12. Kesempitan Dalam Kesempatan

8.7K 47 0
                                    

Sudah empat hari sejak kembalinya Totok ke rumah, Anto tidak melakukan persetubuhan dengan Budhenya. Tentu saja karena waktu dan tempat yang tidak memungkinkan untuk pasangan selingkuh itu melakukan hal tabu tersebut. Tiga malam berturut-turut bercinta dengan Budhenya sudah membuat bocah itu kecanduan akan yang namanya sex.

Dua hari tidak bergumul dengan Budhenya dia masih bisa menahan kegelisahannya, memasuki hari ketiga, kegelisahannya kian menjadi. Sebab Anto merasa ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya dan begitu mendesak untuk dikeluarkan melalui kejantanannya. Semakin lama Anto melawan, semakin dirinya itu ingin guling-guling.

Meskipun di waktu siang hari, Anto dan Budhenya mencuri-curi kesempatan untuk bercumbu, akan tetapi itu tidak cukup bagi Anto. Justru hal itu membuat Anto semakin merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Khususnya di malam hari karena di waktu itu dia tidak memiliki kesibukan.

Anto ingin merasakan lagi bagaimana pejuhnya menyembur di dalam legitnya memek Budhe Erni. Bocah desa yang awalnya tidak ada minat lagi untuk melakukan onani pasca merasakan lubang hangat yang bernama memek itu, terpaksa mengeluarkan kembali pejuhnya menggunakan tangan dengan bantuan minyak zaitun. Tidak hanya sekali, tapi dua kali dalam rentan waktu dua jam. Baru setelah itu Anto bisa tidur nyenyak.

Perubahan yang cukup positif pada diri Anto adalah, Kebiasaannya menonton film porno yang dulu sering dia lakukan sudah sangat berkurang. Film yang tadinya berjumlah ratusan, kini hanya tertinggal belasan saja di ponselnya. Film yang tidak dihapus oleh anto adalah film yang dia anggap memiliki jalan cerita bagus atau belum sempat dia tonton.

Siang hari, pukul dua lebih sedikit, Anto tengah duduk bersila di atas lantai gudang. Bocah itu sedang sibuk menyortir telur ayam yang baru saja dikirim dari distributor. Pada hari-hari sebelumnya, biasanya jam segitu dipakai oleh Anto dan Budhenya untuk bermesraan. Sebab biasanya pada jam-jam segitu toko cenderung sepi.

Benar saja, Erni berjalan santai memasuki gudang dan disambut dengan senyuman oleh Anto yang tentu saja sudah menunggunya sedari tadi. Siang itu Budhenya Anto memakai rok lebar selutut khas ibu-ibu. Biasanya, sesibuk apapun Anto, dia akan segera menghentikan aktivitasnya lalu menghampiri Budhenya kemudian memeluk dan menyosor bibir  kekasih tercintanya itu.

Tetapi siang itu berbeda. ketika Anto hendak berdiri, Erni mencegahnya.

"Eh. Itu beresin dulu, tinggal satu kotak lagi kan? stok di depan habis." Perintah Erni.

"Baik nyonya," jawab Anto.

Tidak ada rasa kecewa di hati Anto ketika budhenya meminta dirinya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Toh, telur yang ada di dalam kotak tinggal tersisa seperempatnya dan menurut Anto gak ada sepuluh menit juga selesai.

Erni sempat menjewer keponakannya sebelum duduk di atas tiga tumpuk karung beras yang ada di belakang pacar gelapnya itu. Dia sempat membuat keponakannya itu merasa keenakan dengan memijat bahunya. Hanya sebentar saja lalu Erni menyudahi pijatannya sebelum Anto menyelesaikan pekerjaannya.

Begitu selesai dengan telur-telurnya, Anto lantas membalikkan badannya karena sejak Budhe Erni selesai memijat dirinya, dibelakangnya menjadi terasa sunyi. Anto tidak mendengar budhenya berbicara atau melakukan suatu aktivitas. Bocah itu mengira Budhenya tidur.

Alangkah terkejutnya Anto ketika yang dia lihat di belakang bukannya Erni yang tengah tertidur, tapi justru Budhenya itu sedang duduk mengangkang bersandar di tumpukan karung beras yang lebih tinggi di belakangnya serta sudah tidak memakai celana dalam.

Erni langsung melempar celana dalam berwarna ungu miliknya dan tepat mendarat di muka Anto yang lagi mupeng.

"Sini sayang, udah lama gak dibikin enak sama mulutmu," pinta Erni.

Gairah Si Anto (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang