"Oke, sekarang tolong saudara Kim Seokjin untuk ikut kami ke kantor polisi."
"Pak bukankah sudah saya jelaskan kalau teman saya mengidap penyakit gangguan saraf otak. Dia menderita claustrophobia dan juga epilepsi. Pacarnya baru saja memutuskannya dan akan pindah ke luar kota, jadi saya mengantarnya untuk mengejar bis yang ditumpangi pacarnya. Dan karena sangat sedih dan gugup, penyakit bawaannya kumat, dia kejang-kejang lalu segera tidak sadarkan diri. Saya ngebut karena panik teman saya tiba-tiba kejang, tujuan saya hanya satu Pak, yaitu untuk segera mempertemukan teman saya dengan mantannya. Jadi tolong Pak, jangan bawa saya ke kantor polisi."
Petugas polisi yang mendengar alasan tidak masuk akal Jin hanya menghela nafas panjang.
"Oke tenang, teman anda sedang diperiksa oleh dokter, jadi anda bisa ikut kami untuk memberikan keterangan lebih lanjut di kantor polisi."
"Pak polisi, please. Saya gak mau dipenjara." Jin mewek.
Petugas polisi jadi galau. Pelaku kriminal di wajahnya terlalu imut dan menggemaskan, mana bisa tega untuk menghukum kalau begini jadinya.
Petugas Lee Yi Kyung berdehem, lalu dia berkata, "Ehmm.. kami belum bisa memastikan sanksi apa yang akan diberikan untuk anda, entah itu berupa denda atau kurungan, tapi mengingat dari hasil test bahwa anda bebas alkohol, maka kemungkinan untuk dipenjara sangatlah kecil persentase-nya."
"Yahhh, jangan bersikap lunak padanya." Petugas polisi yang bernama Park Seo Joon mengomeli rekannya. Dia lalu berbalik ke arah Jin dan memelototinya, "Makanya pikir dulu sebelum melakukan aksi kebut-kebutan di jalan bocah nakal. Memangnya kau pikir kau siapa? Dominic Toretto???"
Bibir Jin mengerucut hampir menangis.
Park Seo Joon menelan ludah dengan susah payah.
'Gawat, dia malah mau nangis.'
Lee Yi Kyung segera memukul kepala temannya, "Yahhh.. berhenti menakutinya, kau hampir membuatnya menangis."
"Aduhhhh... ." Petugas Seo Joon mengusap-usap kepalanya yang malang korban ditoyor temannya. "Kenapa kau malah memukulku. Hancur sudah wibawaku."
"Kita ini polisi, tugas kita adalah untuk mengayomi masyarakat, bukannya malah menebarkan teror dan ancaman."
Park Seo Joon melongo mendengar khotbah dari rekan kerjanya itu. Kenapa mendadak dia berubah menjadi pria yang sangat bijaksana dan berbudi pekerti luhur.
"Gwenchana, gwenchanayo... sudah-sudah jangan menangis lagi okey? Sekarang hapus air matamu." Yi Kyung menyerahkan selembar tissue di tangan Jin.
Jin mengambil tissue itu dan memakainya untuk menyeka air mata dan ingusnya.
"Oke, sekarang tidak ada alasan lagi, cepat ikut kami ke kantor polisi. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu."
Perkataan petugas Seo Jeon membuat Jin menangis histeris.
"Huaaaaaaaaaaaaa....tolong jangan penjarakan saya. Huaaaaaaaa..... ."
"Ssshhhhhh...kenapa anak ini malah menangis dengan heboh? Heyyyy..diammmmmm...tangisanmu bisa meluluhlantakkan seisi rumah sakit ini." Seo Jeon panik.
Yi Kyung memukul kepalanya lagi. "Yahhhh, bukan begitu cara menghibur orang yang menangis. Kamu bukannya menenangkan malah membuatnya semakin histeris."
"Kenapa kau terus memukuliku?" Seo Jeon mendelik, namun diabaikan oleh temannya.
"Shhh..sudah-sudah jangan menangis lagi ya. Datang saja secara kooperatif ke kantor polisi dan berikan keterangan yang jujur, kamu juga sudah menghubungi walimu kan? Jadi mari kita selesaikan ini di kantor polisi." Yi Kyung berusaha menenangkan Jin yang air matanya bocor membasahi pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeon Seokjin
Fanfiction"He is mine." Ucap Jungkook. "W-wait... sejak kapan aku jadi milikmu? Kau pikir aku ini barang?" Jin protes. Namun Jungkook tidak menggubrisnya. "Kau dengar sendiri kan Kook, dia bukan milikmu." Kata Taehyung sambil menarik tangan Jin. Jin memekik k...