3. Sepeda Menjadi Saksi

15K 73 1
                                    

Hari Rabu pukul dua siang, di bawah panas terik sinar matahari, seorang bocah berseragam sekolah putih abu-abu yang sudah lusuh bernama Anto, seorang diri menelusuri jalan penghubung antar desa dengan menggunakan sepeda balap lawas milik ayahnya dahulu. Bagi orang yang tidak paham, pasti akan menyepelekan sepeda itu, padahal, sepeda itu masuk buruan kolektor dan harganya cukup mahal.

Kayuhan kakinya Anto terlihat santai, tidak kencang tidak pula pelan. Sepeda itu melaju dengan lancar di jalan beraspal yang mulus. Dari gerbang sekolah tadi dia berkendara bersama kawan-kawannya, namun seiring berjalannya waktu satu persatu kawannya memisahkan diri dan tinggallah dirinya seorang.

Di dalam tas ransel berwarna coklat muda yang dikenakan Anto, tersimpan satu surat kelulusan yang tentu saja menyatakan bahwa Anto sebagai salah satu siswa yang lulus dengan nilai yang cukup baik. Inilah salah satu hal positif yang ada di diri Anto, meskipun bocah itu gemar menonton film porno, namun dia tidak melupakan tugasnya untuk belajar.

Meskipun lusuh, namun seragam Anto terlihat bersih dari coretan padahal dia baru saja dinyatakan lulus sekolah.

Berbeda dengan kebiasaan di daerah lain, Aksi corat-coret seragam sekolah dan juga melakukan pawai keliling kota bukanlah menjadi budaya di daerah tempat tinggal Anto. Tetapi ada juga segelintir siswa-siswi yang melakukan hal itu, biasanya dilakukan oleh mereka yang sekolahnya berada di kawasan perbatasan sedangkan sekolahnya Anto tidak termasuk di dalamnya.

Surat pengumuman kelulusan itu sudah berada di tangan Anto pada jam sembilan pagi tadi, dan bisa saja dirinya segera pulang untuk menyampaikan kabar gembira itu kepada kakek dan neneknya. Namun Anto memilih untuk bersantai-santai saja di sekolah bersama gengnya yang terdiri dari dirinya sendiri dan tiga orang kawan yang semuanya laki-laki.

Sampai kemudian suasana sekolah berangsur sepi dan empat sekawan yang punya kegiatan rutin bertukar video bokep itu memutuskan untuk pulang. Satu teman Anto pulang menggunakan sepeda motor, sedang yang dua orang bersepeda bersamanya.

Ada dua alasan bagi Anto untuk menunda kepulangannya dan memilih bersantai bersama teman-teman di sekolah.

Pertama, mau dirinya lulus atau tidak, dia lulus nilainya bagus atau jelek, itu tidak ada gunanya. Karena dia tidak memiliki cita-cita yang mengharuskan dirinya untuk lulus sekolah dengan nilai yang bagus.

Rencana Anto adalah, setelah dia menyelesaikan sekolahnya, dia akan bekerja dan dia tidak berminat untuk bekerja kantoran dan memakai dasi. Malah, kalau dia diizinkan, dia ingin membantu kakeknya mengurusi kebun singkong yang berada di dekat rumah.

Selain itu ada juga kebun yang berada di belakang rumah tempat tinggal dia dan kedua orangtuanya dulu yang ditanami pohon jati dan sengon. Meskipun rumah itu terbengkalai karena tidak ada penghuninya, namun seminggu sekali kakeknya Anto datang untuk mengurus kebun yang ada di belakang rumah itu.

Sebenarnya, Budhenya Anto yang bernama Erni sudah menawari Anto untuk melanjutkan kuliah, bahkan cenderung memaksanya, namun si bocah desa itu tidak bergeming dengan keputusannya untuk bekerja.

Padahal, Erni dan suaminya bersedia untuk membiayai kuliah Anto sampai lulus, asal jurusan yang diambil Anto bukan jurusan kedokteran. Bukan karena mereka tidak ingin keponakannya menjadi dokter, namun biaya kuliah di kedokteran sangat mahal dan tidak bisa mereka jangkau. Sebab Erni juga harus membiayai kuliah anaknya sendiri.

Alasan kedua kenapa Anto tidak segera pulang adalah, karena adanya suatu kejadian saat dulu Anto pernah pulang sekolah lebih awal sekitar pukul dua belas siang.

Pada saat Anto sampai di rumah, tempat itu terlihat sepi. Sudah menjadi kebiasaan Anto di rumah, ketika dia pulang ke rumah dia tidak langsung masuk melalui pintu depan, namun terlebih dahulu dia membersihkan kakinya di keran air yang ada di bagian belakang rumah. Kebiasaan membersihkan kaki sebelum masuk rumah ini sudah menjadi kebiasaan tidak hanya di keluarganya Anto namun juga seluruh warga desa Wonojajar.

Gairah Si Anto (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang