"Jin... I think... ."
Drrrrttttdd
Drttddddd
Suara ponsel yang bergetar dari dalam saku celana milik Jungkook menginterupsi kata-kata Jungkook sekaligus menyadarkan Jin dari linglungnya. Jin cepat-cepat mengangkat pantatnya dari atas paha Jungkook. Duduk kembali di atas pasir putih.
"P-ponselmu berbunyi Kook. Cepat angkat itu." Suaranya sedikit tidak stabil, efek debaran aneh di ulu hati.
Jungkook merasa kesal dengan si penelepon yang tidak sopan itu. Berani-beraninya mengganggu moment manis dengan Jin-nya. Dia bahkan belum sempat menyelesaikan pengakuan cintanya. 'Sial'. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia ingin membuang ponselnya ke dalam laut. Dia harap ada seekor megalodon yang menelannya. Dia bermaksud mengabaikannya, namun Jin mendesak untuk mengangkatnya. Jadi dia tidak punya pilihan selain menuruti perintah pujaan hatinya. Dia bisa menunda pernyataan hatinya nanti dan mengungkapkannya setelah menerima telepon dari orang yang kurang ajar itu.
Dan orang yang kurang ajar yang berani meneleponnya di saat yang tidak tepat itu adalah....
"Jackson hyung.. ." Jungkook menggumam, sedikit bingung kenapa asistennya meneleponnya. Padahal tadi dia sudah memberinya pesan agar kembali saja ke rumah dan tidak perlu bekerja, karena Jungkook akan sibuk ngedate hari ini.
"Haloo hyung..kenapa hyung menelponku, bukankah sudah kubilang bahwa... ." Dia belum sempat menyelesaikan kata-katanya karena sepertinya ucapannya sudah dipotong oleh si penelepon.
"Apa?? Bagaimana bisa?? Oke-oke, aku akan segera kesana." Jungkook menutup teleponnya. Jin menatapnya dengan wajah khawatir. "Kookie, ada apa? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi??"
"Jin, Sorry, Eommaku masuk rumah sakit, sepertinya kita harus kembali ke Seoul sekarang."
"Hahhh? Bagaimana bisa? Apa dia sakit?"
"Entahlah. Asistenku hanya bilang tiba-tiba Eomma pingsan saat baru tiba di rumah setelah pulang dari tempat kerja. Dan juga Appa dan kakekku sedang ada proyek di luar negeri. Sekarang Eomma sendirian di rumah sakit."
"Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kita cepat pergi kesana sekarang." Jin segera meraih tangan Jungkook, menariknya bangkit dari posisi duduk di atas pasir. Jungkook segera membalik posisi tangan mereka dan menggenggam jemari Jin. Dengan tergesa-gesa menyambar sepatu yang tergeletak di pasir, dan segera berlari menuju ke area parkir tempat motornya berada.
Sesampainya di tempat parkir, Jungkook masih menyempatkan diri untuk membersihkan pasir yang mengotori kaki Jin dengan tangannya, membantunya memakai sepatu bahkan mengikat talinya. Setelah selesai membantu Jin, dia segera memakai sepatunya sendiri tanpa perlu repot-repot membersihkan pasir yang masih melekat. Dia meraih jaket di atas jok motor, hendak memakaikannya ke tubuh Jin. Namun kali ini tangan Jin menghalangi niatnya. Jin menolak memakai jaketnya.
"Jin, pakai! Cuacanya dingin." Suaranya tegas. Dia tidak menerima penolakan.
Jin menggeleng keras.
"Kookie kamu yang menyetir, kamu lebih membutuhkan jaket itu dibandingkan aku."
"Aku tidak peduli. Pakai ini sekarang Jin. Jangan keras kepala."
Jin menggeleng lagi.
"Kamu yang keras kepala Kook. Kamu duduk di depan, anginnya akan langsung mengenai kamu. Kamu bisa sakit. Sedangkan aku duduk di belakang, aku bisa berlindung di balik badanmu."
"Jin."
"Kook, pakai saja. Kita harus segera ke rumah sakit, ingat. Eomma-mu sendirian disana. Dia membutuhkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeon Seokjin
Hayran Kurgu"He is mine." Ucap Jungkook. "W-wait... sejak kapan aku jadi milikmu? Kau pikir aku ini barang?" Jin protes. Namun Jungkook tidak menggubrisnya. "Kau dengar sendiri kan Kook, dia bukan milikmu." Kata Taehyung sambil menarik tangan Jin. Jin memekik k...