21. mual

1.7K 41 0
                                    

Alina membuka matanya menatap sekeliling kamar yang tidak ia ingin lihat lagi sekarang ia lihat kembali, baru saja dua minggu ia hidup tenang sekarang kembali kehidupan yang sangat menyeramkan.

"Lepas" lirih alina berusaha melepaskan pelukan ikbal yang sangat erat.

Ikbal membuka matanya menatap alina yang berusaha melepaskan pelukannya. "Diam!" Ucap ikbal menahan tangan alina.

Alina menatap benci ikbal. "Kamu yang diam aku mau mandi" kesal alina.

"Dua Minggu kamu bersama pria itu kamu sudah berani teriak gini?" Tanya ikbal marah.

"Tidak ada sangkut pautnya sama kak ale----"

"JANGAN SEBUT NAMA PRIA LAIN SAYA TIDAK SUKA" bentak ikbal napasnya memburu.

Alina langsung diam menunduk takut. "I-iya" cicit alina takut.

Ikbal menarik napas panjang berusaha mengontrol emosi, memeluk alina erat. "Tolong jangan buat gue marah terus sama lo gue capek marah-marah terus" lirih ikbal.

"Kamu yang mulai" batin alina.

Ikbal memeluk erat tubuh alina mengendus-endus leher alina. "Selama dua Minggu lamanya gue enggak tidur sama sekali, lo bisa lihat sendiri mata gue merah karena tidak tidur. Entah apa yang merasuki gue sampai gue enggak bisa tidur tanpa peluk lo" lirih ikbal.

"Jangan kencang-kencang aku enggak bisa napas" cicit alina takut.

Ikbal mengendorkan pelukannya. "Gue mau tidur sebentar aja lo jangan banyak gerak" lirih ikbal.

"Aku mau mandi dulu kak aku enggak suka tubuh aku lengket gini" lirih alina.

"Sebentar aja jangan lama-lama" ucap ikbal melepaskan pelukannya.

**

Alina menatap lurus ia sedikit lega mendengar kabar alek baik-baik saja walaupun ia tidak melihat langsung tapi setelah melihat foto alek yang sudah sadar ia sedikit lega.

"Berhenti mabuk dan jadi orang jahat maka aku tidak meninggalkan kamu" ucap alina tanpa menatap ikbal.

"Gue enggak jahat al, gue tergantung lo ngerti enggak sih lo?" Kesal ikbal.

"Bisa enggak sih jangan ngegas? Ini alasan aku enggak betah sama kamu kak" teriak alina kesal.

Ikbal menatap tajam alina. "Lo berani teriak-teriak gitu sama gue hmm?, Lo lupa siapa gue?" Tanya ikbal dingin.

"Aku samasekali enggak lupa siapa kamu, karena kamu pria yang membuat hidup aku hancur" jawab alina tanpa rasa takut.

"Yasudah kalau kamu tau siapa aku jangan tinggikan suara kamu di hadapan suami kamu" geram ikbal Mengepalkan tangannya menahan amarah.

Alina tidak menjawab ia langsung masuk kamar Meninggalkan ikbal yang marah, lebih baik ia di kamar jauh-jauh dari ikbal daripada berdekatan dengan Ikbal yang malah membuatnya kesal.

Alina merebahkan tubuhnya di atas kasur menyalakan televisi menonton film kesukaannya, sebelum itu ia membuka jendela kamarnya supaya ada udara alami yang masuk kedalam kamarnya.

Cklek.

Ikbal masuk kedalam kamar menatap alina yang asyik nonton film. "Nonton apa?" Tanya ikbal menghampiri alina.

"Lihat aja" jawab alina sinis.

Ikbal Merebahkan tubuhnya di samping alina memeluk alina dari samping. "Jangan marah lagi dong" lirih ikbal merasa sedikit bersalah.

Devil IqbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang