"Pernyataan pahit akan datang ketika sedang berada di fase bahagia."
••••••
PEKERJAAN Rembulan hari ini begitu banyak nan berat. Banyak klien dengan berbagai macam sifat dan ekspresi menjengkelkan yang mendatanginya. Tugasnya hari ini sangat teramat banyak, belum lagi tugas yang diberikan oleh Sir Fricker untuknya. Melelahkan.
Rembulan melirik arlojinya, masih ada waktu 1 jam untuk beristirahat sekaligus menenangkan pikirannya yang kalut di kafe klasik dekat tempat ia bekerja. Kafe dekat perusahaannya menjadi tempat favoritnya saat pukul 1 tengah hari. Selain jarak yang begitu dekat, sekitar 3 kilometer dari perusahaan, pun menu di kafe ini sangat lezat dan beragam yang mampu memanjakan perut.
Rembulan meraih ponselnya yang tergeletak di meja, menyalakannya, kemudian mencari kontak yang ditandai dengan simbol emoji love.
Setelah ketemu, Rembulan menekannya, mendekatkan benda pipih itu ke indra pendengarannya.
Telepon pertama tidak ada jawaban. Rembulan berdecak. Tak biasanya lelaki itu, kekasihnya, Bintang, mengabaikan teleponnya.
Rembulan kembali menekan nomor kekasihnya, tidak ada jawaban lagi.
Rembulan lagi dan lagi berdecak kesal. Ia meletakkan ponselnya di meja, kemudian bersedekap dada.
"Nggak biasanya dia kek gini ... apa dia udah nggak cinta sama aku?" Rembulan overthinking. Ia mengacak kesal rambutnya, kembali meraih ponselnya dan menelepon kekasihnya, lagi.
Tidak ada respons dari seberang. Masih sama. Pikiran Rembulan mendadak kalut dan berpikir ke mana-mana.
"Dia sebenernya kenapa, sih? Tumben banget," Rembulan menekan nomor Bintang lagi, "Semoga kali ini dijawab."
Suara berat dari seberang terdengar. Rembulan seketika mengembangkan senyumannya. Ia tak langsung membuka suara, menunggu si kekasih memulai pembicaraan.
"Halo, assalamu'alaikum, Sayang?" sapa Bintang dari seberang.
Suara lelaki itu sedikit berubah, intonasi bicaranya terdengar lesu.
Senyuman yang tadinya tercetak di bibir Rembulan perlahan sirna, kening perempuan itu mengkerut.
"Kamu kenapa? Sakit? Kok suara kamu kayak berubah gitu?" tanya Rembulan sedikit cemas.
"Ah, tidak, Sayang. Aku tidak sakit, cuma kecapekan sedikit."
Kerutan di dahi Rembulan semakin jelas. "Bener cuma kecapekan? Kamu nggak bohong, 'kan?" Rembulan semakin gencar melontar pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Alur Kehidupan
Romance🏆Juara 6 (Harapan 3) dalam event Cakra Writing Marathon Batch 06 •••• Zürich, Swiss. Tempat yang menjadi awal sekaligus berakhirnya sebuah kisah. Di setiap detik jam dan aliran pasir waktu, ada pertemuan dan perpisahan yang melintas dalam hidup. P...