6. ditipu

2.6K 55 0
                                    

Alina mengerjapkan matanya menyesuaikan sinar matahari yang menembus jendela kamarnya, menoleh ke samping melihat ikbal yang masih tidur pulas dan tidak menggunakan pakaian sehelai benang pun. Alina mengingat-ingat kejadian tadi malam yang sangat mengerikan.

Tubuhnya terasa remuk dan tidak memiliki tulang rasanya, bayangkan saja dari jam lima sore sampai jam lima pagi digempur habis-habisan oleh ikbal. Untungnya ia pingsan kalau tidak mungkin sampai sekarang ikbal masih melakukannya.

"Awhhh" ringis alina.

Ikbal membuka matanya menatap alina yang hendak beranjak dari kasur. "Mau kemana?" Tanya ikbal khas suara bangun tidur.

Alina menoleh menatap suaminya. "Mand----"

"Entar aja gue masih kantuk mending lanjut tidur aja" potong ikbal menarik alina kedekapanya. "Lo enggak mandi juga tetap harum karena tubuh lo tercampur parfum tubuh gue" lanjutnya menyembunyikan wajahnya di leher alina.

Alina mendengus kasar. "Bisa enggak sih jangan asal bicara apa enggak malu coba ngomong gitu" kesal alina.

"Ngapain malu lo istri gue dan gue suami lo, lagian semalaman kita sudah saling lihat tubuh lo" jawab ikbal santai.

"Untuk jahat kalau baik udah aku tendang" gumam alina yang masih terdengar jelas ikbal yang malah terkekeh kecil.

Tok.tok.tok.

"Alina, ikbal kalian kenapa enggak keluar-keluar apa kalian baik-baik saja?" Teriak nare khawatir.

"Mamah tolong aku" jawab alina berteriak kencang.

Ikbal terkekeh kecil. "Enggak kedengaran sayang kamar ini kedap suara" bisik ikbal.

Alina berusaha melepaskan pelukan ikbal. "Aku mau mandi dulu aku enggak enak sama mamah kamu, aku menantu pertama mereka masa aku berleha-leha di kamar gini" ujar alina dengan suara selembut mungkin supaya ikbal luluh.

Ikbal mengangguk pelan ia melepaskan pelukannya. "Silahkan tuan putri" ucal ikbal terkekeh geli melihat alina langsung beranjak dari kasur berlari mengambil handuk. Ikbal beranjak dari kasur menerobos masuk kedalam kamar mandi alina membuat sang empu berteriak kaget.

Selesai mandi dan tentunya ada bumbu-bumbu cinta di kamar mandi membuat alina semakin kesakitan dan sudah berjalan, mereka langsung memakai pakaian santai mereka alina menatap suaminya yang sedang menganti seprai.

"Tumben rajin enggak nyuruh-nyuruh orang?" Sindir alina sambil menyisir rambut.

Ikbal melirik alina. "Gue mau seprai ini enggak ada yang cuci" jawab ikbal memasukan seprai ke kopernya.

Alina menghampiri ikbal kebingungan. "Maksudnya? Jorok banget kalau enggak di cuci" tanya alina.

Ikbal tersenyum miring. "Seprai ini jadi saksi malam indah kita, dan disini ada beberapa darah lo gue enggak mau darah yang ada di seprai ini hilang gitu aja" jawab ikbal sambil tersenyum miring.

Alina melotot syok ia merebut koper itu. "Jangan macam-macam aku enggak suka kamu gini-----"

Ikbal merebut kembali koper itu. "Lo yang jangan macam-macam, gue cuma mau simpan seprai ini" potong ikbal menarik koper keluar kamar.

"K-kak astaga! Kakak jangan piskopat gini sama aku kak" teriak alina menyusul suaminya turun ke tangga.

"Diam! Atau gue habisi lo" ancam ikbal.

***

Alina mengendong rara yang terlihat bahagia saat digendongnya, mertuanya sedang kondangan rara tidak ikut karena sedang demam jadi dititipkan. "Rara cepat besar dong biar aku ada temannya" ucapa alina mengelus pipi chubby rara.

Devil IqbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang