24. Warior

2.1K 23 0
                                    

Menjelang pukul tiga sore, matahari bersinar terik. Meskipun di luar terasa panas, yang membuat banyak orang mengeluh, namun di dalam toko sembako suasana nampak santai, walaupun di dalam toko itu tidak ada AC, hanya ada kipas angin saja.

Anto dan Budhenya tengah sibuk menata dan merapikan barang dagangan pada rak yang berada di sebelah kasir sambil bercengkrama. Badan keduanya yang berkeringat, diterpa oleh angin yang berhembus dari kipas angin. Sehingga keduanya tidak begitu merasa kegerahan.

Dua bulan yang lalu, setelah Anto ketahuan berbuat nakal dengan Nurul, tentu saja Erni marah. Budhenya Anto itu sempat mendiamkan keponakannya selama hampir satu bulan.

Satu minggu pertama, Anto berusaha untuk berbaikan dengan budhenya, namun tidak digubris oleh wanita setengah baya itu. Akhirnya Anto putus asa dan malah ikut diam. Keduanya hanya berbicara kalau ada hal penting yang berhubungan dengan pekerjaan, itupun hanya sepatah dua patah kata.

Setelah sebulan, akhirnya mereka pun berbaikan. Selain karena keduanya sama-sama merasa tidak nyaman dengan situasi yang mereka buat, tentu saja karena keduanya juga sama-sama butuh satu sama lain untuk merasakan nikmatnya surga dunia.

Momen berbaikan itu mereka syukuri dengan melakukan hubungan badan sepanjang hari. Kebetulan, selama tiga hari, mereka hanya tinggal berdua di rumah. Sebab suaminya Erni sedang menjalankan rutinitasnya ke luar kota, dan Ranti pulang kampung untuk menengok kedua orangtuanya.

Bahkan, dihari kedua mereka berbaikan, toko sampai tutup. Sebab keduanya terus bercinta untuk saling melepas dahaga. Karena selama satu bulan, alat kelamin mereka tidak menyatu, dan alat kelamin itu haus akan cairan yang keluar dari dalam alat kelamin pasangannya.

Masih untung bagi Erni, dimana suaminya masih mau mengajaknya berhubungan badan, meskipun sensasinya tidak senikmat bercinta dengan keponakannya sendiri. Apalagi dalam sebulan itu hanya dua kali Erni diajak suaminya bercinta. Sedangkan Anto, sejak dia mulai berani bercanda dan menggoda Ranti, dia tidak pernah lagi mendapatkan kocokan maut dari wanita itu.

Anto yang tadinya tidak begitu suka dengan kocokannya Ranti, menjadi berharap wanita itu mau mengocoknya lagi, setelah sang budhe mendiamkannya selama satu Minggu. Setidaknya, ada yang membantunya melakukan pelepasan. Sebab, setelah hampir setiap hari selama beberapa bulan ada yang membantunya melakukan pelepasan, paling tidak karena mendapat kocokan dari Ranti, maka ketika tiba-tiba kegiatan itu berhenti, Anto merasa dalam hidupnya ada yang kurang dan membuatnya selalu gelisah.

Sempat bocah itu bertanya kepada Ranti, kenapa kakak sepupunya itu tidak mau lagi mengocok kontolnya. Jawaban yang keluar dari dalam mulutnya Ranti hanya singkat saja. Males!

Ranti memang tidak pernah lagi menyiksa Anto dengan mengocok kontolnya. Sebenarnya bukan karena dia merasa marah akan candaan yang sering dilontarkan Anto, tetapi karena dia mengetahui keadaan yang sedang terjadi antara Anto dengan Erni. Dimana Erni sedang marah dan mendiamkan keponakannya itu.

Keadaan itu dimanfaatkan Ranti untuk menyiksa Anto dengan cara lain yang membuat bocah itu lebih tersiksa dan merasa pusing tujuh keliling. Cara baru yang digunakan Ranti untuk menyiksa Anto itu adalah dengan menggoda pacar gelap Erni itu dengan berbagai kegiatan yang membuat nafsu birahinya bocah itu tersulut.

Pernah pada suatu pagi, Ranti yang nampak berkeringat karena baru saja selesai berolahraga di belakang rumah, meminta Anto yang hendak mandi untuk menolongnya. Pada saat itu Ranti memakai celana legging pendek dan kaos yang panjangnya hanya sebatas pinggang. Ranti meminta Anto untuk memegangi tangga segitiga kecil setinggi pinggang, karena dia hendak mengganti lampu yang ada di belakang rumah.

Anto merasa janggal, karena setahu dia, semalam itu lampu yang hendak diganti oleh Ranti masih menyala. Bocah itu sempat bertanya kepada Ranti, dan Mbaknya itu menjawab kalau lampunya sudah redup. Anto mencoba mengingat, dan ternyata, seingat Anto memang lampunya sedikit redup. Hanya saja, yang membuat Anto merasa heran adalah, ketika dia menawarkan diri agar dia saja yang mengganti lampu karena itu tugasnya lelaki, Ranti menolaknya.

Gairah Si Anto (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang