03. AK || Gembok Cinta

126 20 8
                                    

"Berharap itu sama Tuhan, bukan sama orang yang sudah jelas-jelas tak menginginkan kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berharap itu sama Tuhan, bukan sama orang yang sudah jelas-jelas tak menginginkan kamu."

•••••

REMBULAN dan Bintang berada di tepi sungai limmat, sebuah sungai yang ada di Swiss yang aliran airnya mulai dari muara danau Zürich bagian selatan kota Zürich, kemudian mengalir ke arah barat laut, berlanjut sejauh 35 km hingga mencapai sungai Aare.

Mereka memilih tempat di sebuah bar dekat sungai limmat yang memungkinkan kulit mereka tak terkena sengatan sinar matahari.

"Mau pesan minum dulu atau nanti?" tanya Bintang yang mendapat gelengan kecil Rembulan.

"Oke kalau gitu. Kamu mau bicara apa sama aku?" Bintang menopang dagu dengan satu tangannya.

Rembulan bergeming. Kepalanya menunduk, merangkai kata yang tepat untuk diutarakan pada kekasihnya.

"Itu ..."

Alis Bintang berkedut. Menunggu kekasihnya melanjutkan ucapannya. 4 detik berlalu, tapi Rembulan tak kunjung menyelesaikan ucapannya. Bintang memilih menyanggah.

"Itu apa, Sayang? Kamu mau bicara apa sama aku, hem?" Bintang menggapai tangan Rembulan, menautkan jemarinya dengan jemari lentik kekasihnya.

"Itu ... dia datang ke sini," ucap Rembulan. Seketika membuat kening Bintang berkerut. Ia tidak mengerti sosok 'dia' yang dimaksud kekasihnya.

"Dia siapa?" tanya Bintang.

"Mantanku. Dia datang ke sini." Rembulan berkata dengan nada lesu.

Mendengar kata 'mantan' sudah membuat Bintang mengerti topik yang disampaikan kekasihnya. Sudah jelas mantan yang dimaksud ialah si Petir. Rembulan cuma mempunyai satu mantan, dan itu ... lelaki muda yang tadi singgah di rumahnya.

"Kamu ... marah?" Rembulan bertanya ketika mendapati raut wajah Bintang berubah saat dia mengatakan tentang masa lalunya.

Bintang menggeleng dengan cepat, jemarinya masih menyatu dengan jemari Rembulan. "Hah? Siapa yang marah, Sayang ... toh, dia tidak ngapa-ngapain kamu 'kan? Kenapa aku marah segala," terang Bintang.

"Ah, daripada kamu mengajak aku ke sini cuma mau menyampaikan hal itu, kita pergi berkeliling sungai limmat saja gimana? Kamu bersedia?" ajak Bintang.

Tidak ada tanggapan dari Rembulan.

Bintang tiba-tiba beranjak, menarik pergelangan tangan Rembulan. "Ya sudah ayo kita berkeliling!"

"Hah? Aku belum jawab pertanyaan kamu lho!"

"Tidak menjawab berarti kamu menyetujui."

"Ah, nggak bisa gitu, Bintang!"

Bintang tak menggubris. Ia menarik lengan Rembulan dan membawanya pergi dari bar. Sinar matahari lantas menyengat kulit keduanya. Bintang mengeluarkan semacam krim dari saku mantelnya, kemudian ia oleskan pada kedua pergelangan tangan Rembulan.

[END] Alur KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang