15. cerai

2.2K 43 1
                                    

Ikbal menatap istrinya yang sedang tidur pulas di atas tubuhnya, ikbal merasakan detak jantung Alina yang berdegup teratur. Mencium lama puncak kepala alina ia sungguh takut Alina berpaling darinya.

Alina membuka matanya menatap ikbal yang tersenyum tipis. "Eh, pasti capek ya" ucap alina langsung turun dari atas tubuh ikbal. Semalaman alina Mengelus kalau perutnya sakit dan ternyata alina makan makanan yang pedas tanpa sepengatahuan Ikbal.

"Enggak. Lo enteng banget" jawab ikbal.

Alina mendengus kasar ia menatap ikbal. "Eh tidur gini emangnya udah sembuh lukanya?" Tanya alina panik.

"Udah" jawab ikbal seadanya.

Alina menatap ikbal yang seperti memikirkan sesuatu. "Ada yang mau dibicarakan?" Tanya alina.

Ikbal menggeleng pelan. "Enggak. Gue cuma mau bilang kalau gue mau seharian di kamar sama lo" jawab ikbal menarik alina kepelukannya.

Alina mengangguk. "Boleh, aku juga malas keluar" ujar alina.

Ikbal tersenyum memeluk alina erat, menyatukan hidungnya dengan hidung alina menatap mata alina. "Jangan tinggalin gue ya, al" lirih ikbal takut.

Alina diam beberapa detik sebelum ia mengangguk pelan. "I-iya." Jawab alina sedikit tidak yakin.

Ikbal menatap kesal alina. "Ko lo enggak yakin gitu sih?" Tanya ikbal mendorong wajah alina menjauh.

Alina menarik napas panjang. "Terserah, aku capek" kesal alina percuma menjelaskan pada ikbal yang sangat gampang emosi.

"Ko lo gitu sih? Lo mau gue bunuh?" Marah Ikbal duduk di atas kasur menarik alina duduk.

Alina tentu terkejut sebisa mungkin tenang. "Kak, aku tidak akan meninggalkan kakak kalaupun aku meninggalkan kakak pasti kakak akan----"

"Akan bunuh kedua orang tua kamu melempar jasad mereka dihadapan kamu" potong ikbal tersenyum miring.

Alina meneguk ludahnya susah payah. "Ah seram banget. Udah mending kakak tidur semalaman kakak enggak tidur gara-gara aku sakit perut" ucap alina mengalihkan pembicaraan.

"G-gue mau punya anak dari lo al" lirih ikbal sedih.

***

Ikbal menatap istrinya yang sedang bermain dengan adiknya yang berkunjung ke rumahnya bersama mamah dan papah nya. Ikbal melihat jelas kalau alina sangat menyukai anak kecil dari tatapan dan perlakuan alina pada rara adiknya saja bisa ia lihat jelas.

Endra menatap anaknya yu terlihat sedih. "Kita cari jalan solusinya Semua penyakit ada obatnya" ujar endra menyemangati anaknya.

Ikbal menarik napas panjang. "Mustahil ikbal bisa punya anak pah, mungkin ini hukuman untuk ikbal yang sudah jahat pada orang lain" lirih ikbal terus menatap alina yang sedang mengajak bicara rara.

"Makanya kamu berubah jadi lebih baik" imbah nare.

Ikbal menatap mamahnya. "Ck! Berubah tidak gampang" sahut ikbal.

Alina menghampiri mereka sambil mengendong rara Menatap ikbal yang tersenyum tipis. "Pinjam ponsel dong aku mau ngabarin teman aku" pinta alina.

"Cewek atau cowok?" Tanya ikbal.

"Cewek, dia teman kuliah aku yang sangat baik" jawab alina duduk di samping ikbal mengembalikan rara yang ingin digendong nare.

Ikbal langsung memberikan ponselnya menatap alina yang membuka aplikasi untuk masuk ke akun sosial media. "Banyak juga yang chat kamu" ucap ikbal menatap kolam chat yang penuh dengan isi chat yang tidak dibalas alina.

Devil IqbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang