22. AK || Konflik Primer

13 3 5
                                    

"Ketika janji hanya dibuat suatu acuan untuk bertahan, namun janji itu pula yang menjadi pengkhianatan dalam suatu hubungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika janji hanya dibuat suatu acuan untuk bertahan, namun janji itu pula yang menjadi pengkhianatan dalam suatu hubungan."

•••••

BINTANG telah sampai di villa pribadinya yang akan ia tempati selama 3 hari ke depan. Laki-laki itu berjalan menuju kamarnya, lantas membaringkan tubuh ke ranjang. Pandangan sendu mengarah ke atas, kepalanya bertumpu pada dua tangannya. Bintang menghela napas, lantas merogoh ponselnya di saku celananya.

Beberapa notifikasi dari kekasihnya bertengger di layar, ia lantas mengubah posisi, duduk di sisi ranjang.

Jemarinya bergerak, menekan kontak kekasihnya, lantas membaca beberapa pesan yang tertera di sana.

"Pesannya udah dari kemarin, kalau aku balas sekarang, takutnya nanti dia berpikir yang tidak-tidak," gumam Bintang.

Jemarinya berjalan, lelaki itu berniat untuk menghubungi kekasihnya. Tidak ada jawaban. Bintang menelepon lagi, tidak menyerah.

Telepon kedua tidak ada respons, walau statusnya terhubung.

"Kenapa dia tidak angkat? Apa dia marah?" Bintang mencoba menghubungi lagi.

Telepon ketiga masih tak ada jawaban.

Laki-laki itu menyerah, lantas meletakkan benda pipih itu di sampingnya. Ia berbaring, merenggangkan otot-ototnya, lantas memejamkan mata.

"Apa dia marah padaku?"

•••••

Rembulan baru selesai menonton film dan series di laptop. Perempuan itu menutup laptopnya, menaruhnya di atas nakas, lantas meraih ponsel di sebelahnya, menyalakannya.

Ada banyak riwayat panggilan tak terjawab.

Rembulan segera menggeser layarnya, menekan aplikasi WhatsApp.

"Bintang? Dia meneleponku tadi? Kenapa aku nggak tahu?" gumam Rembulan.

Perempuan itu hendak menelepon Bintang, tetapi jemarinya terhenti--diurungkan. Rembulan mematikan ponselnya, disimpan di dekat laptop, lantas berbaring di atas ranjang.

Pandangannya mengarah ke atas. Tatapannya berubah sayu. Dadanya entah kenapa terasa sesak, pun nyeri.

Pintu ruangannya perlahan terbuka, Melati dan Awan melangkah masuk, mendekat ke ranjang Rembulan.

"Rembulan Sayang."

Suara mamanya membuatnya melengok, ia lantas bersandar pada punggung ranjang, menarik selimutnya--setengah badan.

[END] Alur KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang