22. Di Bawah Langit Sore

2.9K 26 2
                                    

Setelah pulang dari rumahnya Ninuk di subuh hari dan tidur sebentar, pukul sembilan pagi Anto nampak sudah rapi dan bersiap di teras depan rumah selingkuhannya itu. Bocah itu berdiri memperhatikan jalanan sambil bersiul-siul pelan dan wajahnya terlihat berseri, tidak terlihat tanda-tanda kelelahan, meskipun bisa dibilang dia kurang tidur karena tengah malam sebelumnya dia bercinta dengan tetangganya itu.

Anto menunggu Ninuk di depan rumahnya karena bocah itu disuruh neneknya untuk membersihkan rumah yang pada saat Anto kecil dulu rumah itu dia tempati bersama bapaknya. Atas petunjuk dari Budhenya, Anto disuruh berangkat bareng dengan Ninuk karena tetangganya itu hendak menjemput anaknya pulang dari berkemah.

Anto mengendarai motornya Ninuk dengan santai karena dia sedang menikmati hidup ketika kejantanannya terus-menerus diremas oleh si pemilik motor yang membonceng di belakangnya. Masih ditambah susunya Ninuk yang besar dan keras menempel erat di punggung bocah itu. Waktu yang masih tergolong pagi, serta jalanan desa yang sepi memuluskan aksi keduanya.

Sampai di depan rumah bapaknya yang kosong tak berpenghuni, tanpa toleh kanan dan kiri, setelah mematikan mesin motor, Anto langsung menarik tangannya Ninuk dan membawa tetangganya yang bahenol itu masuk ke rumah.

Ninuk yang seorang maniak sex mengikuti saja tarikan Anto dan terlihat pasrah ketika dia memahami kalau bocah itu hendak menjamah tubuh montoknya.

Anto menutup pintu rumah dan tidak lupa menguncinya. Di dalam ruang tamu, Anto berinisiatif terlebih dahulu dengan melucuti pakaiannya Ninuk sampai wanita semok itu telanjang bulat. Tidak mau kalah, Ninuk pun membalas dengan menelanjangi Anto yang berdiri di hadapannya.

Dari mulai bercumbu sampai meraba, mereka lakukan sebagai pemanasan, termasuk meng-oral bagian intim pasangannya. Setelah puas dengan gaya 69, di ruang tamu yang nampak berdebu itu Ninuk membaringkan tubuhnya di atas lantai beralaskan tikar lusuh dan dia begitu menikmati sodokan kontolnya Anto di lubang memeknya.

Anto merasakan dalam waktu dekat dia akan mengalami ejakulasi. Namun, air mani yang sudah berada di pangkal penisnya dan siap untuk meluncur itu terpaksa mengurungkan niatnya dan kembali ke tempat semula. Karena...

Brak!!!
Pintu rumah tiba-tiba didobrak dari luar.

Kedua insan berbeda usia yang sedang melakukan penyatuan itu langsung terperanjat. Kepanikan keduanya bertambah karena mereka melihat begitu banyak warga berkerumun di luar rumah dan didominasi oleh kaum lelaki.

Bersamaan dengan beberapa warga yang merangsek masuk ke dalam rumah, Ninuk mendorong Anto sampai kedua alat kelamin mereka terlepas. Lantas Ninuk berlari menyelamatkan diri ke belakang rumah dalam kondisi telanjang.

Karena kuatnya dorongan Ninuk, membuat Anto terjungkal ke belakang dan belum sempat dia bangkit untuk mengejar pasangan selingkuhnya itu, tubuhnya sudah terlebih dahulu ditangkap oleh orang-orang yang masuk ke rumah. Segala sumpah serapah diucapkan oleh warga. Anehnya tidak ada satupun yang berlari mengejar Ninuk.

Anto tidak kuasa melawan pada saat tubuh telanjangnya diseret keluar dari dalam rumah sambil dia mendengarkan beragam caci maki dan ancaman yang disuarakan oleh para lelaki.

"Bajingan!"

"Wong kebak duso! Gawe regete kampung! (Pendosa! Ngotorin kampung!)"

"Asu! (Anjing!)"

"Tugel wae kontole! (Potong saja kontolnya!)"

"Diobong wae! (Dibakar saja!)"

Semakin banyak orang yang mengerumuni Anto.

"Wes Ndang diajar wae! Ayo!" (Dah langsung dihajar saja! Ayo!)

Gairah Si Anto (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang