26. Sidang Istimewa

1.8K 21 3
                                    

Hari Senin, sehari setelah pameran lukisan yang diselenggarakan oleh Laras dan kawan-kawannya berakhir, merupakan hari yang cukup melelahkan bagi Anto. Karena, setelah malam sebelumnya dia kehujanan bersama Laras, dan tidur cukup larut, pagi sampai sore hari sesudahnya, dia harus membantu Laras dan kawan-kawannya beres-beres. Seperti membersihkan lokasi pameran dan juga mempersiapkan lukisan yang akan dibawa pulang.

Setidaknya, Anto harus bolak-balik dari lokasi pameran ke tempat parkir yang jaraknya cukup jauh sebanyak tiga kali sambil membawa lukisannya Laras untuk dibawa pulang menggunakan jasa taksi online. Karena kalau dibawa menggunakan motor, selain sulit, juga takut nanti lukisan-lukisan itu akan rusak. Belum lagi masih ditambah dengan banyaknya lukisan milik teman-temannya Laras yang akan dikirim ke rumah masing-masing di diluar kota mengunakan jasa kirim paket.

Sorenya, sampai di rumah, Anto dibuat melongo karena suasana rumah nampak sepi. Budhenya dan Ranti pergi entah kemana. Untungnya Anto sudah memiliki kunci pagar sendiri.

Budhenya Anto dan Ranti baru pulang menjelang makan malam, dan ternyata Budhenya Anto itu pulang bersama suaminya karena mereka berada dalam satu mobil yang sama. Sedangkan Ranti membawa motornya seorang diri.

Pada saat makan malam pun tidak seperti biasanya. Suasana yang biasanya hangat karena selalu diselingi dengan perbincangan, malam itu terasa dingin karena Budhe dan Pakdenya Anto cenderung diam. Kesampingkan Ranti yang memang settingannya dari dulu sudah seperti itu.

Meskipun penasaran, tapi Anto memilih untuk tidak bertanya kemana orang-orang yang saat ini sedang makan malam bersamanya itu pergi siang tadi. Karena bocah itu dari dulu sudah terbiasa untuk tidak kepo dengan kegiatan pribadi yang dilakukan oleh orang lain. Menurut ajaran simbahnya Anto, perilaku kepo, terlebih kepada orang tua, itu dianggap tidak sopan. Selain itu, Anto yang merasa lelah ingin segera menyelesaikan makan malamnya lalu beristirahat.

Begitu makan malam usai, Anto langsung menuju kamarnya dan memilih untuk rebahan di atas kasur yang empuk. Seekor ikan cupang pemberian Laras yang ada di dalam kaleng kerupuk bekas masih setia menemani bocah itu. Ikan cupang itu oleh Anto diberi nama 'cipung'.

Bersama dengan cipung, Anto mendengarkan lagu-lagu melalui radio tape yang ada di atas meja. Lagu itu diputar oleh sebuah stasiun radio FM yang sudah menjadi langganan Anto untuk didengarkan pada jam segitu. Kegiatan yang mungkin tidak pernah dilakukan oleh generasi seusianya Anto yang lebih senang mendengar musik melalui ponselnya.

Sedangkan ponselnya Anto dia letakkan di atas meja dalam kondisi sedang mengisi daya baterai. Bocah itu memejamkan mata dan berusaha untuk tidur walaupun hari menurut sebagian besar orang dianggap masih tergolong sore. Baru jam delapan malam kurang sedikit.

Bukannya terlelap tidur, malah sosoknya Laras muncul dengan sendirinya dan terus-menerus bergentayangan di dalam pikirannya Anto. Sehingga dia membuka lagi matanya. Anto menjadi teringat saat-saat dia dulu sedang jatuh cinta dengan gurunya yang bernama Ratna. Bayangan guru itu selalu muncul di benaknya setiap dia memejamkan mata.

Anto menjadi berpikir apa jangan-jangan dia jatuh cinta sama Laras. Dia mencoba menyanggah pikiran sendiri yang terlintas begitu saja. Tidak mungkin dia jatuh cinta dengan Laras yang sudah dia anggap seperti saudaranya sendiri. Serta sejak awal dia tidak tertarik untuk memadu kasih dengan gadis itu.

Seolah ingin menambah kegalauan Anto, penyiar radio yang sedang bertugas memandu program acara itu memutarkan sebuah lagu dengan lirik tentang seorang pria yang mengagumi sosok seorang wanita dimana wanita itu dianggap sempurna karena kehadirannya telah melengkapi hidup si pria.

Sayup-sayup, di saat Anto sedang berkutat pada pikirannya yang diiringi dengan alunan lagu dari radio, dia mendengarkan suara motornya Ranti memasuki halaman rumah. Beberapa menit kemudian, saat lagu berakhir dan diganti dengan iklan obat sakit kepala, pintu kamarnya Anto di ketuk dengan kasar. Dari cara mengetuknya, bocah itu tahu kalau orang yang mengetuk pintu kamarnya itu adalah Ranti.

Gairah Si Anto (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang