29. AK || Kabar Duka

10 2 4
                                    

"Cinta meninggalkan ingatan yang tidak dapat dicuri oleh siapa pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cinta meninggalkan ingatan yang tidak dapat dicuri oleh siapa pun. Cinta juga meninggalkan sakit hati yang tidak dapat disembuhkan oleh siapa pun."

••••••

REMBULAN terpaku di tempat duduknya. Tatapannya mendadak kosong. Matanya menyorot ke arah wajah elok Kejora. Pernyataan yang terlontar beberapa menit lalu dari bibir Kejora membuat bulu kuduknya meremang--bukan merinding, tetapi ... syok.

"Maaf kalau Kakak baru memberi tahu kamu sekarang, Bintang berpesan kalau dia nggak mau kamu tahu tentang penyakitnya." Kejora berkata, membuat Rembulan lantas menggelengkan kepala cepat.

"Nggak! Nggak mungkin Bintang punya penyakit itu ... nggak mungkin!" Rembulan kekeh berkats demikian. Kepalanya menunduk, menahan tangisan yang hendak keluar dari iris matanya.

Kejora menghela napas, tangan kanannya terulur, mengusap punggung Rembulan dengan lembut. "Maaf, Lan ... maafin Kakak."

Rembulan lagi-lagi menggeleng. Kepalanya mendongak, menatap manik Kejora. "Nggak! Kakak nggak salah ...! Di sini yang bermasalah aku! Aku yang salah ...." Rembulan sudah tak kuasa menahan tangis. Cairan embun berhasil menetes, mengaliri wajahnya.

Perempuan itu kembali menunduk lemah, usapan punggung masih Kejora torehkan untuk Rembulan. Wanita itu menengadah ke atas, menahan untuk tak ikut menangis.

Jangan nangis, Ra. Jangan nangis! Kejora mengambil napas panjang, memejamkan matanya sebentar.

"Kamu jangan nangis terus, Lan. Udahan nangisnya," pesan Kejora, membuat Rembulan seketika mendongak, menatapnya polos.

"Aku cengeng, ya, Kak? Maaf ...." Rembulan kembali menundukkan pandangannya.

Kejora refleks menggelengkan kepala, ia tak tahu harus berbuat apa. Situasinya sekarang ... sangat teramat terpuruk. Kejora menghentikan gerakan tangannya pada punggung Rembulan, ia berhenti sesaat. Detik berikutnya, tubuhnya dicondongkan ke depan, lantas mendekap tubuh Rembulan.

"Kamu nggak cengeng, kok, Lan. Nangis itu boleh aja, kok. Tapi, nangis berlebihan itu yang tidak boleh .... Berhenti nangis, ya." Kejora mengusap punggung Rembulan, lagi.

Rembulan mengangguk-anggukkan kepala di punggung Kejora, matanya menatap ke depan dengan sendu. Raganya memang ada di sana, tetapi pikirannya entah melayang ke mana.

"Udah, jangan nangis, ya," Kejora melepas dekapan, memegang kedua bagi Rembulan. "Kamu nggak boleh nangis lagi. Nanti, secepatnya ... kita akan bertemu dengan Bintang." Kejora mengusap sisa air mata yang membekas di wajah Rembulan.

[END] Alur KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang