9. Kena Tembak

12.8K 67 6
                                    

Sepanjang perjalanan dari kamar ke dapur dan sebaliknya, Anto memang berjalan, namun jalannya dibuat secepat mungkin. membuat air putih yang dibawa menggunakan gelas besar, beberapa kali memercik keluar. Sepanjang jalan itu pula dia senyam-senyum sendiri. Seperti tidak ingin menghambat Anto, burungnya yang ada di selangkangan memilih untuk menidurkan diri.

Sampai di dalam kamar, kebahagian Anto bertambah karena melihat Budhenya yang masih duduk di tepi ranjang sudah menanggalkan dasternya. Kini nampak Budhenya Anto hanya memakai celana dalam pasaran khas ibu-ibu berbahan tipis dan berwarna biru muda. Sayang, budhenya itu merapatkan kedua paha mulusnya, sehingga Anto tidak dapat melihat bagian celana dalam yang menutupi memeknya.

Sambil memberikan gelas berisi air minum kepada Budhenya, Anto yang berdiri tepat di hadapan budhenya pura-pura polos dengan bertanya, "kok dasternya dilepas Dhe?"

Erni pun membalas sekenanya. "Emang napa? gak boleh?" Lalu dia meminum air pemberian Anto.

"Boleh kok." jawab Anto. Tanpa berkedip, pandangan bocah itu menelusuri bagian pangkal paha Budhenya yang tertutup rapat.

Erni yang tengah minum, memperhatikan gerak-gerik arah pandangan Anto. Dia hanya meminum air sampai setengah gelas. Lalu bertanya, "liatin apa hayo?"

"Eh enggak." terkejut Anto.

"Mau lihat ini ya? Baa...." Tiba-tiba Erni membuka pahanya lebar-lebar, namun hanya satu detik kemudian merapatkannya kembali.

Tersentak si Anto.

"Ha... Ha... Hu...." Melihat ekspresi keponakannya, Erni tertawa lalu menahan tawa itu dengan menutup mulutnya memakai telapak tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya menyodorkan gelas kepada Anto yang isinya tinggal setengah.

Sambil menahan malu, Anto menerima gelas itu dan langsung berjalan menuju nakas untuk menaruhnya. Walaupun hanya terbuka satu detik, tapi Anto sempat melihat kalau kain celana dalam yang menutupi memek Budhenya itu sudah basah.

"Sini le, berdiri di depan Budhe."

Anto yang tengah meletakkan gelas, bergegas berjalan ke depan Budhenya lalu berdiri dihadapannya. Sesuai perintah.

Erni kemudian memegang kedua pinggang Anto lalu menyuruh Anto melepas kembali kaosnya. Begitu kaos terlepas, Erni meraba-raba perut Anto yang rata dan kencang meskipun tidak sixpack seperti layaknya cowok yang hobi nge-gym.

Dalam sekejap, apa yang dilakukan Erni telah membuat kejantanannya Anto kembali keras dan berdiri tegak. Erni pun menyadari hal itu karena memang itulah yang dia harapkan.

Tanpa meminta persetujuan dari keponakannya, Erni lantas membebaskan burungnya Anto dari celana boxer yang mengurungnya sedari tadi lalu memelorotkan celana berwarna biru muda itu sampai ke lutut dan membiarkan celana itu turun dengan sendirinya hingga menyentuh lantai.

Burung dengan bulu jembut yang lebat itu tanpa malu-malu menampakkan dirinya di hadapan seorang wanita paruh baya.

Jantung Anto semakin berdegup kencang. Dentuman dari jantungnya menjalar sampai ke seluruh badan. Gejolak nafsunya semakin meningkat. Ditambah Prediksinya yang semakin menemui kenyataan, secara alamiah, membuat otot-otot yang ada di wajah menarik bibirnya untuk membentuk senyuman.

Erni mendongakkan wajahnya lalu berucap, "apa senyum-senyum?"

Anto justru semakin melebarkan senyumannya sampai giginya kelihatan.

"Dasar. telanjang di depan orang tua, bukannya malu, malah cengengesan." Erni meraba-raba pahanya Anto sambil memandangi kejantanan milik bocah itu yang mengacung tepat dihadapan wajahnya.

Gairah Si Anto (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang