Majelis pesta rakyat

21 5 7
                                    

Seingatku Baginda Sultan lebih suka dengan penampilan khas kerajaan timur, sedang baju yang di beri Kasyaf ini bergaya khas kekaisaran luar.

"Lisa, apakah saya ada kebaya berwarna kuning?" aku rasa menggunakan kebaya kerajaan timur lebih baik.

"Sekejap saya carikan Cik puan, saya rasa ada."

Lisa kemudian melilau mencari kebaya berwarna kuning di alamari baju yang di dalamnya sudah penuh dengan gantungan pakian berbagai gaya dan warna, aku pun turut sama mencari.

Jumpa!

Kebaya labuh sehingga lutut dengan bawahan kain sarung songket di pilih untuk hari ini. Coraknya nampak cantik, berupa bunga mawar yang di sulam pada bagian tengah hingga hujung baju, dan warnanya yang terang itu kurasa sangat sesuai untuk raikan hari jadi Yang Mulia Sultan.

Bengkung di guna terlebih dulu kemudian di simpul pada bagian belakang sebelum menyarung baju.

"Tolong longgar kan sikit..." agak ketat juga Lisa mengikat bengkung, tak ada ruang untuk ku bernafas.

Lisa membuka simpul yang dia dah ikat tadi. "Macam ini oke?" tanya dia sebelum mengikat kembali bengkung.

"Ini lebih baik."

Selesai dengan bengkung, baju pun di sarung. Kemudian kulabuhkan punggung pada kerusi di hadapan meja rias.

Lisa menyanggul rambutku dia biarkan sedikit rambut yang ada di pelipis kiri dan kananku berjuntai. Tak lupa cucuk sanggul berwana emas di pasang. Aku lebih suka memasang cucuk sanggul di bagian siring dari pada melingkar kannya di atas kepala macam headband.

"Dah siap Cik puan. Apa Cik puan suka dengan gaya rambut ini?" tanya Lisa sambil tumpu kan perhatiannya ke arah cermin, memastikan kekemasan rambutku yang di sanggul itu.

"It's perfect Lisa... awak sangat pandai." Lisa juga pandai bahasa asing, aku yang mengajarinya. Aku nak orang terdekatku pandai supaya senang bagi aku untuk bercakap dengan dia, senang dia nak faham kalau tiba-tiba aku cakap bahasa asing dengan dia.

Akhir sekali selendang panjang warna hijau di sangkut pada lengan kiri dan kanan, melingkar pada bagian belakang punggung.

Aku melihat ke arah tingkap, kemudian kulihat kereta Kasyaf telah pun berada di tempat yang aku pinta.

  "Lisa ini dah waktunya! Saya kena pergi, kalau bonda tanya awak saya dekat mana, cakap saya dah pergi dulu." Pintaku pada Lisa sebelum pergi menemui Kasyaf.

"Baik Cik puan, mari saya hantar."

Pintu bilik di buka, perlahan namun laju aku berjalan keluar. Aku pergi secara senyap-senyap di temankan Lisa melalui pintu belakangan supaya tak kedapatan oleh bonda dan kakandaku yang lainnya.

Langkah kaki di percepat, lajunya bagai di kejar hantu. Aku tak boleh berjalan pelan seperti biasa, takut ada yang melihatku.

Aku cuba mengatur nafas saat sudah hampir sampai dekat kereta yang telah sedia menunggu. Berlari dengan ikatan bengkung yang ketat sungguh menyiksa, kuharap Kasyaf tak tengok aku yang berlari tadi.

"Terima kasih dah teman kan saya Lisa..." aku melambai pada Lisa sebelum berjalan menjauh dari dia, dalam hati berharap supaya dia tak kena marah bonda sebab biar kan aku pergi.

"Hati-hati di jalan Cik puan." Lisa membalas lambaian tanganku.

Kelihatan Kasyaf turun dari perut kereta selepas menyadariku yang sedang berjalan menghampirinya. Sengaja aku minta dia menunggu di jalan belakang supaya tak ada yang melihatnya, itulah isi dari pada surat yang aku kirim padanya.

Jalan belakang kediaman cempaka jarang di lewati, selalunya yang limpas di sini tukang kebun dan para pelayan.

Kulihat dia ukir senyum padaku. Hari ini kami guna warna baju yang sama, persis macam pasangan pada umumnya. Dia sangat segak dalam balutan blazer khas kerajaan barat berwarna kuning, mana kala kemeja berwana putih di pilih untuk bagian dalam.

Rambut hitamnya terlihat bersinar dek terkena cahaya surya.

Melihat Kasyaf jauhar yang sangat kacak, berjalan berdampingan bersamanya di pesta rakyat nanti buat aku tak rasa rugi atas apa yang dah aku buat. Akan kusimpan saat ini untuk kenangan manis suatu hari nanti. Selepas ini aku dan dia tak akan saling bersua lagi, dia akan pulang ke tempat asalnya dan aku akan tetap di sini hingga skandal yang terjadi hari ini mereda. Kemudian semuanya akan kembali seperti sedia kala kecuali perjodohanku dengan Putera Mahkota.

Ah, cakap pasal Putera Mahkota, aku harap dia tak terasa dengan perbuatanku hari ini. Aku harap dia mengerti, dan jika dia bertanya mengapa, akan aku jawab bahwa aku dah jatuh cinta dengan utusan kacak ini. Meski terdengar kebudak-budakan, tapi itulah cinta.

            Easy to feel

            Hard to explain

Sampai sahaja di hadapannya dia menyambutku ala gentleman, dengan memberi kecupan di tangan. Aku pula alihkan wajahku darinya, tak nak dia nampak perubahan riak wajahku yang sedang rasa tersipu.

LOVE AND REVENGEWhere stories live. Discover now