Ikbal fokus dengan kerjaannya yang sangat banyak, padahal hanya satu minggu ia tidak masuk kerja tapi sudah menumpuk Seperti gunung saja. Sesekali melirik alina yang tidur di sofa ruangannya menemaninya kerja.
Sebenarnya di ruangan ikbal ada satu kamar tidur tempat ikbal istirahat namun ikbal tidak berani membawa alina ke kamar itu, karena ada barang-barang yang sangat berbahaya untuk alina. Nanti saja jika ia sedang tidak sibuk akan ia bersihkan, karena tidak ada yang tahu kamar tersembunyi nya bahkan kedua orangtuanya sekalipun tidak tahu.
Ikbal menutup laptopnya menghampiri alina yang sudah bangun dari tidurnya. "Kenapa bangun?" Tanya ikbal mencium singkat bibir alina.
"Aku mau keluar sebentar" ucap alina.
"Kemana?" Tanya ikbal terus mencium bibir alina membuat sang empu tidak nyaman ia tidak bisa menolak bisa-bisa ia mati dalam keadaan mengenaskan.
Alina menarik napas panjang. "Mau beli minuman di supermarket sampai kantor ini" jawab alina.
"Ngapain beli di kulkas banyak" ucap ikbal melirik kulkas yang tidak jauh dari mereka.
Alina menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tau tapi minuman yang aku mau enggak ada, aku mau beli dulu ya" pamit alina.
Ikbal mengangguk pelan. "Berani kamu kabur saya patahkan kakimu" ancam ikbal tidak main-main.
Mata alina membulat sempurna bulu kuduk berdiri ia langsung keluar buru-buru daripada ia harus mendengar ancaman yang sangat mengerikan. Alina tersenyum lebar akhirnya ia bisa kabur dari ikbal ia bisa menghirup udara segar tanpa rasa takut.
Alina berjalan keluar masuk kedalam taksi yang kebetulan lewat. "Yeyy akhirnya bisa kabur juga" bahagia alina.
Sedangkan Ikbal kembali fokus dengan kerjaannya ia masih belum menyadari kalau dirinya sedang dibohongi. Sudah tiga puluh menit lamanya alina belum kembali juga padahal supermarket sangat dekat kantor. "Sial! Dia kabur" marah ikbal menyadari kalau dirinya sedang dibohongi.
Ikbal langsung berlari keluar sambil menatap ponselnya mengabari semua anak buahnya, sialnya pendeteksi keberadaan aina lupa ia pasang. "Berani sekali dia kabur dia pikir dia bisa kabur begitu saja" marah ikbal mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Ikbal memberhentikan mobilnya ia lupa kalau ponsel alina ia pasang aplikasi pendeteksi jadi kemungkinan besar alina bisa ia lacak, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum miring. "Sudah ku bilang kau tidak akan bisa kabur" ucap ikbal langsung mencari jalan pintas untuk sampai di tempat alina.
Ikbal memarkirkan mobilnya di gang kecil ia langsung masuk ke gang kecil itu. Mata tajamnya menatap alina yang sedang di goda preman. "Sial! Berani sekali dia sentuh milik gue" marah ikbal berlari cepat menghampiri alina.
Bugh
Bugh
Bugh
BughIkbal memukul semua preman itu bruntal membuat alina dan mereka kaget, alina mundur beberapa langkah ia takut melihat ikbal yang seperti kesetanan. "Berani sekali kalian goda milik gue sialan!" Marah ikbal terus memukul mereka sampai babak belur dan tidak sadarkan diri.
Ikbal menoleh melihat alina yang hendak kabur mencekal kuat tangan alina. "Berani sekali kamu kabur? Kau pikir kau lebih pintar dari gue hmm?" Tanya ikbal dengan senyum miringnya.
"L-lepas a-aku bukan mau kabur r-tapi ak-----ARGHHHHH" teriak alina kesakitan saat jarinya diremas kuat Ikbal.
"Ini belum seberapa" bisik ikbal langsung menarik kuat alina keluar dari gang kecil itu, mendorong keras alina ke mobil. Ikbal mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya ia harus memberikan pelajaran untuk alina supaya tidak macam-macam dengannya.
***
Ikbal mendorong keras tubuh alina ke kasur membuat alina semakin ketakutan. "Kenapa kau kabur?" Tanya ikbal dengan suara kerasnya.
"A-aku tidak kabur kak ak-----"
"AKU APA HAH? GUE SUDAH BAIK SAMA LO TAPI LO MALAH NYEPELEHIN KEBAIKAN GUE DAN LO SEENAKNYA KABUR" bentak ikbal menatap tajam alina.
Alina tersentak kaget ia menahan wajah ikbal yang hendak menciumnya. Namun dengan sigap ikbal mengikat tangan alina menggunakan dasinya, mencium kasar alina mengigit bibir alina sampai mengeluarkan darah segar.
"K-kak j-jan----awhh" ringis alina.
Ikbal mengisap darah yang keluar dari bibir alina membuat alina begetar ketakutan, ikbal tersenyum miring melihat alina yang ketakutan sampai wajahnya pucat. "Diam! Gue mau lihat seberapa berani lo" ucap ikbal.
"M-maaf k-kak" sesal alina merasakan bibirnya sakit dan perih.
Ikbal menjilat sudut bibir alina yang ada sisa darah membuat alina melotot syok. "Ini tidak seberapa, ini hanya peringatan sekali lagi lo kabur gue bakal habisi lo" bisik ikbal langsung keluar kamar mengunci alina didalam kamar.
Alina terisak menangis bibirnya rasanya hancur, perih dan sakit. "Dasar penjahat" teriak alina.
Ikbal kembali masuk kedalam dengan tatapan dinginnya, alina yang melihat ikbal masuk kamar setelah mendengar teriakannya kembali ketakutan. "Gue obatin gue masih punya hati" ucal ikbal mengeluarkan kotak P3k.
"E-enggak usah aku bisa sendiri" tolak alina cepet.
Ikbal menatap tajam alina. "Bisa enggak sih lo diam" sentak ikbal langsung mengelus salep ke bibir alina yang luka karena ulah dirinya.
"P-perih" ringis alina.
Ikbal tidak menjawab ia terus mengoleskan salep dengan telaten, selesai itu Ikbal kembali menaruh kotak p3k di tempat semula. "Mau makan apa? Biar gue pesankan" tanya ikbal mengotak-atik ponselnya.
"Gimana mau makan bibir aku aja sakit" jawab alina.
Ikbal melempar ponselnya kesembarang tempat, ia langsung Merebahkan kepalanya di paha alina membuat sang empu kembali kaget dan ketakutan, ikbal menyembunyikan wajahnya di dalam baju alina membuat alina menegang.
"Gue tau lo pengen makan kan?" Tanya ikbal Mengelus perut rata alina.
Dengan tangan yang bergetar alina mendorong pelan kepala ikbal menjauh darinya. "T-tolong jangan seperti ini k-kak------ARGHHH" teriak alina merasakan bibirnya kembali mengeluarkan darah segar.
Dengan tega ikbal mengigit bibir alina menatap tajam alina. "Gue enggak suka di tolak paham enggak sih lo?" Marah ikbal.
Alina mengangguk pelan. "P-paham t-tapi aku tidak mau di sentuh lebih----"
"Kenapa? Lo mau kita nikah dulu? Gue siap nikahi lo besok kita nikah" potong ikbal.
Kata alina membulat sempurna ia menggeleng cepat mana mungkin ia menikah dengan pria jahat seperti ikbal, rasanya ia tidak akan kuta. "E-enggak! Aku tidak mau menikah sekarang" tolak alina cepet.
Ikbal tersenyum miring. "Lo takut sama gue hmm?" Tanya ikbal.
Alina diam membisu ia tidak tahu harus jawab apa jelas-jelas ia sangat takut dengan ikbal yang piskopat jahat.
"Awhhhh" ringis alina.
Ikbal mencengkeram pipi alina sampai kuku-kukunya menancap di pipi. "Nikah sama gue enak lo tinggal diam di rumah layani gue selesai, lo enggak perlu kerja capek-capek cukup nurut aja sama gue selesai. Hidup lo pasti bahagia sama gue" ucap ikbal Tersenyum miring.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Iqbal
Teen FictionBagaimana rasanya kalian diculik anak bos mafia dijadikan pacarnya? inilah yang dirasakan alina. bukan dijadikan pacar saja alina juga disakiti secara fisik jika membuat iqbal marah besar. langsung baca aja👌