16. Jatah Preman

5.8K 24 0
                                    

---
Anto Menduga lubang anusnya hendak dimasuki sesuatu oleh Ranti, sehingga bocah itu berusaha untuk menghindar.
---
.

Ranti bertolak pinggang. "Siapa yang suruh tengkurap?! Balik lagi!"

Anto menggelengkan kepalanya dengan wajah memelas. Bocah itu memohon dengan sepenuh hati agar Ranti mengurungkan niatnya.

Ranti terlihat tidak peduli dengan Anto yang memelas. Dia mengambil alat setrumnya lalu menekan tombolnya selama satu detik. "Nungging!"

Kali ini Anto tidak mau menuruti perintahnya Ranti. Dia kembali menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk berbicara. "Haumhaumhaum."

"Berani melawan?!" Kembali Ranti menghidupkan alat setrumnya namun kini lebih lama, sekitar tiga detik.

Anto yang dilanda dilema apakah memilih sakit karena disetrum atau disodomi oleh Ranti, hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Oke nek itu maumu." Ranti kemudian berusaha untuk menempelkan alat setrum yang dia miliki ke kakinya Anto. Tentu saja Anto berusaha menghindar. Hanya saja, sekuat apapun Anto berusaha menghindar, dengan tangan dan kaki yang terikat, tentu saja sangat sulit bagi dirinya untuk bergerak.

Sampai pada satu titik dimana ujung alat yang dibawa oleh Ranti berhasil menyentuh betis kaki kirinya Anto dan tanpa pikir panjang Ranti langsung menghidupkan alat itu selama sekitar satu detik. Badan Anto pun kelonjotan karena mendapat sengatan listrik yang walaupun hanya sedetik, namun cukup membuat dirinya merasa kesakitan. Seandainya mulutnya Anto tidak disumpal, mungkin teriakannya akan terdengar sampai ke rumahnya Pak RT.

"Mau lagi?" Tanya Ranti yang dijawab gelengan kepala oleh Anto. "Makanya cepet nungging!"

Ego Anto masih kekeh untuk mempertahankan harga dirinya. Jadi dengan ragu-ragu dia menggeleng. Matanya terlihat berkaca-kaca.

"Hah!" Kesal Ranti. "Tak hitung sampai tiga. Nek ngak!" Ranti menghidupkan lagi alat setrumnya sekali. "Satu... Dua...."

"Hu'um... Hu'um...." Mental Anto kembali kalah. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya tanda bersedia karena takut sambil mencoba untuk berbicara. Sebelum hitungannya Ranti sampai ke tiga, dirinya bergegas bergerak untuk menunggingkan badannya.

"Tiga." Pada saat hitungan Ranti sampai ke tiga, Anto sudah mengembalikan posisi badannya seperti yang diinginkan oleh Ranti. Namun masih belum menungging sempurna.

Ranti membiarkan Anto untuk mengatur posisi. Begitu bocah itu sudah menungging sempurna, Ranti menghadiahinya dengan tabokan membabi buta pada pantat, paha, betis, pinggang dan punggungnya, sebagai hukuman atas penolakannya beberapa saat yang lalu. Termasuk sekali tabokan di kantung zakar Anto yang membuat bocah itu merasa mules bahkan sampai mengeluarkan kentut dengan suara yang cukup keras.

Puas meluapkan emosinya, Ranti lantas mengulang kembali mengoleskan pelicin pada pintu analnya Anto. Dia tidak memperdulikan Anto yang baru saja kentut karena udara dari kipas angin yang berhembus segera menghilangkan aroma tidak sedap yang beberapa saat lalu keluar dari lubang pembuangannya Anto.

Tidak hanya mengoles, kali ini Ranti juga memasukkan jari tengah tangan kirinya lalu menggerakkan keluar masuk duburnya Anto. Jarinya Ranti dengan lincahnya bergerak karena adanya cairan pelicin yang menyelimutinya.

Dalam hati dan pikirannya, Anto merasa harga dirinya telah hancur, namun, tidak dengan fisiknya yang tanpa bisa dikontrol oleh pikirannya, tidak mampu menolak sensasi nikmat dengan apa yang sedang dilakukan oleh Ranti terhadap lubang anusnya. Sehingga, kontolnya bocah itu kembali tegang.

"Sok-sokan nolak. Tapi ngaceng juga. Babi!"
Plak! Plak!
Ranti menampar pantatnya Anto dengan telapak tangannya masing-masing satu tamparan di kanan dan kiri.

Gairah Si Anto (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang