4. nasi goreng terenak

2.7K 63 0
                                    

Alina sedang membuat mie instan di dapur tiba-tiba malam-malam ia lapar karena tidak mau membuat waktu istirahat pelayan yang ada di rumah jadi ia membuat sendiri saja, kebetulan ikbal tidur jadi aman.

Tiga hari setelah kejadian itu alina lebih memilih untuk nurut daripada ia harus celaka di tangan ikbal, daripada ia mati muda sebelum menikah dengan orang yang dia cintai.

Sedang asyik-asyiknya memasak mie sebuah tangan melingkar sempurna di perutnya, alina merasakan ada hembusan hangat yang menerpa wajahnya. Alina tahu pasti ini ikbal terlihat jelas tangannya yang berurat.

"Kenapa kamu masak sendiri? Kan ada pelayan" tanya ikbal membalikkan tubuh alina menghadapnya.

Alina menatap wajah bangun tidur ikbal, rambut yang berantakan membuat ikbal semakin tampan. "Aku mau buat sendiri, lagian sudah malam mereka butuh istirahat" jawab alina melanjutkan membuat mie nya.

Ikbal menatap mie yang sedang diaduk-aduk, merebutnya secara paksa ikbal membuangnya ketempat cucian piring. "Jangan makan mie enggak baik untuk kesehatan" ucap ikbal dingin dan tajam.

Alina melotot sempurna. "K-kak kenapa dibuang sih? Aku laper" kesal alina.

"Gue enggak suka lo makan mie" jawab ikbal mendorong pelan alina menjauh dari kompor. "Gue buatkan nasi goreng" ucap ikbal langsung menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng.

"Emangnya bisa?" Tanya alina sedikit meledek.

Ikbal tidak menjawab ia lebih memilih masak daripada meladeni alina yang menanyakan seakan dirinya tidak bisa masak, alina pun memilih duduk di kursi makan sambal melihat ikbal membuat nasi goreng.

Setelah beberapa menit akhirnya ikbal selesai ia langsung menyodorkan nasi goreng ke hadapan alina yang langsung alina terima dan melahapnya "gimana enak enggak?" Tanya ikbal menaik turunkan alisnya.

Mata alina membulat sempurna merasakan nikmat nasi goreng yang sangat enak di lidahnya, bahkan ini pertama kalinya ia merasakan nasi goreng terenak di lidahnya. "Enak banget, kakak pakai jampi-jampi apa? Ko bisa seenak ini?" Tanya alina.

"Emangnya gue dukun" sinis ikbal.

Alina tidak menjawab ia lebih memilih makan saja, sedangkan ikbal terus menatapnya alina yang tahu itu langsung mengambil sendok baru menyandok nasi goreng itu ke mulut alina. "Buka mulutnya aaaaaa" suruh alina.

Ikbal melirik nasi goreng yang ada dihadapannya. "Gue mau sendok yang sama" ucap ikbal mengambil sendok alina yang tadi bekas. "Cepat suapin" suruh ikbal.

Alina mengangguk pelan ia menyuapi ikbal. "Ini nasi goreng yang paling enak yang pernah aku makan" ucal alina.

"Lebay" ucap ikbal.

Selesai makan mereka langsung masuk kamar dan melanjutkan tidurnya yang sempet tertunda.

***

Ikbal mengawasi alina lewat CCTV yang ia sengaja memasang setiao sudut rumahnya yang sering dilewati alina supaya ia bisa mantau kegiatan alina. "Bagus tidak ada yang mencurigakan" gumam ikbal lega.

Ikbal kembali bekerja sesekali melirik laptop yang menyala memperlihatkan kegiatan alina. Selesai kerja ia langsung keluar ruangan ia harus segera pulang menemui alina rasanya tidak bisa jauh-jauh dari alina. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi cuaca sore ini cukup mendung sepertinya akan turun hujan.

Sesampainya di rumah ia langsung menghampiri alina yang sedang membaca buku. "Lagi apa?" Tanya ikbal mengangetkan alina yang sedang fokus.

"Astaga! Kaget aku" alina mengusap-usap dadanya. "Lagi baca buku ini tulisan apa sih aku enggak paham" tanya alina.

"Korea, emangnya kamu enggak bisa baca bahasa Korea?" Tanya ikbal memeluk alina dari samping.

Alina menggeleng pelan. "Enggak bisa bahasa Inggris aja aku enggak lancar hehe" jawab alina tersenyum canggung.

Ikbal menyentil kening alina. "Bodoh banget sih lo, tapi enggak papa ada gue yang semua bisa bahasa asing."

Mata alina berbinar-binar. "Ajarin dong" pinta alina.

"Nikah dulu sama gue baru gue ajarin" ucap ikbal menaik turunkan alisnya.

Alina menggeleng cepat. "Enggak mau, aku masih pengen kuliah kakak aja yang nikah sama Perempuan la----"

"Dilanjutin gue potong leher lo" ancam ikbal menatap tajam alina.

Alina melotot sempurna ia menggeleng cepat. "A-apaan sih bikin takut aja" kesal alina.

Ikbal tidak menjawab ia menarik alina ke kasur merebahkan tubuhnya. "Lo jangan macam-macam sama gue atau lo bikin mati ditangan gue" bisik ikbal.

Alina mengangguk kaku.

Ikbal menyembunyikan wajahnya di leher alina menghirup aroma tubuh alina rakus membuat alina tidak nyaman, sebisa mungkin ia tidak terlihat tidak nyaman ia tahu ikbal tidak suka penolakan.

"Lo pakai sabun mandi apa?" Tanya ikbal.

"Sabun mandi b-byai....awhhh" ringis alina mengusap lehernya yang digigit ikbal.

"Pantes harum banget" ucap ikbal.

Alina langsung beranjak dari kasur. "A-aku mau ambil minum dulu" ucap alina langsung turun untuk menghindari ikbal. Alina langsung mengambil air minum ia duduk di kursi makan mengelus lehernya, Seperti jalang rasanya ia disentuh pria lain tanpa ikatan suci.

Dua puluh menit lamanya alina belum juga kembali ke kamar, ikbal yang tidak sabar ia langsung turun menghampiri alina yang masih duduk di kursi makan sambil mengusap. "Gue tau lo menghindar dari gue kan?" Tanya ikbal tersenyum miring.

Alina menggeleng cepat ia berdiri dari duduknya. "E-enggak aku abis min-----"

BRAK

"Berani lo menghindar, gue bunuh lo dan kedua orang tua lo" marah ikbal tidak terima.

Alina menggeleng cepat. "A-aku tidak menghindar ak-----"

"Masuk kamar" potong ikbal manarik alina masuk kamar.

Alina terlihat pasrah ia menuruti kemauan ikbal masuk kamar dengan perasaan takut, lebih takut lagi jika ia menolak alina Merebahkan tubuhnya di kasur. "Jangan ancam aku terus aku takut" ucap alina.

Ikbal tidak menjawab ia langsung memeluk alina menatap alina tajam. "Ancaman gue serius kalau lo berani macam-macam gue bunu----"

"Iya-iya, aku enggak macam-macam" potong alina takut.

"Bagus" ucap ikbal kembali menyembunyikan wajahnya di leher alina.

***

Alina berangkat kuliah ia menatap luar jendela mobil hari ini ia harus lebih baik dari sebelumnya. "Ponsel aku baterainya lowbat kemungkinan tidak cukup sampai aku pulang nanti, kakak jangan marah-marah" ucap alina sebelum ikbal marah-marah.

"Pakai ponsel gue" ucap ikbal menyodorkan ponselnya.

Alina menggeleng cepat. "E-enggak usah kakak lebih but-----"

"Terima atau gue----"

"Ya. Aku terima" potong alina cepet.

Ikbal mengangguk pelan. "Bagus, nanti gue telpon ke nomor itu"

"Banyak banget ponselnya" cicit alina kagum.

Tidak lama mereka sampai kampus, sebelum turun ikbal lebih dulu mencium bruntal alina membuat alina kesal. "Aku pamit dulu" ucap alina langsung keluar mobil dan berlari cepat.

"Alina-alina lo itu sebenarnya lucu tapi lo lebih lucu pas ketakutan" gumam ikbal menatap alina yang semakin menjauh.

***

Devil IqbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang