Shilla Hotel, 18.50 KST
Jungkook POV
Kami sampai di hotel Shilla sekitar 10 menit lebih awal dari waktu yang disepakati. Bahkan demi menghindari terjadinya aksi tidak bertanggung jawab seperti kabur, pingsan atau pura-pura mati, kakekku melakukan tindakan pencegahan dengan memaksa dan menyeretku untuk semobil dengannya. Alhasil kami berempat, aku, kakek dan kedua orang tuaku duduk bersama dalam Bentley State Limousine milik kakek seperti keluarga cemara yang harmonis dan rukun. Aku keheranan, tidak biasanya kakek mengeluarkan kendaraan limousinenya ini, dia pasti benar-benar ingin memberikan first impression yang baik dan mengesankan keluarga temannya itu. Mengendarai sebuah limousine di jalanan Seoul yang padat lalu lintas sangatlah merepotkan. Body mobil yang bongsor dan panjang benar-benar membatasi laju kendaraan apalagi di jam-jam pulang kantor yang sibuk seperti ini. Lagipula siapa yang repot-repot memakai sebuah limousine dengan spesifikasi tidak tembus peluru dan juga anti ledakan bom ringan hanya untuk menghadiri acara dinner sederhana, memangnya siapa dia? Raja Salman?
Kakek sangat cemas jika hari ini aku ingkar janji dan berulah. Namun, aku meyakinkannya bahwa aku akan menepati janjiku untuk datang dinner. Karena jika tidak, kakek tua ini akan menyeret sepupuku yang malang untuk di bawa kesini. Aku tidak menyukai sepupuku, namun aku benci jika kakekku mengacaukan hidupnya. Dia sudah cukup menderita dengan nasib sial ibunya. Lagipula aku harus balas budi, dia sudah menyelamatkan pacarku, aku tidak ingin berhutang apapun kepadanya. Juga aku perlu bantuan kakekku untuk menghukum Lisa, jadi mau tidak mau aku terpaksa harus mengikuti acara makan malam konyol ini. Tapi tentu saja aku datang dengan sebuah rencana. Aku tidak bodoh. Aku tidak mau hanya pasrah seperti domba gemuk yang akan dijadikan korban persembahan, aku sudah menyusun strategi di otakku. Ya Tuhan betapa kerennya aku. Aku bangga pada diriku sendiri.
Ketika kami sampai, petugas hotel bergegas membukakan pintu mobil. Supir kami menyerahkan kunci limousine kepada petugas parkir valet. Di saat itulah sebuah Rolls Royce Boat Tail warna blue ivy yang sangat familiar melintas dan parkir di dekat mobil kami. Ini mobil yang sama persis yang beberapa minggu lalu parkir di depan kedai Ken. Sial, jadi teman kakek benar-benar seorang wakil presiden. Aku harus mengatur ulang rencana skenario di otakku. Jangan sampai aku bertindak bodoh dan menyinggung teman kakek, bisa-bisa keluargaku dideportasi dari Korea Selatan. Keluargaku super kaya raya dan tidak akan kehabisan uang, tapi bukanlah tindakan bijaksana jika menyinggung apalagi melawan seorang wakil kepala negara. Aku tidak boleh bertindak gegabah.
Aku cukup terhibur melihat reaksi kekalahan yang melintas di wajah kakekku. Awalnya dia ingin membuat temannya terkesan dengan mobilnya, namun malah dia yang akhirnya dibuat terkesan. Aku tertawa dalam hati menyaksikan kegagalannya. Limousine kakek yang cuma seharga 120 miliar tidak akan bisa dibandingkan dengan Rolls Royce Boat Tail yang harganya mencapai 400 miliar. Aku menahan tawaku.
Ada 4 orang keluar dari mobil itu. Mereka tidak membawa supir. Seorang pria seumuran ayahku beranjak keluar dari pintu pengemudi dan berjalan memutar untuk membuka pintu penumpang di depan. Sangat gentleman. Seorang wanita cantik menyambut uluran tangan si pria dan melangkah keluar dari dalam mobil dengan cara yang paling elegan. Aku menebak mungkin itu adalah istrinya. Tipikal pasangan yang sangat romantis. Sangat berbeda dari orang tuaku. Aku mengingat setiap kali Appa hendak mencoba membuka pintu mobil untuk Eomma-ku, pasti akan selalu gagal, karena Eomma-ku akan lebih dulu meloncat keluar dari mobil. Eomma-ku adalah tipe wanita yang sangat energik dan selalu kelebihan baterai. Aku selalu bertanya-tanya darimana datangnya kekuatan dan energinya itu.
Petugas hotel juga bergegas membuka pintu penumpang di belakang. Dua pria tua seumuran kakekku keluar dari dalam rolls royce.
Kakekku segera memberi isyarat kepada kami untuk menghampiri keluarga temannya itu. Jadi kakek memimpin jalan di depan untuk menyapa rombongan di depan hotel. Kami saling bertegur sapa. Pasangan suami istri itu memiliki senyum yang hangat dan ramah. Senyum mereka mengingatkanku akan senyum seseorang. Ahhh..aku merindukan kekasihku. Kebalikan dari pasangan itu, si bapak wakil presiden menilai penampilanku dari atas ke bawah dengan pandangan sedikit mencela dan menghakimi. Bukannya tersinggung aku malah tersenyum dalam hati. Aku tidak bisa menyalahkan sikapnya, siapa juga yang berminat punya calon mantu yang wajahnya bonyok dan babak belur. Aku harus berterima kasih pada Taehyung karena sudah menghadiaiku dengan beberapa hiasan lebam dan lecet di wajahku. Bagus, teman kakekku pasti langsung kehilangan minatnya untuk meneruskan perjodohan ini. Dia pasti mengira aku adalah seorang bad boy, ketua gangster atau semacamnya. Aku senyum-senyum dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeon Seokjin
Fanfiction"He is mine." Ucap Jungkook. "W-wait... sejak kapan aku jadi milikmu? Kau pikir aku ini barang?" Jin protes. Namun Jungkook tidak menggubrisnya. "Kau dengar sendiri kan Kook, dia bukan milikmu." Kata Taehyung sambil menarik tangan Jin. Jin memekik k...