungkook tidak akan bisa menemukanku."

"Hmmm..sudah kuduga, kamu pasti sedang menghindari bocah berotot itu. Ini sangat mencurigakan. Apa yang sebenarnya terjadi? Ayo ceritakan padaku. Aku sangat penasaran sekali."

"Tidak ada yang mencurigakan sama sekali Hobi. Tidak ada sesuatu yang terjadi di antara kami."

"Ayolah Jin, jangan coba-coba menyembunyikan sesuatu dariku. Radarku saat ini sudah bisa mendeteksi adanya kebohongan dalam ucapanmu."

"S-sungguh tidak ada apa-apa."

"Apa kalian bertengkar? Atau jangan-jangan kalian putus??"

"Bagaimana bisa putus, jadian saja belum." Jawab Jin dengan ketus.

"Cieeee... ada yang berharap segera ditembak nih. Asyik jangan lupa pajak jadian ya nanti jika..... Ouchhhh sakit...kenapa kamu menjitak kepalaku Jin?"

"Makanya jangan sembarangan bicara. Siapa yang mengharap jadian?"

"Kamu."

"Kupukul lagi nih."

"Eitsss..jangan marah dong. Lalu kenapa dari tadi kamu sibuk menghindari si Jeon? Bahkan tadi pagi aku melihat dari jendela kelasku, saat kalian mengikuti pelajaran olahraga di lapangan, kamu terlalu sibuk menghindar dari Jungkook sampai-sampai kamu tidak sadar ada bola yang di lempar ke arahmu. Aku menyaksikan sendiri beberapa kali bola menghantam kepalamu, aku heran kamu masih belum pingsan. Dan sekarang bel istirahat baru saja berbunyi kamu langsung menculikku dari kelas, bukannya membawaku makan siang di canteen, malah membawaku kesini. Serius Jin aku lapar sekali, aku tadi sudah dapat bocoran dari asisten chef, kalau menu utama hari ini adalah bulgogi, ayo Jin kita harus kesana sebelum kehabisan. Si kocheng pasti juga sudah menunggu kita." Hoseok akan bangkit berdiri dari lantai yang didudukinya, namun lengannya dipegangi erat-erat oleh Jin.

"Hobi, please jangan ke canteen, Jungkook pasti ada disana, aku terlalu malu untuk bisa bertatap muka dengannya. Aku tidak punya muka untuk bertemu dengannya." Jin memohon dengan raut muka memelas.

"Dan mengapa kamu malu?" Selidiknya penuh curiga.

"Hmmm.. i-ituu.. ." Jin tergagap.

Hoseok mengangakan mulut. "A-apa kalian sudah melakukan hal-hal yang tidak senonoh? Ouchhhh...Jin..berhenti memukuliku." Hoseok menggunakan kedua tangannya sebagai perisai untuk melindungi kepalanya dari serangan bertubi-tubi yang dilancarkan oleh Jin.

"Yahhhh..sudah kubilang, jangan mengucapkan hal-hal yang tidak masuk akal."

"Kalau kalian tidak melakukan yang aneh-aneh, lalu kenapa kamu harus merasa malu?"

Jin memeluk lututnya, dagunya juga bertumpu disana. Wajahnya memerah. "I-itu karena kemarin kami..kami... ."

"Kami kenapa?" Hoseok semakin penasaran.

"Kami berciuman." Akhirnya Jin berhasil mengeluarkan kata-kata itu dari tenggorokannya. Namun dia buru-buru menyembunyikan wajah tampannya diantara lututnya. Dia takut untuk melihat respon Hoseok.

Namun responnya sama sekali tidak sesuai dengan prediksinya. Awalnya dia pikir Hoseok pasti akan bereaksi dengan heboh, atau tidak akan berhenti meledeknya sampai dia menangis, tapi kali ini responnya biasa saja. Bahkan dia nampak tidak tertarik dan kelihatan bosan. Pelan-pelan Jin mendongakkan kepalanya untuk menatap temannya.

"Hanya itu saja?"

"Ma-maksudnya?" Jin bingung.

"Kalian hanya berciuman saja? Kamu yakin tidak ada yang lain?"

Jeon SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang