21. AK || Jasa Merusak Hubungan

15 3 2
                                    

"Alasan kita berhenti mencintai seseorang bukan karena kita membencinya, tapi karena kita sadar bahwa dia akan lebih bahagia ketika kita melepaskannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alasan kita berhenti mencintai seseorang bukan karena kita membencinya, tapi karena kita sadar bahwa dia akan lebih bahagia ketika kita melepaskannya."

•••••

PLAK!

TAMPARAN kuat berhasil mendarat di pipi Petir. Wajah laki-laki itu berpaling ke arah berlawanan. Rasa nyeri menggelayuti pipinya.

"Kamu anjing!" sentak Rembulan.

Perempuan itu menatap Petir dengan sorot tajam. Amarahnya menggebu. Dadanya naik-turun.

Petir memegang bekas tamparan Rembulan, ia mendesis, mengusap pipinya sekilas. Lantas memegang tangan Rembulan.

"Rembulan, dengerin aku--"

Rembulan menepis tangan kekar Petir, jari telunjuknya diarahkan tepat di depan wajah tampan laki-laki masa lalunya itu.

"Kamu ... ah!" Rembulan kehabisan kata-kata. Ia mencengkeram rambutnya kuat. Setelahnya mengacaknya.

"Intinya kamu bodoh! Tolol, Petir!" Rembulan berjongkok di depan Petir, menenggelamkan wajahnya di antara lututnya.

Petir turut berjongkok di depan Rembulan, mengusap surai perempuan itu lembut. "Bukan aku yang meminta perjodohan ini, Lan. Bukan aku .... Aku juga aslinya nggak mau dijodohin," kata Petir, di sela-sela aktivitasnya.

Rembulan terisak. Tak tahu lagi ia harus meluapkan semua emosinya kepada siapa. Kacau. Ia tak tahu membawa lelaki masa lalunya di taman dalam kondisi bersalju suatu hal baik atau justru sebaliknya.

Rembulan melangkah masuk ke ruangannya, berjalan ke arah nakas, menggapai ponselnya, lantas duduk di sisi ranjang.

Jemarinya menelusuri beberapa kontak di ponselnya, jemarinya terhenti, tepat di depan nomor asing--yang sebelumnya pernah berkomunikasi. Rembulan menekannya, meneleponnya.

Tak butuh waktu lama, panggilan telepon tersambung. Suara dehaman berat terdengar. Rembulan lantas menempatkan ponselnya ke dekat telinga.

"Halo, assalamu'alaikum, Rembulan?" Suara dari seberang menyapa.

Rembulan menghela napas, lantas turut bersuara. "Wa'alaikumsalam, Petir. Bisa ketemu?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Sekarang?" tanya Petir dari seberang.

Rembulan kembali menghela napas, mendesah. "Otak dipakai. Nanti sekitar pukul 6 pagi."

[END] Alur KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang