25. AK || Terpecahkan

8 2 3
                                    

"Terkadang hati membutuhkan lebih banyak waktu untuk menerima apa yang sudah diketahui pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang hati membutuhkan lebih banyak waktu untuk menerima apa yang sudah diketahui pikiran."

•••••

REMBULAN berjalan gontai menyusuri villa keluarga Guntur. Perempuan itu menyeret kakinya, berjalan tanpa henti. Satu-dua langkah ia tapaki. Pandangannya menggelinding, menelisik ke setiap sudut bangunan. Langkahnya terhenti di depan ruangan bernuansa hitam-putih.

"Ini kamarnya Petir?" gumam Rembulan.

Pintu ruangan itu dibiarkan terbuka oleh pemiliknya. Rembulan berjalan mendekat. Langkahnya berhenti di ambang pintu ruangan.

Menakjubkan. Hanya satu kata itu yang bisa Rembulan lontarkan saat ini. Ruangan pribadi milik Petir benar-benar menakjubkan. Semua barang ditata rapi di atas rak. Berbagai jenis bacaan dengan genre berbeda disusun berdampingan.

Rembulan melangkah masuk, walau sedikit tidak sopan. Matanya melihat ke sekeliling. Pandangannya terhenti pada sebuah hoodie dengan warna hitam, logo elang merah. Rembulan mendekat, meraih hoodie yang berada di atas ranjang. Setelahnya perempuan itu duduk di sisi ranjang.

"Kenapa hoodie ini sama persis sama yang dipakai oleh lelaki di museum waktu itu?" Rembulan membolak-balikan hoodie tersebut.

Netranya kembali menggelinding, keseperkian detik, netranya membulat utuh. Sebuah foto seorang laki-laki dan perempuan, mengenakan jaket yang sama--hitam. Pun mengenakan penutup wajah--masker--dengan warna hitam.

Rembulan berdiri, meletakkan hoodie ke ranjang. Berikutnya, ia berjalan ke nakas dekat ranjang, mengambil foto tersebut, lantas memandangnya lekat-lekat.

"Mereka berdua, kan, yang pernah kutemui waktu itu di ... sungai limmat?" Mata Rembulan menelisik. "Postur tubuh mereka juga sama seperti sosok yang kutemui di museum dan garden. Apa mereka ...."

Rembulan beranjak, menyimpan foto itu ke saku celananya, lantas melangkah keluar. Kakinya hendak diayunkan ke depan, tetapi terhenti. Sebuah surat bertuliskan tangan terjatuh dari atas ranjang. Rembulan lantas membungkuk, meraih surat itu, membacanya.

Petir, jika kamu menerima surat ini ... sudah dipastikan kalau aku sudah berada di Amerika Serikat. Aku akan jalankan semua rencana kita dengan baik. Kamu jalankan rencanamu di sana, dan urus si Rembulan itu. Aku akan urus Bintang. Ditunggu kabar terbaiknya.

Matahari.

Mata Rembulan memanas, meledak. Untaian kata yang tertulis di kertas lusuh itu berhasil membuat adrenalinnya naik.

[END] Alur KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang