Love Maybe

968 96 41
                                    

"Aku merasa bisa gila jika tidak menciummu sekarang." Dan dengan perkataan itu ia menempelkan bibir tipisnya ke bibir plumpy milik Jin.

Jin memejamkan matanya.

Awalnya itu hanya ciuman yang suci dan murni. Bibir mereka hanya saling menyentuh, tidak ada yang berani bergerak. Seolah takut sedikit gerakan halus saja bisa merusak moment indah tersebut.

Bibir Jin lembut. Lebih lembut dari mousse cake favorit Jungkook malah. Jungkook merasa bisa mencium bibir itu selamanya. Tanpa perlu khawatir akan merasa bosan. Itu bibir terindah di dunia, mana mungkin dia akan bosan. Mustahil!

Angin laut berhembus sedikit kencang, udaranya agak dingin membuat tubuh Jin sedikit bergetar. Jungkook memundurkan wajahnya. Bibir yang sudah terjalin itu akhirnya terpisah.

Jin membuka mata. Sekarang mereka saling menatap. Jantung Jin berdebar. Jungkook menatapnya dengan sorot mata yang tidak bisa dia pahami. Hmm..bagaimana cara menjelaskannya, itu seperti sorot mata yang sarat hasrat.

Jin menelan ludah dengan gugup. Jungkook tidak mengalihkan pandangan dari matanya. Dan sekarang matanya bergerak turun, tertuju ke bibir Jin. Tatapannya berlama-lama disana.

"Koo...mmpphh ." Jin tidak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena sebuah tangan kekar terlebih dulu menyambar tengkuknya, menarik wajahnya maju ke depan. Tanpa aba-aba. Tanpa peringatan, bibirnya dilahap dengan ganas. Membuat tangannya refleks mencengkram baju pria yang menciumnya dengan keras. Dia berpegangan erat-erat.

Jungkook semakin menekan maju leher belakang Jin, dia ingin memperdalam ciuman mereka. Ingin merasakan semua. Ingin mencicipi rasa bibirnya. Ingin menikmati semua sudut tanpa meninggalkan satu inchi pun. Ingin menandai semuanya dengan miliknya.

Jungkook melumat bibir montok itu. Melahapnya. Erangan halus lolos dari bibir Jin.

Tanpa melepaskan ciumannya, tangan Jungkook bergerak cepat mengangkat Jin ke pangkuannya. Dia mengangkat Jin dengan sangat mudah hanya dengan menggunakan satu tangan saja, memindahkannya dari atas pasir kotor dan membuatnya duduk di atas paha tebalnya. Tangan kekarnya mencengkram kedua kaki Jin, memeluk kakinya erat. Semacam penegasan bahwa Jin tidak bisa lari kemana-mana.

Namun Jin tidak ingin lari kemana-mana. Dia ingin duduk dan tinggal selama yang dia bisa di atas pangkuan pria itu. Mengabadikan moment dimana bibirnya dimakan dengan lahap oleh bibir yang bertindik itu.

Jin tidak berdiam lama-lama. Dia mulai membalas ciuman pria itu. Sekarang bibir mereka bergerak dengan sinkron. Saling melahap. Saling melumat. Saling menghisap.

Di masa lalu mereka tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, Jadi mereka sama sekali tidak punya pengalaman berciuman sebelumnya. Ini adalah ciuman pertama mereka, ya kecuali jika CPR palsu yang mereka lakukan di atas ranjang Ken tempo hari kalian hitung juga sebagai sebuah ciuman. Atau mungkin kita bisa anggap itu sebagai... hmm.. trial kiss????

Ini sama-sama pertama kalinya buat mereka. Namun bibir mereka bisa bergerak sinkron dan seirama. Seolah-olah bibir mereka adalah potongan puzzle yang saling melengkapi. Pasangan puzzle yang akan berbunyi klik saat dicocokkan, karena potongan itu adalah pasangan untuk satu sama lain. Seolah-olah bibir mereka memang saling diciptakan untuk satu sama lain. Sangat pas. Saling melengkapi.

Gerakan mereka sangat alami. Bahkan terbilang terlalu pro dan handal sebagai pengalaman pertama. Atau inikah yang disebut dengan insting? Mereka hanya bergerak mengikuti hasrat dan intuisi mereka. Tidak perlu buku panduan. Tidak butuh petunjuk dari seorang pakar. Hati lah yang memimpin alih langkah mereka berdua sekarang.

Tidak puas melahap bibir Jin dengan rakus. Jungkook ingin lebih. Sekarang dia menggigit sedikit bibir bawah berwarna ceri itu. Jin sedikit mengerang membuat bibir indah itu setengah terbuka. Jungkook tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dia segera melesakkan lidahnya kedalam celah bibirnya. Menggoda ujung lidah bibir plumpy itu. Jin terengah-engah. Lidah Jungkook tidak berhenti. Lidah itu bergerak semakin ke dalam, menjilat setiap sudut gua mulutnya, tidak melupakan untuk mengabsen satu persatu deretan gigi putihnya. Lidah itu mencicipi mulutnya dengan sangat rakus. Dan sekarang lidah itu bergerak menjerat lidah Jin. Lidah mereka terjalin. Saling menjilat, saling menjerat. Ingin menyesap rasa masing-masing.

Jeon SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang