6. Senyum Yang Tulus

4.6K 39 0
                                    

---
Kembali ke Anto
---

Tidak ada hal istimewa yang terjadi selama Anto menempuh perjalanan menggunakan angkutan umum dari desa sampai ke kota. Singkat cerita, setelah naik angkudes dan sampai di terminal, Anto langsung menempuh perjalanan menggunakan bus AKAP (antar kota antar propinsi) selama kurang lebih 2 jam.

Sebenarnya, secara formal kampung tempat rumah Budhenya Anto berada itu tidak masuk ke kawasan administrasi daerah kotamadya, akan tetapi tercatat sebagai daerah yang masuk ke kawasan administrasi kabupaten. Hanya saja posisi kecamatan dan juga kampung dimana rumah budhenya Anto itu berada, terletak di perbatasan kota dengan kabupaten pada sisi sebelah timur yang cukup padat penduduknya. Sehingga, banyak orang desa yang mengira kalau budhenya Anto itu tinggal di kota. Warga kampungnya sendiri pun lebih suka menyebut nama kotanya ketika ditanya darimana mereka berasal, ketimbang menyebut kabupatennya.

Kotanya sendiri sangat ramai, karena selain menjadi salah satu tempat tujuan wisata, juga menjadi tempat tujuan belajar. Itu dikarenakan banyaknya perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang ada di kawasan tersebut. Karena itulah, bus kota bisa menjangkau sampai ke kecamatan yang ada di perbatasan tempat budhenya Anto tinggal.

Bus AKAP yang dinaiki Anto hanya sampai terminal dan dirinya harus melanjutkan perjalanan dengan menaiki bus angkutan dalam kota. Awalnya Anto sempat kebingungan karena dia tidak menemukan jenis bus yang dulu pernah dia naiki bersama kakek dan neneknya pada saat mengunjungi budhenya. Waktu itu Anto masih kelas satu SD. Anto sebenarnya sudah lupa dengan bus itu, namun pada saat dirinya berpamitan, Mbah Kakungnya mengingatkan bus apa yang harus dia naiki.

Dengan memberanikan diri, Anto bertanya kepada seorang mbak-mbak yang tadi satu bus AKAP dengannya. Mbak itu perawakannya kurus tomboi berambut pendek seperti polwan yang baru dilantik. Meskipun warna kulitnya cenderung gelap, namun wajahnya enak untuk dilihat. Yang istimewa dari si mbak itu adalah dia memiliki bibir yang tipis. Di dalam bus AKAP, posisi duduk mbak itu berada pada jarak empat bangku di depannya Anto. Pada saat penumpang lain segera pergi meninggalkan terminal setelah keluar dari bus, mbak itu tetap berada di dalam terminal.

Dari yang awalnya bertanya tentang bus, akhirnya Anto malah bisa berbincang sebentar dengan si mbak. Wanita berbibir tipis itu ternyata adalah seorang mahasiswi semester enam di salah satu kampus swasta yang ada di kota. Kalau dihitung-hitung, mbak itu usianya lebih tua tiga tahun dari Anto.

Dari perbincangan itu Anto tahu kalau sistem perjalanan bus kota telah berubah. Kalau dulu bus kota bisa menaikkan dan menurunkan penumpangnya dimana saja, sekarang harus dilakukan di halte yang sudah disediakan. Busnya pun semuanya sudah diganti dengan yang baru, termasuk warna catnya juga ikut berubah.

Mbak itu ternyata juga sedang menunggu bus kota seperti Anto. Sayangnya tujuan perjalanan Anto berbeda dengan si mbak berambut hitam pendek itu. Sehingga mereka berdua akhirnya menaiki bus yang berbeda tanpa terlebih dahulu mengetahui namanya satu sama lain. Bus si mbak yang datang terlebih dahulu, baru lima menit setelahnya bus Anto yang datang. Anto sempat kecewa, kenapa tadi tidak mengajak mbak itu berkenalan dan minta nomor HP-nya. Siapa tahu besok bisa diajak jalan-jalan. Anto membayangkan bagaimana dirinya yang baru lulus SMA jalan dengan seorang mahasiswi yang lebih dewasa darinya.

Bus kota yang dinaiki Anto bentuk bangkunya berhadapan antara sisi kanan dan kiri, ditambah deretan bangku di bagian belakang yang menghadap ke depan. Pada saat naik, kondisi dalam bus cenderung sepi, jadi Anto bebas memilih tempat duduk. Anto memilih duduk di bangku belakang bagian tengah yang menghadap ke depan.

Di dalam bus Anto clingak-clinguk memperhatikan suasana jalan raya karena dia merasa asing dengan suasana di jalan yang ramai dengan kendaraan bermotor. Di kanan dan kiri jalan disesaki oleh banyaknya bangunan yang dipakai untuk beragam jenis usaha. Berbeda dengan di desa yang jalannya relatif sepi dan di tepi jalan hanya ada pepohonan serta tebing batuan kapur.

Gairah Si Anto (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang