01. AK || Rembulan Arjeta

164 26 24
                                    

"Wajah yang selalu mengudarakan tawa itu tak memungkinkan alur hidupnya selalu bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wajah yang selalu mengudarakan tawa itu tak memungkinkan alur hidupnya selalu bahagia."

•••••

Zürich, Swiss.

1 Desember 2023

DEDAUNAN kering dari ranting pohon di tepi danau gugur perlahan. Udara sejuk disertai semilir angin tipis menerpa anak rambut Rembulan. Perempuan itu duduk beralas rerumputan hijau dengan memeluk lututnya, pandangan mengarah ke depan, memandang air tenang danau Zürich.

Weekend seperti sekarang menyempatkan dirinya untuk berkunjung dan bersantai di tepi danau itu--walau ia tak ber-ekspetasi jikalau danau Zürich akan dipenuhi banyak turis dan warga lokal yang turut meramaikan, memandang keindahan danau tersebut.

Air yang begitu tenang dan bersih, tentu bisa memberikan kesan mendalam sehingga cocok sebagai sarana refreshing maupun sarana healing.

Daya tarik danau Zürich memang sedikit kuat. Pemandangan alamnya yang begitu memesona, serta danaunya yang jernih dengan latar belakang pegunungan berwarna putih akibat tertutup salju.

Rembulan menarik lengan sweater motif doraemon miliknya ke atas siku, lalu bersedekap dada. Angin sejuk di Swiss berbeda dengan tempat asalnya, Indonesia. Ia masih belum terbiasa dengan iklim di sini, walaupun dirinya sudah 5 tahun mengadu nasib di Negeri indah ini bersama keluarganya, sewaktu tempat tinggalnya panas dengan pertikaian politik.

Rembulan menghela napas, ia melirik arloji di pergelangannya, 20 menit ia habiskan hanya untuk menunggu kekasihnya.

"Dia sebenernya pergi ke mana, sih? Dari tadi nggak balik-balik."

Rembulan memutuskan beranjak, belum sepenuhnya tubuhnya berdiri sempurna, tangan kekar menyapa pergelangan tangan mungilnya.

"Maaf karena sudah membuatmu menunggu lama."

Lelaki muda berusia 26 tahun selisih 1 tahun dengan Rembulan itu memasang wajah gelisah dengan menautkan jari-jemari tangannya pada telapak tangan Rembulan.

"Iya, nggak apa-apa," jawab Rembulan.

Perempuan itu kembali menjatuhkan bokongnya pada rerumputan di bawahnya. Duduk bersila, lalu meraih ponsel dari sakunya dan memainkannya.

Lelaki pemilik nama Bintang itu duduk di samping Rembulan. Merapatkan mantel tebal berwarna biru yang ia kenakan, lalu memutar tubuh, menatap inci wajah Rembulan dari samping.

"Kamu cantik."

Kalimat itu tiba-tiba lolos dari bibir merah muda Bintang. Lelaki itu menyangga dagu lancipnya dengan satu tangannya.

Mendengar pernyataan itu, Rembulan menghentikan gerakan jemari tangannya pada layar ponsel. Setelahnya ia mengembus napas dan berucap, "Basi. Sudah seribu kali kamu ngucapin itu, tapi nggak ada kemajuan," ucapnya sembari memainkan ponselnya kembali.

[END] Alur KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang