"Menjalin hubungan memerlukan dua orang saling mencintai, kepercayaan, pun keteguhan hati."
••••••
PARA karyawan sibuk berkutat dengan tugas mereka. Suara dentingan keyboard komputer kerap dibunyikan dengan jari-jemari dengan kasar. Hari ini perusahaan Zurich Insurance Group, tengah dilanda kesibukan tersendiri.
Berbeda dengan Rembulan, perempuan itu sedari tadi--30 menitan--asik memandang layar komputer dengan tatapan kosong, satu tangannya menyangga kepala, satu tangan lagi asik menggeser-geser mouse.
Seorang lelaki dengan pakaian formal mendekat ke arahnya, ia tersenyum setelah sampai di belakang punggung Rembulan. Meneguk salivanya, berdeham berat sembari menepuk pundak perempuan itu disertai pelafalan, "Rembulan," katanya.
Rembulan seketika terbelalak, ia mendengkus kasar, beranjak dari kursi kerjanya, memutar tubuhnya.
Laki-laki itu tersenyum, melambaikan satu tangannya ke arah Rembulan. "Hai?"
Rembulan mendesah kesal, ia memutar tubuhnya kembali, menempatkan bokongnya pada kursi kerjanya. Lagi dan lagi ketemu masa lalunya.
Kedua tangan perempuan itu menyangga kepalanya, raut wajahnya datar, masih dengan pandangan kosong menatap layar komputer dengan tampilan algoritma perusahaan.
Tiga hari ke depan, dia ditugaskan untuk me- handle perusahaan. Sir Fricker pergi ke kanton luar, demi kepentingan perusahaan. Mau tidak mau Rembulan menerima perintah atasannya. Hitung-hitung, dirinya mendapat kenaikan gaji.
Laki-laki yang sedari tadi berdiri di belakang Rembukan itu beralih mendekat ke samping perempuan itu. Tangannya memegang alas meja kerja Rembulan.
"Kamu lagi ada masalah? Sini cerita sama aku." Satu tangan lelaki itu menyangga kepalanya.
Rembulan melirik sekilas lelaki masa lalunya, jemarinya menekan layar ponselnya yang tergeletak di depannya, sebanyak dua kali. Baru pukul sebelas siang.
"Masih jam kerja, sebaiknya kamu kembali ke meja kerja kamu." Rembulan berniat mengusir.
Petir, lelaki itu justru tertawa mendengar penuturan Rembulan, ia berdiri tegap, membenarkan dasinya, lantas memberi salam hormat pada Rembulan.
"Siap, Ibu asisten Rembulan!" Petir tersenyum lebar, detik berikutnya tertawa renyah.
Tidak bisa! Rembulan tidak bisa kalau nahan tawa. Tingkah Petir mengingatkannya pada momen beberapa tahun silam, saat ia di bangku SMA.
Rembulan tertawa kecil, telapak tangannya menutupi mulutnya, kepalanya menunduk.
Kenapa tingkah dia bisa selucu itu, sih!? Rembulan membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Alur Kehidupan
Romance🏆Juara 6 (Harapan 3) dalam event Cakra Writing Marathon Batch 06 •••• Zürich, Swiss. Tempat yang menjadi awal sekaligus berakhirnya sebuah kisah. Di setiap detik jam dan aliran pasir waktu, ada pertemuan dan perpisahan yang melintas dalam hidup. P...